At last, bagi rapor. Aku nggak yakin nilai aku tiap mata pelajaran bagus-bagus. Emang sih selama seminggu aku rajin belajar (rajinnya pas ulangan doang). Kak Radit jangan ditanya. Dia maju ke depan sana setelah namanya dipanggil, gabung ama anak-anak ranking.
Jujur ya, biarpun aku ngomong aku berenti mikirin dia dan berlaku egois memasabodohi perasaannya, aku masih suka kepikiran, dan itu nggak terjadi satu-dua kali, sering. Sesering kami tatap muka di rumah.
Aku bukannya lagi-lagi kegeeran atau ngarep. Dia jujur nggak jujur nggak ada pengaruhnya. Cuma feeling aku kuat banget mengatakan dia tuh bohong soal pengakuannya.
"Btw, planning liburan loe sama Kak Radit ke mana, Sat?"
Helen nanya di tengah lantangnya suara kepsek manggilin satu-satu murid juara. Arjuna di belakang aku tangannya merayap meluk pinggang aku, dagunya nopang di bahu aku.
"Ada gue ngapain dia liburan sama Radit," Arjuna ngasih tau keberadaannya.
"Kamu aneh nanya gitu. Emangnya kalian nggak punya planning ngabisin liburan bareng?" aku balik nanya.
"Iya. Radit pacar loe, kan?" Arjuna nambahin.
"Helen pacaran sama Radit?" Kiki tetiba nimbrung. Dia berdiri di depan aku ampe muter gitu kepalanya sembilan puluh derajat. "Kok kiki baru tau sekarang kabar baik ini?"
"Bukan loe aja, Ki, yang baru tau, semua di sini sama," ucap Arjuna. Dan, ya ampun, emang bener, temen-temen dibarisan ini pada masang muka kepo.
Helen salting.
"Loe pacaran sama Radit?" bahu nih cewek disenggol Mario yang ketawa-tawa, "Kesian amat Radit dapet cewe model gini," ledeknya dengan nada becanda. Telunjuknya nodong Helen yang berdiri di belakangnya. Helen kan nggak ada akhlak, baris dibarisan cowok.
"Eh, Mario, gini-gini gue cewek tulen."
"Kalo gue Radit, mending gue sama Ksatria," olok Mario. Darah aku berdesir nggak enak. Arjuna santai, dia mana cemburu kecuali yang disinggung Kak Mae.
"Leo kenapa, sih, sama gue? Ada masalah?"
"Gue canda, Nyet, tangan nggak usah mukul."
Bay the way, ada dua kabar baik yang mau aku sampein. Kabar baik pertama, dendam lama Arjuna dan Mario udah selesai. Mereka baikan. Mario memulai minta maaf karena ngerasa bersalah (walaupun sama-sama salah sih). Nggak cuma minta maaf soal dia mukul kaki Arjuna dengan balok, dia juga minta maaf atas rencana ngehancurin hubungan kami. Kabar baik yang kedua, Kiki Mario resmi pacaran. Yey, seneng deh rasanya semua kembali normal.
Tapi, ada kabar sedih. Ini bagi rapor terakhir Kiki ama Mario. Mereka nggak akan sekolah di sini lagi. Mama papa mereka akan pindah ke luar pulau, mau nggak mau mereka mesti ikut. Kayak kisah aku dulu. Huuu, aku nggak punya temen lagi dong.
"Kalian tau nggak, mereka pacaran ngumpet-ngumpet kek maling," cerocos aku. Kiki nyemburin tawa. Helen manyunin bibirnya yang kalah seksi dari bibir aku. "Nggak ada gitu kalian rencana liburan bareng?"
"Emm, kakak loe belum ada ngajak-ngajak."
"Aku ama Juna juga belum ada planning. Cuma kalo dia mau ikut aku jenguk ayah, aku seneng."
"Aku pasti ikut, Tembem." Aku acak-acak rambut di kepalanya. Anak-anak sini mah udah biasa liat Arjuna melukin aku. Mereka nggak akan ada curiga.
"Kalo kamu, Ki? Udah nyiapin planning liburan sama Mario?" tanya aku.
"Udah. Liburan mindahin rumah."
Kami berlima ketawa. Ketawanya agak ketahan karena hal itu tentang perpisahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KSATRIA (CERBUNG)
Teen FictionIni cerita Ksatria. Bukan Ksatria baja hitam, ya, bukan. Apalagi Ksatria bertopeng, iyuuuhh bukan banget. Ini kisah Ksatria Danadyaksa. Cowok ngondek yang harus kembali ke kota asal setelah musibah buruk menimpa keluarganya. Di kota asal itu, dia me...