Bab 29 - Sundapura Masa Lalu

63 8 6
                                    

Pucuk-pucuk daun menyembul dari reranting pepohonan yang menjulang tinggi. Sang mentari baru saja menampakkan diri dan mulai memancarkan kehangatannya ke segala arah. Empat orang remaja yang muncul tiba-tiba terlihat kebingungan setelah mereka membuka matanya.

"Kita di mana?" Tanya satu-satunya gadis di antara mereka.

"Ini seperti—," remaja lelaki di sebelahnya mengenali tempat tersebut bahkan sama persis. Bedanya  hanya beberapa detail bangunan yang terlihat sedikit kuno serta pepohonan yang lebih rimbun dan tinggi.

"Sundapura?"

"Loh, apa kita tak berhasil? Kenapa kita masih ada di Sundapura?"

"Jangan-jangan kita datang ke masa yang salah?"

"Kalau begitu, kita coba lagi. Barangkali sekarang akan berhasil," sahut Peter menyakinkan ketiganya.

"Tunggu!" Sergah Astra sembari menyeret teman-temannya untuk bersembunyi di balik sebatang pohon besar dengan semak-semak yang meninggi di sekitarnya.

"Ada apa, Astra?"

Remaja lelaki itu tak menjawab pertanyaan Evan, namun telunjuknya mengarah ke sebuah bangunan yang mirip dengan bangunan akademi di Sundapura. Tampak beberapa orang berjubah putih keluar dari sana dengan tergesa-gesa. Mereka hanya memperhatikan orang-orang itu hingga sampai ke gerbang dan membukanya, kemudian orang-orang berjubah putih itu keluar.

"Astra, ayo kita pergi saja dari sini. Kita harus menyelesaikan tugas kita kan?" Peter sedikit kesal karena mereka ditugaskan untuk pergi ke masa di mana bangsa lemuria hidup. Namun, sepertinya Astra tertarik untuk mengetahui tempat ini dan sayangnya yang lain hanya setuju-setuju saja.

"Tunggu dulu sebentar. Aku penasaran dengan tadi yang mereka bicarakan."

"Memangnya apa yang mereka bicarakan? Yang ada hanya bisikan-bisikan yang tak bisa kudengar dengan jelas."

"Iya, Astra. Aku juga tak mendengar apa pun," sahut Evan membenarkan perkataan Peter. Mungkin mereka benar. Tetapi Astra juga mendengar mereka berbicara sangat jelas, mustahil dirinya berbohong. Namun, mereka berbicara dalam bahasa yang baginya terdengar asing, hanya ada kata pusaka yang dirinya pahami. Sementara Jingga hanya memperhatikan perdebatan mereka.

"Kita bisa melakukan pencarian dari sini. Mungkin di masa ini ada sesuatu rahasia penting yang bisa kita dapatkan." Astra tetap ngotot pada pendiriannya untuk tidak pergi dari sana sebelum dirinya mendapatkan satu informasi penting.

"Waktu kita tak banyak, Astra," Evan berusaha untuk meyakinkan Astra dengan melembutkan nada suaranya.

"Satu bulan. Itu waktu yang cukup lama."

"Waktu bersifat relatif, barangkali di sini sekarang kita baru sepuluh menit. Tapi di Sundapura di masa di mana kita berada, mungkin sudah satu jam, atau mungkin lebih. Lagipula ini misi yang sangat besar, aku tak terlalu yakin bisa menyelesaikan misi ini hanya dalam waktu satu bulan."

"Kita coba dulu dua atau tiga hari, kalau tidak ada informasi apa pun, aku setuju untuk melanjutkan ke tempat tujuan kita."

Evan hampir saja emosi dan membuang muka sambil mendesah keluh, begitu juga Peter. Remaja itu menutup wajahnya dengan telapak tangan. Dia merasa jengkel.

Jingga yang sedari tadi mendengarkan perdebatan mereka mencoba untuk mencari jalan tengah.
"Begini saja, kawan-kawan. Kita beri kesempatan Astra untuk mencari informasi penting dan aku juga merasa itu ada di masa ini, selama tiga hari saja. Setelah itu, jika kita tak berhasil mendapatkan informasi apa pun, kita akan langsung pergi ke tempat tujuan kita. Bagaimana?"

4 ELEMENTS [Diterbitkan Oleh Jejak Publisher]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang