Halaman Ketiga Belas

1.6K 119 11
                                    


"Kamu udah siap, kan?"

Aku ngangguk yakin. Kali ini nggak usah pake qolqolah deh.

"Pelan-pelan ya, aku baru pertama."

"Pasti tembemnya gue, eh, aku. Tapi kedengeran nggak enak kalo pake aku, Yank."

"Terserah ah."

Dia pun ngelumat bibir ranum aku lagi. Nafsu banget Arjuna, mentang-mentang bibir aku tebal merah muda dan kenyal kayak agar-agar.

Pelan-pelan dia rebahin tubuh aku. Dan akhirnya kami berdua bergelung di kasur dengan Arjuna berada di atas aku. Aku beri dia kejutan dengan pelan-pelan masukin lidah aku ke dalam mulutnya. Dia langsung nerima. Dan aku melenguh ngerasain sedotannya di mulut aku.

Aku geser tangan aku ke bagian belakang leher Arjuna, sementara tangan aku yang satunya nyentuh bagian dadanya. Telapak tangan aku langsung nyentuh kulit dada kirinya. Detak jantung Arjuna kerasa banget bergemuruh.

Aku ngelerai ciuman yang udah mulai panas ini. "Bentar dulu Juna, " kata aku ngerasain keenggaknyamanan di belakang punggung aku.

"Kenapa, Mbem?"

"Tas aku lepas dulu. Tas kamu tuh juga!"

Saking nafsunya kami ya, sampe lupaan ngelepas tas. Maklum aja baru pertama kali buat aku, hihi.

Aku lempar tas aku ke lantai, huss pergi sana. Arjuna ngikutin arah lemparan tas aku. Tas kami jadinya bertumpukan. Dia akan ngelepas seragamnya—yang udah lebih dulu aku buka semua kancingnya—tapi aku cegah karena aku yang pingin bukain. Sesudahnya kami mulai lagi ritual sensual ini. Pokoknya harus lebih hooot.

Ngomong-ngomong nih ya, aku tuh penasaran ama ukuran diameter burung Arjuna yang udah sesak bingits di sarangnya. Aku juga mau tau seberapa lebet sih bulu embutnya. Jadi, pas Arjuna kembali ngelumat bibir seksi aku dengan penuh nafsu sampe disedot-sedot gitu, jari aku merayap turun untuk ngebuka resleting celananya. Sebelum aku buka resleting itu, aku remet-remet lembut dulu dedeknya yang udah nonjol gede pake beud di balik celana abu-abunya. Habis aku remet-remet, aku coba gesek-gesek naik turun pake telapak tangan aku. Brrrr, sensasinya tuh, ya ampun, nggak bisa deh aku ungkapin pake kata-kata.

"Yank, bantu keluarin, celana aku udah sempit," keluh Arjuna yang kerasa bikin libido aku naik drastis. Lemah banget aku tuh, denger kata-kata semacam itu aja langsung lemes. Apalagi denger kata-kata kayak gini akunya;

"Yank, kocokin kontol aku!"

"Yank, isepin!"

"Yank, akh, mau keluar, akh akh, muncrat Yank, akh akh!"

Ya ampun.

Nurutin apa maunya, aku buka resletingnya dan aku masukin tangan aku ke lubang resleting itu. Aku mulai aktif ngobok-ngobok isinya.

Ugh, aku ngerasain batang keras yang hangat dari balik celana dalam Arjuna, keras aned loh, sungguh no tipu-tipu. Astaga, punya pacar aku ternyata gede uga. Akunya tambah suka, tambah nafsu. Apalagi bulu-bulu di sekujur batangnya yang tumbuh halus, bikin geli-geli gimana gichu.

Sekarang aku nggak gemeteran lagi loh. Aku dan Arjuna mulai jauh lebih enjoy dan relax ngelakuin ini.

"Dikeluarin Tembem Sayang. Jangan dipijet-pijet terus," pinta Arjuna bisik-bisik di telinga aku.

"Iya, ini lagi mau aku keluarin, kok ...," jawab aku penuh semangat, hihi.

Jemari aku udah megang batang berdenyut itu, tinggal sekali belokin aku bisa keluarin dari sisi kanan atau kiri celana dalamnya. Aku keluarin dari sisi kanan aja, karena setau aku hal-hal yang bersangkutan dengan kanan punya makna yang baik.

KSATRIA (CERBUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang