"Mang Ujang, tambah es jeruk ya satu!""Siap Eneng Sat," ucap Mang Ujang di dalam sana. Mang Ujang udah biasa manggil aku Eneng. Nggak papalah.
Kira-kira nggak nyampe dua menit es pesenan aku jadi. Aku balik badan sambil nenteng gelas aku. Tapi seseorang kayak sengaja nabrak aku. Es aku tumpah, gelasnya jatuh dan pecah di lantai. Orang yang nabrak aku seragamnya ketumpahan kuah bakso. Mangkoknya juga jatuh dan pecah di lantai, isinya berserakan ke mana-mana. Dia natap aku dengan mata menyala-nyala.
"He, monyet, loe punya mata nggak, sih?"
Aku pikir yang nabrak aku cowok cakep anak baru atau Kakak kelas atau siapa gitu. Pas aku liat, idih-idih malesin banget.
"Nggak punya, emang kenapa?" ucap aku tajam.
"Eh, loe pikir ini nggak panas?"
"Kan yang kena kamu bukan aku, ngapain aku repot-repot mikirin itu panas pa nggak!"
"Egois banget loe, ya!"
Aku tau Kiki bilang gitu nyindir aku karena lebih milih tetep akrab ama Arjuna ketimbang mempertahanin hubungan pertemanan kami. Bodo amat ih, lagian dia juga yang diemin aku, aku sih fine fine aja kalopun dia mau tetep baik sama aku.
"Cih, egois? Siapa sih di sini sebenernya yang lebih egois?"
Aku mau berlalu dari hadapan Kiki dan duduk kembali di kursi dengan nyaman tanpa peduliin dia, tapi tindakan dia ke aku nggak bisa didiemin.
"Apa-apaan kamu nampar aku, Hah?!" aku dibuat meradang.
Tangan aku siap melayang ke mukanya bales tamparannya. Namun, Mario bergerak lebih cepet nahan ayunan tangan aku yang akan nampar pipi jeleknya Kiki. Sekarang aku dan Mario beradu tatapan sengit.
"Jangan kasar jadi orang!"
Baiklah, aku nggak akan takut ya walaupun mereka berdua sekongkol jahatin aku. Aku punya Arjuna yang pasti belain aku. Aku akan aduin semua ini ke dia.
Maaf ya Mario hari ini kamu ngeselin. Aku nggak punya salah ke kamu, tapi kamu ikut-ikutan jahatin aku. Pesen buat klean ya, kalo temen kamu musuhan sama orang lain jangan ikut-ikutan musuhin orang itu atas dasar setia kawan, and bla bla bla, selama orang itu nggak punya salah ke klean. Key.
"Yang kasar duluan siapa?"
"ELO!!!" hardiknya nuduh aku.
"Kamu nggak punya mata? Ato buta?" aku nyolot dong, masa aku diem aja dituduh-tuduh.
"Nggak usah ngebacot, gue tonjok nangis loe!"
"Emangnya aku takut!" tantang aku. Ya ampun aku berani banget, nggak nyangka hihi. "Lepasin nggak tangan aku! Nggak usah pegang-pegang, jijik!"
Aku meronta supaya genggaman Mario di lengan aku lepas. Gila ya, kuat banget cengkramannya.
"Gue bakal lepasin kalo loe minta maaf ke Kiki. Buruan!"
What?
"Atas dasar apa aku mesti minta maaf?"
Di sebelah Mario, Kiki mendecih. Temen-temen liatkan dia tuh antagonis sekarang. Hati-hati aja punya temen sifatnya gitu nanti nasib kalian serupa aku.
"LOE NABRAK DIA, LOE NGOTORIN BAJU DIA! LOE MASIH BELUM NGERASA PUNYA SALAH?!"
"Eh, nggak usah ngegas ya ngomongnya, biasa aja. Kamu pikir aku begok, dia sengaja nabrakin diri ke aku."
"NABRAKIN DIRI GIMANA? JELAS-JELAS GUE LIAT LOE NABRAK DIA!"
"Eh, Mario, denger ya baik-baik! Aku tau Kiki sahabat kamu dari kecil. Tapi nggak seharusnya kamu bela yang salah ... Udah ah minggir aku mau lewat, ganggu orang aja. Nggak tau apa orang lagi laper pengen makan pengen tenang nggak ada yang gangguin!"
![](https://img.wattpad.com/cover/182405182-288-k605594.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KSATRIA (CERBUNG)
Teen FictionIni cerita Ksatria. Bukan Ksatria baja hitam, ya, bukan. Apalagi Ksatria bertopeng, iyuuuhh bukan banget. Ini kisah Ksatria Danadyaksa. Cowok ngondek yang harus kembali ke kota asal setelah musibah buruk menimpa keluarganya. Di kota asal itu, dia me...