Halaman Kelima

2.2K 186 20
                                    

Ada apa-apa antara Arjuna, Kiki, dan Mario memang bener. Selepas pulang sekolah Kiki narik aku ke lorong kelas sepuluh yang sepi. Di sana dia ngaku punya rasa sama Arjuna. Aku mendelek kaget sambil ngebekap mulut dengan tangan. Yang paling ngagetin lagi, Kiki ngasih tau kalo Arjuna ...

Aduuuh, kalo Arjuna.

Dia tuh.

"Suka sama aku? Kamu serius, Ki?!"

Aku ngarepnya Kiki becanda. Cowok yang disukai temen aku ternyata suka aku dan aku tau hal itu, rasanya aku kayak berada di persimpangan jalan. Dilema pilih arah mana yang benar, meskipun aku nggak ada rasa buat Arjuna, belum. Aku pinginnya ini cuma mimpi, tapi anggukan Kiki menepis semua itu.

"Aku nggak percaya, ah." Aku pura-pura ngehindar dari kenyataan. Rasanya tuh aku ragu, percaya nggak percaya, meski ucapan Kiki nggak mungkin bohong. "Kamu jangan aneh-aneh, Ki. Juna itu straight. Dia nggak kayak kita. "Jadi, aku sama Kiki secara kebetulan tau aja gitu kami punya kesamaan, sama-sama belok. Cos, kami kan duo ngondek. "Nggak mungkin dia suka aku."

Kiki ngehela napas, "Kamu masih inget hari lalu?"

"Hari apa?"

"Pas tiba-tiba kamu muncul di halaman belakang."

"Oh itu. Iya, aku masih inget. Mario ngedorong aku sampe aku nyungsep, jahat banget dia."

Aku liat mata Kiki melebar, "Jadi kamu jatuh didorong Io?" tanyanya kaget.

"Iya."

Kiki diem, dia sedang mikirin sesuatu, aku nggak bisa ngebaca ekspresi mukanya.

Sewaktu nggak sengaja mergokin mereka, yang ketangkep pendengaran aku waktu itu, Arjuna seperti punya dendam sama Mario. Dia geregetan banget pingin mincangin kaki Mario. Dendam busuk, masa cuma gara-gara kalah ganteng sampe segitunya, Ish. Kekanak-kanakan bingits.

"Ki, apa Juna sama Mario, mereka berdua ada masalah?"

"Nggak ada," ucap Kiki datar.

Aku tau dia nyembunyiin sesuatu dari aku. Aku yakin Arjuna dan Mario pernah ribut sampe jadi dendam. Mereka aja sempet pernah hampir berantem di kelas gara-gara Arjuna ngelempar buku dan nggak sengaja nimpuk mata Kiki. Mario marah nggak terima mata sahabatnya sakit. Kalo nggak dipisahin sama temen-temen, mereka pasti tonjok-tonjokan.

"Kamu tau, hari itu kiki nyatain perasaan kiki."

"Ha ..." Rahang aku nyaris jatuh ke bawah saking terkejut-nya. "Serius, Ki? Cowok cakep diluaran sana kan banyak, kenapa kamu mesti milih Juna, sih? Mario ada. Dia ganteng, baik, perhatian banget sama kamu."

"Nggak bisa Sat. Juna cinta pertama Kiki sejak SD."

Sejak esde? Astaga.

Sementara aku main masak-masakan, suami istri suami istrian--aku selalu jadi istrinya--di teras rumah bareng Kak Radit, Kiki cinta-cintaan ama Arjuna, ya ampyun.

"Ini masalah hati, Sat, bukan masalah siapa yang ganteng, baik, dan perhatian."

Aku garukin dengkul, eh bukan, garukin tengkuk aku yang gatel ajalah ya, kalo nggak gatel tetiba digaruk tuh udah mainstream. "Iya juga, sih," ucap aku sambil nyengir cantik nampakin gigi-gigi aku yang putih. Hari kapan itu aku ama tante habis bleaching gigi di dokter gigi langganan.

"Jadi kalian satu sekolah waktu esde?"

"Iya, sekelas. Esempe juga."

"Terus gimana? Apa Juna nerima kamu?"

Kiki nundukin kepala murung lalu dia geleng-geleng pelan. "Kan udah kiki kasih tau, Juna sukanya sama kamu." Dia pasti sedih banget. Aku mendekat dan ngasih dia pelukan.

KSATRIA (CERBUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang