Bakpia 04

7.9K 1.5K 120
                                    

Note
Author mau buat dikit beda ya dicerita ini sama The Boss is Aslan biar lebih greget. Jadi Aslannya di sini notice sama pianya. Kan kasian kalau Pia kayaknya suka sama orang yang emang gak kenal ama dia. Kayak di TBIA kan kayak gitu. Nanti jadi gak greget ceritanya. Makanya nanti kalau agak beda jangan diprotes yak. Biar bikin baper aja deh. Ok.

*****

"Pi lo kenapa sih?"

"Sakit gigi?"

"Sakit perut?"

"Bisulan pantatnya?"

Seketika aku langsung menggelengkan kepala mendengar pertanyaan Loly. Enak aja bisulan. Tapi sejak tadi memang aku mondar mandir di depan Loly. Habisnya lagi mikirin gimana caranya biar bisa deketin Atma. Cara yang kemarin-kemarin buat aku gagal total. Lah kemarin malah aku seharian di UKS suruh boboan. Ya kan aku pingin liatin Atma ngasih bimbingan. Nyebelin.

"Kalau gak kenapa dari tadi cuma muter-muter kayak helikopter?"

"Husst diem deh. Mumpung bu Pur guru Kimia belum datang. Gue mau mikirin rumus kimia yang bisa buat si Atma notice sama gue."

Aku mengerling ke arah Loly yang tampaknya menatapku seperti orang yang sudah gila. Biarin. Pokoknya aku mau liatin Kak Atma. Titik.

"Oi Bakpia...duduk lo. Ngalangin jalan."

Teriakan itu membuatku menatap suara cempreng yang berasal dari kursi yang ada di pojok kanan. Biasa dari si Silvy, si ratu kelas musuh bebuyutanku. Silvy tampak cantik dengan rambutnya yang panjang tergerai dengan bandana warna pink. Aku mah emang kalah dibanding dia. Kemarin aja kata Loly si Silvy dapat perhatian terus dari Atma. Sedih kan jadinya aku. 

"Ngalangin jalan apa?"

Aku celingak-celinguk karena aku kan ada di depan mejaku sendiri yang duduk di depan kelas.

"Nanti Bu Pur gak bisa lewat. Minggir deh lo."

Loly langsung memberi isyarat kepadaku untuk duduk di kursi. Tapi aku kan masih belum ingin duduk. Anak-anak yang lain juga masih banyak yang di luar kelas. 

"Yee jalan bukan punya lo juga."

Jawabanku membuat Silvy langsung beranjak dari duduknya dan melangkah ke arahku. Saat itu juga mata Loly melebar, menatap ke belakangku. Begitu juga dengan Silvy yang langsung menghentikan langkahnya dan langsung tersenyum. Tapi bukan sama aku. Duh jangan-jangan bu Pur udah datang lagi. Refleks aku menoleh ke arah belakang dan... duh jantungku berlompatan tak karuan. 


"Silvy, data yang aku minta udah dicatat?"

Aku mengernyit mendengar suara itu. Kak Atma ada di depanku persis. Tapi dia kayaknya gak lihat karena tubuhnya yang menjulang tinggi itu. Kayaknya 170an deh atau malah lebih. Aku sampai mendongak seperti ini.

"Owh sebentar ya kak."

Aku merinding disko mendengar nada genit dari Silvy. Lalu si Atma ini menganggukkan kepala dan sepertinya dia notice sama aku. Dia langsung menunduk..


"Hai kakak."


Aku grogi beneran. Panas dingin lagi ini. Tapi Atma kini hanya mengernyit lalu suara Silvy membuyarkan semuanya. Gagal maning ini kayaknya duh. Atma sudah mendongak dan menerima catatan dari Silvy. 

"Ok. Makasih."

Setelah mengatakan itu aku yang diam seperti batu jadi tidak bisa menyapa Atma lagi karena dia sudah melangkah keluar dari kelas. Tapi kemudian dia tiba-tiba berbalik.


"Kamu.."

Aku tetap diam membisu. Dia gak ngomong sama aku kan? Cuma matanya kok kayak natap..


"Pi oiii... dipanggil tuh."

Celetukan Loly membuat aku menoleh ke arah sahabatku itu.


"Gue?"

Loly langsung menganggukkan kepala.

"Iya kak."

Tapi bukan aku yang menjawab dan menghampiri Atma tapi Silvy.

"Bukan kamu. Itu cewek yang pakai kerudung."

Mataku melebar dan membulat. Otomatis kepalaku berputar sampai 145 derajat. Arah jam 12 dan langsung menatap Atma. Dia menunjukku dan menyuruhku mendekat. Duh tapi kok aku malah pingin pipis ya ini?

Silvy tampak mencibir saat aku melangkah keluar kelas dan menghampiri Atma.

"Saya kak?"

Atma langsung menganggukkan kepala. 

"Iya kenapa ya kak?"

Duh jantung ini jantung. Ternyata kak Atma notice sama aku. Alangkah senangnya hatiku. 

Dia menunduk untuk mensejajarkan wajahnya denganku. Eh dia mau ngapain? Masa ya cium? Dosa kan ya? Aku langsung mundur. Tapi Atma masih menatapku lekat. 

"Kakak mau ngapain?"

Wajahku sudah memerah dan panas. Iya sih notice tapi kan gak langsung nyosor kali. Lagian aku juga gak mau kalau dicium dan..


"Ada spidol warna hitam di ujung hidungmu. Atau itu upil ya?"

Astaghfirullah. 

Lemari mana sih lemari? Aku mau ngumpet. Ini upil yang ada di ujung hidung kenapa juga ikut nongol? Alamak.


Bersambung

SURAT CINTA UNTUK KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang