Bab 18 - Panah Harisaya

56 7 6
                                    

Tokyo, Jepang

"Guru, ini sudah malam. Apa sebaiknya kita kembali ke Sundapura?" tanya Peter pada gurunya ketika mereka menyusuri jalanan kota Tokyo.

"Tunggu sebentar lagi. Aku bisa mendeteksi ada sesuatu di sekitar sini. Sialnya aku tak bisa menentukan letak benda tersebut. Sepertinya terlindungi mantra yang sangat kuat."

Peter tak menjawabnya.

"Oh, atau kamu bisa kembali sekarang, tetapi saya kemungkinan besok. Bagaimana?"

"Tidak guru, aku ikut guru saja."

"Ini pasti akan lama. Mungkin sekarang mereka membutuhkanmu di sana. Jadi lebih baik kamu pulang terlebih dahulu," bujuk Nata.

"Tapi, guru tidak apa-apa 'kan?"

"Tenang, saya akan baik-baik saja."

Akhirnya Peter pamit kembali ke Sundapura terlebih dahulu, meninggalkan gurunya. Sementara Nata terus melakukan pencarian. Menurutnya dia bisa merasakan ada satu benda pusaka Sundapura yang terkubur di pulau Honshu. Terlebih karena Jepang ternyata ada hubungan dengan Sunda pada masa lalu, sehingga kemungkinan adanya pusaka itu semakin kuat. Sejarah mengatakan bahwa leluhur orang Jepang yang bernama bangsa Jomon adalah bangsa yang melakukan eksodus dari daratan Sundaland melalui jalur Okinawa-Hokkaido pada 50.000 tahun yang lalu. Bahkan berdasarkan penelitian, 70% DNA orang Jepang memiliki kesamaan dengan orang Jawa dan Sunda. Karena itu pula ditemukan berbagai benda peninggalan kebudayaan masa lampau yang mirip dengan benda-benda purbakala dari kebudayaan Sunda. Bahkan kepercayaan asli Jepang yaitu shinto merupakan ajaran yang berakar dari ajaran Sunda.

Nata menajamkan seluruh inderanya agar bisa menemukan pusaka itu dan secepatnya kembali ke Sundapura. Dalam beberapa jam dirinya sudah mendatangi beberapa kuil namun hasilnya nihil. Setelah beberapa saat melewati pusat perbelanjaan Harajuku, Nata mendatangi kuil Meiji di Shibuya. Kuil shinto ini didirikan oleh kaisar Meiji pada tahun 1920 di tengah hutan, dengan luas sekitar 700.000 meter persegi. Kuil ini terbagi menjadi dua bagian yaitu gaien atau bagian luar kuil dan naien atau bagian dalam kuil yaitu bagian areal kuil berpusat termasuk museum harta karun. Dia segera berkonsentrasi untuk melepas salah satu kekuatan andalannya yaitu menjadi transparan sehingga tak akan bisa dilihat oleh siapapun. Dia juga bisa menembus benda-benda padat seperti dinding, pintu dan benda lainnya. Hal ini memudahkan pencariannya.

Nata segera menembus ruang penyimpanan harta karun sembari mempertahankan pendeteksian yang dirasa semakin kuat. Artinya benda itu ada di sana. Dalam pandangannya terlihat ada pendar cahaya biru samar menerangi ruangan. Namun, dia juga merasakan benda itu sangat kuat, mungkin dia juga harus mengerahkan kekuatan perisai untuk melindunginya dari hal yang tak diinginkan. Segera setelah dirinya melepas dan mempertahankan tiga kekuatan, Nata mendekati pendar biru yang berasal dari celah-celah peti kayu yang tersimpan di sudut ruangan. Sekali lagi dia harus mengerahkan kekuatan untuk membuka peti tersebut karena ternyata peti itu telah dibubuhi mantra pengunci yang sangat kuat.

Kali ini dia merapalkan mantra untuk membuka kunci peti, sebuah mantra kutuk tingkat tiga, anti-tulc.

"Tulcanulus"

Kemudian perlahan peti itu bergetar dan gembok emasnya hancur. Peti itu terbuka lalu tampaklah sebuah benda berupa busur dan anak panah.

"Ini anak panah Harisaya!"
Nata terlonjak karena terkejut mendapati bahwa benda dalam peti itu adalah salah satu pusaka Tabut Samia, yaitu anak panah Harisaya. Anak panah ini memiliki kekuatan yang sangat hebat, mampu mengalahkan musuh dalam jumlah yang besar. Selain itu anak panah ini dapat menghancurkan gunung dan membelah lautan dengan anak panahnya. Ketika anak panah ini akan digunakan, busurnya akan muncul dengan sendirinya.

4 ELEMENTS [Diterbitkan Oleh Jejak Publisher]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang