Bab 43 - Bhwana Sakha Pala

36 7 4
                                    

"Ini tidak mungkin! Seharusnya bangunan ini ada di abad ke-8!"

Kening Quzhan mengerut ketika Evan berkata begitu.

"Bagaimana kamu bisa berkata seperti itu? Memangnya kekeliruan apa lagi yang telah diajarkan pada kalian sampai mengatakan bahwa bangunan ini ada di abad ke-8?"

"Dalam teks-teks buku pelajaran di sekolah, Borobudur mulai dibangun pada abad ke-8 oleh satu dinasti yang saat itu berkuasa di pulau Jawa. Aku tak ingat persis bagaimana kisahnya karena aku bukan peminat sejarah. Pembahasan ini juga tidak mendalam hanya sebagai salah satu sub-bab pada mata pelajaran Sejarah Dunia."

Jingga sedikit kebingungan, meskipun dirinya tahu sejarah telah banyak direkayasa, dirinya tahu bahwa bangunan ini bukanlah bangunan umat tertentu yang dibangun pada abad ke-8. Dirinya pernah membaca fakta-fakta bahwa ternyata bangunan ini sudah ada sejak masa sebelum Masehi. Dirinya juga bisa menghubungkan bangunan ini dengan masa kejayaan seorang raja Nusantara yang ayahnya juga merupakan raja yang dijuluki raja gunung. Karena ada banyak kisah-kisahnya terpatri pada relief-relief bangunan tersebut. Namun, karena dia sempat meyakini bahwa bangunan tersebut dibangun pada masa raja Nusantara, sehingga gadis itu terperanjat ketika melihat bangunan megah itu telah berdiri di masa ini. Artinya, bangunan besar ini telah ada enam ribu tahun sebelumnya.

Apakah sudah tidak ada lagi kebenaran dalam buku teks sejarah yang dipelajarinya di sekolah? Jingga sedikit memijat pelipis dengan jari-jarinya yang kurus.

Bangunan itu hampir tak ada yang berubah, kecuali beberapa bagian yang belum ada seperti bagian stupa besar di puncak dan beberapa bagian lainnya. Namun tidak ada relief di dinding-dindingnya. Hal itu membuat Jingga cepat menghubungkan dengan apa yang pernah dia baca sebelumnya.

Dalam kisah yang diceritakan itu, menyebutkan bahwa pada masa raja tersebut, ada seseorang yang memiliki kesaktian yang tinggi sehingga mampu memindahkan benda hanya dalam satu kedipan mata. Kuncinya adalah kata 'memindahkan'. Bukankah jika menggunakan kata kerja memindahkan, artinya mengubah posisi suatu benda yang sudah ada, bukan membuat sesuatu yang asalnya tidak ada menjadi ada?

Poin penting lainnya adalah, kisah yang cukup detail itu merupakan kisah yang terjadi pada masa raja Nusantara yang memiliki kekuasaan hampir seluruh dunia serta memiliki tentara dari berberapa bangsa manusia, bangsa api dan binatang.

Sementara yang lain sibuk bercerita mengenai bagaimana awal bangunan ini menurut versi mereka, Jingga sibuk menghubungkan satu persatu titik penting sehingga titik-titik itu akhirnya saling berhubungan.

Dimulai dengan kisah mengenai satu bangsa yang menyembah matahari. Jingga kembali ingat dengan simbol kota Sundapura yang juga berupa matahari. Sebenarnya seberapa istimewa matahari bagi bangsa-bangsa di masa lalu? Sehingga simbol matahari di kemudian hari ditemukan di berbagai belahan dunia. Misalnya peradaban Mesir kuno yang mengisitimewakan matahari di samping bintang Sirius.

Bangsa yang menyembah matahari itu memiliki istana kerajaan yang megah. Namun suatu hari salah satu tentara raja dari bangsa burung melaporkan pada tuannya mengenai bangsa penyembah matahari itu.
Jingga berspekulasi bahwa mereka menyembah matahari karena leluhurnya mengagungkan matahari sebagai sumber energi bagi peradaban maju di masa lalu. Seperti halnya peradaban maju di masa Quzhan yang mengandalkan matahari sebagai sumber energi. Namun, entah karena apa, bangsa-bangsa yang lahir beberapa ribu tahun kemudian menjadi salah memahami sehingga mereka mengagungkan api abadi tersebut dan menjadikannya sesembahan. 

Kemudian sang raja memerintahkan tentaranya untuk mengirimkan pesan dalam sebuah plat emas pada pemimpin bangsa tersebut yang ternyata merupakan seorang ratu untuk tidak menyembah matahari dan kembali ke jalan yang benar: menyembah hanya pada Sang Pencipta, yang menciptakan bumi, langit serta matahari itu sendiri. Namun, Sang Ratu menolak dan memerintahkan anak buahnya untuk datang menemuinya agar berhenti mengganggunya dengan mengirimkan hadiah, sementara sang ratu saat itu belum mengetahui bahwa dirinya adalah seorang raja. Setelah sang raja memintanya untuk datang, orang sakti yang dekat dengan Sang Raja memindahkan singgasana Sang Ratu hanya dalam satu kedipan mata.

4 ELEMENTS [Diterbitkan Oleh Jejak Publisher]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang