SERKAN 1O

7.1K 1.5K 73
                                    


NOTE:

INI SPESIAL AKU KASIH POV NYA SI SINGA YA EH MAKSUDNYA SI ASLAN ALIAS ASLAN ADYATMA SERKAN YA...

***** 

Aku baru saja turun dari atas motor yang aku parkir di parkiran sekolah. Hari masih sangat pagi, tapi aku memang harus ke sekolah pagi banget untuk mengurus lomba debat antar sekolah yang memang sekolahanku menjadi tuan rumah. Sebagai ketu OSIS di sini, tentu saja aku yang mengkoordinir semuanya. Meski ada teman-teman yang juga membantu.

Kurapatkan tas ranselku dan mulai melangkah menuju koridor yang meghubungkan antar kelas dan menuju ruang OSIS. Tapi tiba-tiba langkahku terhenti saat di tengah jalan tepatnya di depan kursi kantin yang aku lewati, ada seorang gadis sedang terduduk di sana. Dia memakai headset tapi tak terlihat karena berada di balik kerudung putihnya. Mulutnya tampak komat-kamit dan matanya terpejam. Dia kenapa? Masa pagi begini kesurupan?

Tapi tiba-tiba saat aku mengamatinya, mata itu terbuka.

"Astaghfirullah."

Otomatis aku beristighfar saat tatapan kami bertemu, dan kualihkan tatapanku ke arah depan.

"Kak Atma?"

Suaramya sepertinya aku kenal, akhirnya aku menoleh kembali ke arahnya. Gadis itu sudah beranjak dari duduknya dan melangkah mendekatiku. Tentu saja aku menggeser tubuhku untuk menjauh. Ini tempat masih sepi dan hanya ada kami berdua. Aku tidak mau ada yang ketiga yaitu setan.

"Putri upil?"

Akhirnya aku mengatakan itu saat melihatnya dengan jelas. Ya dia gadis yang selalu kuingat dengan sebutan itu. Karena memang itulah yang aku ingat darinya. Terus terang saja aku tidak begitu mengingat setiap gadis yang sudah berbicara denganku selain teman-temanku yang setiap hari bertemu di kelas. Bukan karena apa, tapi aku tidak mau menatap mereka dengan fokus, karena akan menimbulkan dosa. Katakanlah aku memang alim, sejak kecil aku sudah di didik dengan baik oleh kedua orang tuaku.

"Ih, Sofia, bukan upil."

Aku tiba-tiba merasa geli mendengarnya merengek tentang panggilan itu. Saat aku menoleh ke arahnya, si putri Upil, owh maksudku Sofia kini sedang melepas headset dan ditariknya keluar dari balik kerudung. Dia mematikan ponselnya lalu kini menatapku lagi.

"Apa?"

Aku bertanya tentang itu karena Sofia kini hanya diam menatapku membuatku jengah.

"Ehhehehehe lomba debatnya jam berapa?"

Aku langsung menatap jam yang melingkar di pergelangan tanganku.

"Jam 8, di aula. Udah belajar kan?" Aku memang menjadi tentornya kemarin.

Dengan antusias gadis itu menganggukkan kepala dan tersenyum lebar. Akhirnya aku mengangkat bahu.

"Ya sudah. Aku mau ke ruangan OSIS."

Aku langsung melangkah meninggalkannya, tapi aku mendengar suara langkah kaki di belakangku. Otomatis aku berhenti dan berbalik menghadap ke belakang lagi. Sofia kini juga menghentikan langkahnya.

"Kok ngikutin?"
Sofia tersenyum lebar dan memainkan ujung kerudung putihnya.

"Enggak ngikutin kok. Cuma melangkah di belakang Kak Atma. Lagian mau ke ruangan OSIS juga mau ambil nomer peserta."

Jawabannya membuatku menghela nafas. Aku tidak nyaman berada berdua dengannya kalau sepi begini. Kemarin aku memang menjadi tentornya, tapi Bu Nina juga sesekali mengecek kami di kelas. Lha ini kelas masih sepi juga. Baru pukul 6 kurang, masih belum ada siswa yang datang. Eh tunggu dulu, ini kok Sofia udah pagi banget ke sini ya?

SURAT CINTA UNTUK KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang