Halaman Kedua Puluh

1.2K 96 12
                                    

Kenapa sih Kak Radit ama Arjuna berprasangka buru ama Mario? Kak Radit nganggep dia nggak tulus, Arjuna juga nganggep gitu waktu itu.

Mario baik kok. Sejauh aku ngamatin dia nggak ada nampakin gelagat mencurigakan, dan aku belum nemu kejanggalan seperti yang disangka kedua cowok itu. Aku harus tetap hati-hati dan waspada, itu pesen Kakak. Cuma sekarang nggak perlu deh aku begitu, orang Mario baik banget kok. Ini aja aku dibeliin es krim mangkuk. Aku yakin, dia nggak ada niat buruk tiba-tiba minta maaf dan ngebaikin aku setelah kami ribut-ribut di kantin.

Aku kenal dia lumayan lama. Dia tulus, dan aku harap tulusnya sungguh-sungguh, nggak ada maksud terselubung.

Sekarang kami sedang duduk makan es krim di stand penjual es krim. Mario ngajak aku istirahat dulu.

"Kamu ngeliatin apa sih, Yo?" tanya aku nahan senyum malu. Aku tuh salting tauk dari tadi ditatap-tatapnya gitu. Iya aku cantik, tapi nggak mesti gitu juga ngeliatinnya. Kayak aku princess aja. "Es krim kamu nggak dimakan? Cair tuh," beritau aku agar dia mindahin tatapannya.

Mario pun nunduk ke mangkuk es krimnya, disendok lalu diicipnya es krim itu, "Loe sama Radit beneran adek kakak?" tanyanya kemudian.

"Kamu nggak percaya, ya?" tanya aku balik.

"Bukan. Apa kalian saudara kandung?"

Aku ngegeleng, "Kami sepupu."

"Pantes."

"Kok pantes?"

"Kalian berdua nggak ada mirip-miripnya. Yang satu ganteng gagah, yang satu centil...."

Iiih, aku tendang tulang kering Mario, syebel ah diejek centil, aku kalem gini kok. Mario mendesis kesakitan seraya ngusapin kakinya, "Kok loe nendang kaki gue?"

"Kamunya nyebelin."

"Gue belum selesai kali."

"Apanya belum selesai? Ngejek akunya?"

"Gini ... gue tadi bilang, yang satu ganteng gagah, yang satu lagi centil, dengerin, belum selesai ini."

"Iya, apa?"

"Centil tapi cantik!"

Deg.

"Yang satu ganteng gagah, yang satu lagi centil cantik"

Arjuna pernah ngomong itu, ketika pertama kali dia main ke rumah, di hari kami jadian. Dia lagi apa ya sekarang? Kenapa dia nggak nelepon or chat aku? Apa dia nggak kangen aku? Apa dia baik-baik aja? Dia nggak dimarahin mamanya habis-habisan, kan?

"Sat ... Halooo?" di depan muka aku sebuah tangan dadah-dadah. "Loe oke, kan?"

"Ha, iya?" tanya aku keluar dari lamunan.

"Loe mikirin Juna?" Mario nanya dengan alis legamnya yang terangkat satu.

"Ngg, nggak." Kilah aku nyembunyiin kebenaran.

"Gimana hubungan kalian? Masih lancar?"

"Akhir-akhir ini agak kendur," jujur aku lesuh.

"Sabar." Ditepuknya bahu aku yang kurus. "Kalo loe udah ngerasa bener-bener nggak kuat. Loe bisa kali berenti."

Deg.

Maksud Mario apa bicara itu?

"Cinta itu harus balance, Sat. Salah satu dari dua belah pihak ada yang keberatan, bisa runtuh pondasinya."

Aku diem sambil mikir. Mario seolah tau masalah yang tengah aku dan Arjuna hadapin, yang bikin hubungan kami agak kendur ini. Dapet informasi dari siapa dia? Atau dia sendiri yang ngulik, tapi untuk apa? Atau ini cuma kebetulan aja? Ah, iya paling cuma kebetulan.

KSATRIA (CERBUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang