Bab 38 - Athlant

47 6 16
                                    

Hazares mondar-mandir di depan singgasana emasnya. Mungkin pria kekar itu sedang harap-harap cemas menanti kedatangan seseorang. Zea, sang permaisuri hanya mengikuti gerakan sang suami melalui bola matanya.

"Mana mereka? Sampai detik ini mereka belum kembali. Aku benar benar-benar tak sabar ingin mengetahui apakah kali ini mereka berhasil melaksanakan tugasnya atau gagal lagi." Pria itu terlihat gusar.

"Mungkin sebentar lagi mereka datang," Zea berusaha memberi pengertian pada suaminya yang arogan dan culas itu.

"Sebentar apanya?! Dari tadi sebentar-sebentar saja! Nyatanya sampai sekarang mereka tidak datang-datang!" Hardiknya dengan suara yang sangat keras. Kalau sudah begitu, Zea lebih memilih untuk diam.

Cukup lama mereka menunggu beberapa saat, akhirnya empat orang lelaki kekar berpakaian serupa datang dan segera berlutut di hadapan Hazares.

"Dari mana saja kalian?!"

"Ampun, tuan. Kami kembali gagal melakukan serangan ke pulau itu."

Mendengar pengakuan mereka, Hazares benar-benar tak bisa lagi menahan amarah. Ditendangnya pot-pot terakota besar yang ada di dekatnya hingga hancur lebur. Untuk kesekian kalinya serangan yang dia arahkan ke pulau itu sia-sia dan itu membuatnya sangat kesal. Apalagi sikap orang-orang di pulau leluhur seolah mengacuhkan serangan yang dia lakukan pada mereka, mungkin mereka menganggap peringatan yang dia serukan melalui serangan itu hanya seperti angin lalu, dan itulah justru yang membuat dirinya lebih kesal karena merasa tak dianggap.

Harus diakui bahwa teknologi mereka tak bisa diremehkan. Misalnya teknologi pelontar yang dipasang tersebar di setiap sisi pulau yang membuat serangan rudal dan nuklir yang mereka tembakkan justru malah berbalik ke penyerang. Dia memang keturunan dari tanah leluhur, tetapi bukan berarti dia tahu segalanya termasuk kelemahan orang-orang di pulau itu. Maka selama ini dia mencari-cari titik kelemahan mereka sembari terus membentuk pasukan besar. Termasuk pasukan mutan hasil teknologi rekayasa genetika. Meskipun teknologi bangsanya sudah sedemikian canggih, dia merasa belum puas apabila tanah leluhur tak dikalahkan, karena dengan begitu bangsanya aja menjadi satu-satunya bangsa yang terhebat di seluruh permukaan bumi.

Hazares adalah sang pengkhianat dan haus akan kekuasaan. Bukan hanya ingin mengalahkan bangsa yang mendiami tanah leluhurnya sendiri tetapi dia juga ingin menguasai semua yang mereka miliki, termasuk sebuah teknologi rahasia milik bangsa tanah leluhur yang dia yakini bisa mengubah sejarah dunia. Bisa dikatakan untuk teknologi yang satu ini menjadi top secret. Apabila teknologi itu bisa direbutnya, dia akan menjadi dewa. Orang-orang di seluruh penjuru bumi akan menyembahnya karena saat ini hanya ada dua bangsa besar dengan pencapaian teknologi yang sangat maju yaitu bangsa leluhurnya dan bangsanya yang baru lahir seribu tahun yang lalu.

Setiap kali pria itu berkeliling dunia, dia selalu mencitrakan dirinya dan bangsanya sebagai bangsa yang memiliki penampilan menawan, berhati baik dan pahlawan agar manusia biasa di berbagai pelosok bumi ingin menjadi pengikutnya. Saat itu walaupun manusia tersebar di setiap penjuru bumi, namun jumlah mereka terbilang masih sedikit, tempat tinggalnya juga berjauhan sehingga untuk membangun peradaban maju sepertinya tak memungkinkan. Lain halnya dengan dua bangsa yang mendiami wilayah yang tepat di garis ekuator bumi, selain kelimpahan alam yang kaya dan memadai serta tanahnya yang subur, cuacanya juga hangat dan nyaman. Sehingga peradaban manusia di wilayah itu berkembang pesat, konsentrasi manusia yang mendiami wilayah itu juga besar.

Sebenarnya ada beberapa peradaban lain yang cukup besar tetapi dibandingkan dua peradaban itu masih belum ada apa-apanya.

Hal itulah yang membuat bangsanya terkenal di seluruh penjuru bumi, membuat Hazares semakin bersikap angkuh karena merasa didewakan. Namun, kembali lagi, bangsa di tanah leluhur adalah sandungan terbesarnya sekarang. Dia tidak akan pernah menjadi manusia yang paling hebat di muka bumi ini selama orang-orang di pulau itu masih ada. Artinya dengan cara apapun bangsa yang tinggal di tanah leluhur harus dilenyapkan. Tetapi kendalanya saat ini adalah kekuatannya masih belum sebanding dengan kekuatan mereka. Buktinya semua serangan yang dia arahkan ke pulau itu tidak ada artinya sama sekali. Jangankan membuat kerusakan, menembus pelindungnya saja gagal total. Dia harus menyusun strategi lain untuk menghancurkan wilayah itu.

4 ELEMENTS [Diterbitkan Oleh Jejak Publisher]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang