Bab 15 - Rencana Terselubung?

72 7 2
                                    

Sundapura terjaga dalam selubung kabut tebal, masih tampak gagah dengan kubah-kubah seperti kuncup jamur di musim penghujan.

Udara pagi yang menusuk hingga ke tulang itu tak menyurutkan langkah Astra dan dokter Anthony untuk berjalan-jalan menyusuri kota Sundapura.

"Kau tahu, apa keinginan ayahmu sebelum meninggal?" tanya dokter Anthony di sela-sela embusan napas yang terdengar berat. Mungkin karena kelelahan. Sementara rambut pirangnya melambai-lambai dipermainkan angin.

Astra menoleh pada dokter Anthony. Kepalanya menggeleng pelan, namun dirinya teringat satu hal yang ayahnya katakan beberapa tahun yang lalu.

"Yang aku tahu, ayah menginginkan aku kuliah di Indonesia. Karena ayah ingin menikmati masa tuanya di sini," sahut Astra sembari merapatkan jaket tebal biru yang dia kenakan.

Dokter Anthony tersenyum.

"Kamu melewatkan satu hal."

"Apa itu?"

"Ayahmu pernah bilang, kalau dia ingin mengajakmu kembali ke sini agar bisa mengingat semua kenangan tentang ibumu, 'kan?"

Astra terkejut. Benar, dokter Anthony mengatakan bagian hal yang membuatnya penasaran sejak dulu. Terlebih karena dia tak mengingat sosok ibunya seperti apa. Tetapi bagaimana dirinya bisa lupa sementara dokter Anthony tahu hal itu?

Perlahan Astra mengangguk.

"Itu yang ingin aku tanyakan pada ayah. Namun, sampai hari kecelakaan itu terjadi, aku tak pernah sempat menanyakannya. Sekarang, semua rahasia yang ingin kutanyakan akan menjadi rahasia yang tidak akan pernah kuketahui selamanya. Tapi, kenapa dokter tahu tentang hal itu?"

Dokter Anthony sudah tahu, Astra akan bertanya hal itu padanya. Dengan tenang dia menjawab rasa penasaran Astra yang membuat raut keheranan di wajah Astra berubah terkejut dalam waktu singkat,

"Karena saya tahu semua rahasia ayah dan ibumu."

"Hah?!"

————————————————

Pagi-pagi sekali Jingga pergi ke akademi. Karena Evan dan Peter belum kembali sementara Astra masih ada urusan dengan dr Anthony, jadi dia memutuskan untuk menyusuri setiap sudut akademi. Tujuannya? Tidak ada. Dirinya hanya ingin berjalan-jalan menikmati suasana akademi saat pagi-pagi buta. Tentu saja masih belum banyak orang yang berlalu lalang. Ketika dirinya berjalan di koridor dan lewat di depan ruangan para guru akademi, tanpa sengaja Jingga mendengar perbincangan beberapa orang guru. Mereka tampak gelisah dan merendahkan suaranya seakan tak ingin ada orang lain yang mendengar percakapan mereka. Samar telinganya mendengar ucapan salah seorang guru yang mengatakan ada seorang penyihir yang terbunuh. Jingga tak dapat mendengarkan semuanya dengan jelas, hanya terdengar beberapa kalimat tentang seorang penyihir Sundapura tewas terbunuh, bahaya yang mengintai Nusantara dan ancaman. selebihnya suara mereka sangat lirih bahkan hampir terdengar seperti berbisik.

Siapa penyihir Sundapura yang terbunuh?

sebelum sempat dia memikirkan percakapan para gurunya, salah seorang guru bergegas keluar ruangan. Hal itu membuat Jingga hampir saja tertangkap basah sedang menguping pembicaraan mereka kalau saja dirinya tidak cepat-cepat berlalu dari tempat itu. Saat Jingga melambatkan langkah kakinya, tiba-tiba dia melihat Natalie dan Julie menghadangnya beberapa meter di depan dirinya yang kini mematung kebingungan.

"Nat, Julie, ada apa?" Tanya Jingga kepada dua orang di hadapannya.

Natalie tersenyum kecut. Hal ini membuat Jingga merasa ada yang janggal. Lalu Jingga alihkan pandangannya pada Julie, gadis yang selama ini dia kenal sebagai gadis yang cukup ramah pada siapapun. Tak ada yang bisa dia tangkap dari sorot matanya yang dingin. Gadis itu hanya terdiam.

4 ELEMENTS [Diterbitkan Oleh Jejak Publisher]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang