"Lo serius?"
Aku menganggukkan kepala mendengar pertanyaan Loly. Kami sedang berada di aula sekolah siang ini. Ada seleksi penerimaan anggota OSIS. Dan aku siap untuk mengikutinya. Demi si Atma, moodbosterku tentunya.Loly langsung menempelkan telapak tangannya di keningku.
"Gak demam loh Pia. Lo kok balik arah, katanya mau ikut club sains. Nilai Fisika lo kan top loh. Itu seleksinya juga hari ini."
Aku hanya menggelengkan kepala dan mengunyah cilok yang ada di tanganku. Kerumunan siswa dan suara riuh rendah di belakangku membuat aku menoleh ke kanan ke kiri.
"Sainsnya gak mau ikut. Besok tuh mau kuliah di bagian marketing yeeeaiii... gak jadi mending ambil kelas IPS aja."
Jawabanku makin membuat Loly menggelengkan kepalanya.
"Piaaaaa, Loly..."
Sapaan itu langsung membuat aku merapat ke arah Loly. Malesin banget pas begini ketemu ama Jono. The most wanted siswa yang sejak kapan hari udah ngejar-ngejar aku. Duh.
"Siang dek Pia sayang. Loh kok di sini? Ikut daftar seleksi OSIS ya? Sini mas bantuin, nanti tak lobi pak Ketu nya. Pasti dek Pia kesayangan langsung masuk. Dijamin."
Aku langsung menatap Loly yang menggelengkan kepalanya. Loly dengan rambut pendeknya itu malah kini makin menjauh dari Jono. Dia menarikku.
"Jangan Pi. Lo tahu sendiri si Mas Jono itu. Suka sama Lo loh. Apapun bakal dilakuin, tapi nih setahu gue dia gak ada kenal anak OSIS."
Bisikan Loly membuat aku langsung menatap Jono yang cengengesan.
"Enggak deh mas. Makasih."
Bersamaan dengan jawabanku itu suara Kak Alvian, humas OSIS sudah terdengar.
"Buat semuanya segera maju ke depan dan berbaris rapi."
Tentu saja aku dan Loly langsung bergerak. Dan akhirnya yes aku dapat tempat di depan sendiri. Pokoknya ini tempat favorit biar bisa menatap si Atma.
Suara riuh rendah di aula membuat aku menyenggol Loly.
"Lo kok ikutan baris? Bukannya lo gak mau ikut juga?"
Aku berbisik di telinga Loly. Tapi dia langsung mencibir ke arahku.
"Gue terjebak sama lo."
Tuh kan ini anak. Lalu aku melirik sisi kananku dan tidak terkejut melihat siapa yang berbaris di sana. Ada Silvy, si artis kelas sudah mengibaskan kipasnya yang selalu dibawa kemana-mana. Dia tertawa lepas dengan fans-fansnya yang mengerubungi bagai tawon sama bunga. Silvy itu memang cantik, pinter juga. Tapi entah kenapa kalau sama aku tuh kayak ilfeel gitu. Lah padahal aku kan jauh loh sama dia, aku cuma Pia anaknya Ayah Kafka dan bunda Rahma. Sesimpel itu.
"Baik semuanya... harap tenang. Setelah ini Kak Atma selaku ketua OSIS di sini akan memberi pengarahan apa yang mesti kalian semua lakukan."
Mendengar ucapan itu tentu saja sinyalku langsung aktif. Atma. Nah itulah yang ditunggu.
Aku langsung menatap depan dan kini menunggu kedatangan si ganteng.
"Eh lo! Kenapa di sini?"
Tiba-tiba suara Silvy mengangetkanku. Aku langsung menoleh ke arahnya.
Males nanggapin dia aku hanya mengangkat bahu.
"Pia..udah tatap depan ih."
Loly menyenggol lenganku dan kini menatap depan lagi."Itu rese si Silvy ih."
"Biarin aja Pia."
Loly yang selalu menenangkanku kalau Silvy menggangguku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK KETOS
Teen FictionIni bukan cerita tentang romansa.. Tapi cerita tentang secret admirer seorang gadis. Cerita tentangku, Sofia. Yang memendam cinta dengan kakak kelas dan ketua OSIS di sekolahan. Karena masa SMA itu masa paling indah, tapi tidak untukku. Secret Adm...