[ Yank, maap aku ngak bisa jemput ]
[ Aku dianter mama :( ]
[ Pulang juga dijemput ]
[ Kamu jgn ngambek ya. Aku sayang kamu ]
Aku ngehela napas. Sedikit berat nerima ini dan sebel sama mamanya. Masa sih harus segitunya. Arjuna berangkat sekolah naik motor sendiri aja dia ketakutan. Heeeiii, aku homo baik-baik ya, cantik pula, nggak pernah tuh nama aku masuk buku hitam sekolah. Kurang apa aku, kurang apa? Dosa loh benci ama aku.
[ Oiya, kemaren aku kan menang ]
Dia nyisipin stiker cowok anime gendong-gendongan.
[ Jgn lupa, HAHA ]
Ish, dasar, kirain lupa sama taruhan itu.
[ Iya ngak pp. Ak sma kk aja ]
[ Menang apa, ya? ]
"Adek chatan sama siapa?" Tante ngeinterupsi.
Aku, Kak Radit dan dia sedang sarapan bersama di meja makan. Biasanya kami sarapan roti, kalo nggak nasi goreng. Pagi ini beda, Tante Wulan masak bubur kacang ijo.
"Sama Juna. Dia nggak bisa jemput aku. Mamanya jahat nggak bolehin bawa motor!"
"Loh, kenapa?"
Aku ngangkat bahu, "Takut kali anaknya boncengin aku."
"Yang mana sih mamanya tuh? Tante penasaran deh. Adek tau facebook-nya nggak, nama IG-nya kek, biar tante ceramahin di sana."
"Nggak punya," kata aku geleng-geleng lemah.
"Nggak ngerti lagi tante sama homophobia. Iya sih, tante nggak bisa juga nyalahin mamanya, tau penyebab mamanya bisa kek gitu. Cuma kan, yo mbok kenalin dulu Adek Sat luar dalem. Jangan langsung ngebenci separah itu, benci tuh sewajarnya aja."
Aku nunjukin mimik sedih. Tante langsung dekap kepala aku. "Aku tuh juga pingin kayak gitu Tante, jangan langsung ngejudge aku gay nggak bener."
"Kamu jangan sedih, ya. Pokoknya kita berdoa aja pada Tuhan, minta supaya hati mamanya Juna berubah. Nggak lagi mandang kamu anak nggak baik."
"He'eum."
"Udah nggak boleh sedih!" Tante ngapus pipi aku yang nggak ada air matanya padahal. "Buburnya diabisin!" dia duduk dan kembali nyantap isi mangkuknya. Aku pun iya.
Eh, aku belum read pesan Arjuna lagi.
[ Ah, ayank bisa aja, lupa apa pura² lupa ]
Aku ngetik balesan, tapi Kak Radit ngomong ama aku. Aku tunda ngetiknya.
"Loe mau naik gojek, apa mau kakak bonceng?" tanyanya sebelum minum air di gelasnya. Aku liat, bubur di mangkuknya udah habis. Dia berdiri dan make tas punggungnya. Bau-baunya siap berangkat nih.
"Ikut Kakak aja. Kakak mau pergi sekarang?"
Bubur aku belum habis. Aku sih makannya lelet.
"Ma, Radit berangkat, ya." Kak Radit cium tangan Tante.
"Kakak tunggu aku dulu," aku ninggalin sarapan dan ngacir masuk kamar, "Kakak tunggu!"
"Cepetan!"
Aku cuma mau ngambil jepit rambut aku kok. Jepit rambut yang dibeliin Kak Radit di malem minggu itu.
Senin ini ulangan. Semalem aku belajar bareng Kak Radit sampe ketiduran di kamarnya. Tau nggak, aku kan ketidurannya di lantai ya. Bukannya bangunin aku nyuruh pindah ke kasur ato kamar aku, aku digendongnya naik ke kasurnya. Aku tuh kebangun pas dia ngangkat badan aku cuma aku pura-pura nggak terusik. Hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
KSATRIA (CERBUNG)
Teen FictionIni cerita Ksatria. Bukan Ksatria baja hitam, ya, bukan. Apalagi Ksatria bertopeng, iyuuuhh bukan banget. Ini kisah Ksatria Danadyaksa. Cowok ngondek yang harus kembali ke kota asal setelah musibah buruk menimpa keluarganya. Di kota asal itu, dia me...