Halaman Kedelapan Belas

1.4K 109 13
                                    

Arjuna puluhan kali nelepon aku, puluhan kali ngirim pesan. Kegigihannya ini masih belum bisa balikin mood aku untuk ngegubris dia. Terakhir pesannya, dia janji jam tujuh mau kemari. Aku emang nggak iyain keinginannya, tapi aku tetep ngarep dan nungguin dia datang kok. Cuma, udah lewat jam tujuh kenapa dia belum kesini-sini.

Aku sebel ah. Aku buang iPhone aku ke sisi kanan kasur. Aku mejemin mata. Aku hirup udara dalem-dalem lalu aku embusin.

Kreeek.

Suara cekrekan pintu yang dibuka, aku ngelirik ke sana. Kepala Kak Radit nongol ke dalam kamar aku melalui daun pintu yang dibukanya.

"Muka loe kenapa ditekuk gitu?"

Aku buang lirikan ke arah lain. Aku nggak ada gairah jawab pertanyaannya.

Kak Radit masuk. Rapi banget penampilannya. Dia pake celana chino warna olive dipadu atasan kemeja lengan pendek putih bermotif gitu. Sumpah, ganteng banget Kakak aku tuh. Andai dia bukan Kakak aku pasti udah aku goda-godain supaya mau jadi seme aku, xixi.

Pasti pergi ngedate ama Helen mentang-mentang malem minggu, ish.

"Loe nggak keluar sama Juna?"

Aku ngegeleng lemah. Harusnya sih iya, tapi kayaknya dia ingkar janji entah sebab apa.

"Keluar yok sama kakak, mau nggak? Ayoklah daripada diem di kamar."

Dia serius, kan? Nggak lagi becanda, kan?

"Kirain cakep banget mau jalan sama Helen."

Kak Radit nyenggol kaki aku, "Buruan gih bangun, ganti baju dandan yang cantik."

Aku senyum malu-malu seperti bunga desa digodain lelaki tamvan sekabupaten. "Apaan sih Kak? Nggak usah dandan juga aku cantik."

"Iya, kakak tau. Adek kakak yang paling cantik cuma loe ..." Dia nyenggol kaki aku lagi, "Gih, cepet bangun, kakak tunggu. Cepet nggak pake molor!"

"Mau ke mana emang?"

"Buruan!"

Dia bergerak keluar, aku langsung salto dari ranjang, "Tunggu, aku dandan duluuu!!!" aku langsung ngacak-ngacak isi lemari, milih-milih pakaian yang cucok meong.

"Katanya nggak usah dandan udah cantik."

Aku nyengir. Dia nggak tau ya, dandan itu ritual wajib para botty, apalagi botty seperti aku, apabila hendak pergi ke mana gitu. Apalagi perginya itu sama semenya. Beuuuh, harus cetar pokoknya.

Mestinya malem minggu aku habisin jalan-jalan berdua Arjuna. Hanya aja, look, jam setengah delapan dia belum juga dateng. Ditahan-tahan kali ama Mamanya. Udah keliatan pacar aku tuh tunduk sama perintah Mamanya.

Aku pake celana chino juga, yang sedengkul warna biru dongker sama atasan sweatshirt cokelat muda. Tadinya aku mau pake gaun malam pinjem punya Tante, cuma eum, sekali-sekali gaya tomboy nggak papa haha.

Aku udah selesai dandan natural ala-ala artis kureya. Pas aku ngaca, ya ampyun, siapa sih ini unyu bingits?

"Kamu pasti titisan Lisa BlackPink, ya kaaan?" puji aku ke diri sendiri lalu ngedipin sebelah mata aku dan tersenyum mirip-mirip Lisa.

"Udah belom?"

Lagi-lagi Kak Radit melongokin mukanya di pintu. Aku langsung nengok ke pintu dengan gaya slow motion dan tersenyum. Cem di drama-drama gitu, waktu seakan terhenti, yang ada hanya aku dan Kak Radit saling memberi tatapan. Kak Radit dengan sinar mata yang mendamba, aku dengan sunyum cantik berseri-seri. Diiringi musik latar romantis yang menyenangkan hati.

KSATRIA (CERBUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang