Halaman Keempat Belas

1.6K 121 14
                                    

"Yank, lama banget sii—HUAAAAAAA!!"

"Ya ampun." Tante langsung nutupin mukanya pake tangan pas ngeliat Arjuna tiba-tiba muncul di deket tangga. Sedangkan Arjuna buru-buru nutupin bagian tengahnya yang cuma dibalut sempak. Dia teriak dan ngacir masuk kamar.

Aku tercengang di tempat nggak bisa ngomong lagi.

"Dedek, itu siapa? Arjuna bukan, sih?" tanya Tante histeris.

"Te, aku permisi naik ya."

Aku nunduk saking malu dan nggak enaknya kepergok, lalu jalan ninggalin Tante yang entah mikir apa tentang ini.

Apa, ya?

Aku kan cuma numpang di rumahnya, lantas aku seenak udel ngajakin Arjuna dan berbuat hal kayak gitu. Aku malu. Aku ngerasa salah dan hina sendiri. Beda waktu pas aku dan Arjuna di dalam kamar kedapetan Kak Radit. Aku ngerasa biasa. Lagian kami juga belum ngapa-ngapain.

Yang jadi masalah di sini itu, Tante orang paling tua dan udah kayak orangtua kedua aku. Aku tau dia fujoshi, suka banget hal-hal berbau gay, tapi aku takut dia mikir aku nggak tau diri dan manfaatin kegemarannya untuk ngelakuin hal intim yang aku ingin di rumahnya sesuka hati.

"Dedek ..."

Aku nyetop langkah, Bebita masih adem digendongan aku diem aja. Tante deketin aku. Aku takut dan malu natap dia.

"Maafin aku, Te. Maaf aku lancang. Aku janji nggak akan ngulangin ini!"

Tante genggam kedua bahu aku. Aku udah deg-degan. Aku pikir bakalan diguncang-guncangin bahu aku sambil dia teriak marah-marah.

"KAMU YA, DI SINI UDAH NUMPANG, BUKANNYA JAGA KEPERAWANAN MALAH MINTA DIOPREK-OPREK SAMA JUNA. MAU JADI APA KAMU, HAH?!" terus aku ditampar bolak-balik.

Eh, nggak taunya enggak.

"Kamu takut tante marah, ya?" tanyanya dengan nada lembut. "Nggak apa-apa. Tante nggak marah kok. Justru nggak ada masalah kamu mau ngapain aja sama Arjuna di rumah, selagi itu nggak aneh-aneh dan bikin bahaya kalian. Misalnya nyabu. Tante nggak akan suka yang begitu.

"Kamu sama Arjuna pacaran, kan, tante pahamlah. Akan ada waktu di mana kalian pasti pengen."

Pipi aku langsung bersemu. Rasanya sejuk denger ucapannya. "Emang aku udah cerita ya ke Tante kami pacaran?" kali ini aku beraniin ngedongak natap Tante.

"Nggak diceritain juga tante tau." Tante Wulan cekikikan kecil, lalu ngelepas pelukannya. Dia sentuh kedua pipi aku. "Pesen tante, kalo mau gituan jangan lupa safety ... Tadi pake nggak Arjunanya?"

"Eeenggaak ... Tapi kami belum kok, soalnya aku nolongin Bebita, dia berantem lagi sama Bagong."

Belum yang aku maksud itu belum sampe crot ya. Arjuna kan udah nyelup aku, walaupun baru beberapa celup.

"Sini Bebita biar tante gendong. Kamu susul Arjuna gih kasian dia nunggu, pasti udah nggak tahan bingits," kata Tante gitu sambil cekikikan bahagia. Aku jadinya mesem-mesem malu.

Tante Wulan ngejulurin sepasang tangannya ngambil Bebita dari aku.

"Ouuh, kasihan anaknya mama." Didekapnya kucing itu di dada, dielus-elus kepalanya. Kayak biasa Bebita keenakan. "Bagong nakal, ya? Diapain kamu sama dia?" Bebita ngeong, "Dipikul ... Biar nanti tak mama pukul balik."

Aku beranjak ke kamar.

"Eh, Dedek."

Aku noleh dan berhenti jalan, "Iya. Kenapa Tante?"

"Kakak kamu belum pulang?"

"Belum. Kakak bilang ada tugas di club. Aku nggak tau tugas apa, kakak nggak cerita sih."

KSATRIA (CERBUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang