"Bakpia isi kacang merah, pinjam spidol warna warninya.."
Aku langsung menoleh ke arah sosok suara yang kini mengganggu belajarku. Kenan itu selalu ngerecokin kalau aku lagi serius kayak gini.
"Gak boleh, kemarin spidolku 12 biji juga kamu ilangin semua. Ini spidol mahal yang sekarang Ken Ken.."
Tapi Kenan sudah merangsek tas ranselku dan langsung mengambil satu pack spidol yang masih baru. Dasar itu anak.
"Pelit. Tak bilangin ayah loh, bakpia gak mau beramal. Padahal beramal 1 perak aja dapat ganti berlipet-lipet. Ntar gak dapat kakak gantengnya tempo hari yang ke sini loh."
Celetukan balita labil tuh kayak gitu. Sok pinter dan sok tahu. Aku langsung melotot ke arah Kenan yang kini tengah memilih warna spidolku. Adek kecilku itu kini tampak serius mengamati warna warninya.
"Masih piyik belagak ngomongin cinta."
Aku membaca buku pelajaranku lagi, tapi langsung menatap Kenan yang tampak menjulurkan lidahnya ke arahku.
"Bilang ayah ah, bakpia lagi bucin."
Astaghfirullah ini anak kecil omongannya. Masih sd juga. Duh.
"Awas loh ngomong ayah macam-macam."
Aku langsung mengemasi bukuku dan masuk ke dalam tas ranselku. Ini tuh memang masih pagi dan mau berangkat sekolah.
"Makanya spidolnya Ken ambil yaaaa.."
Sebelum aku bisa memprotes Kenan sudah berlari keluar kamar membawa satu wadah spidolku. Nanti kan aku ada pelajaran gambar dan butuh itu spidol. Dasar si Kenan rese.
******
"Lo kan udah tahu kalau Pak Wahyu itu paling gak suka anak yang gak bawa peralatan lengkap."
Aku langsung menatap Loly yang ceramah panjang kali lebar saat tahu aku tidak membawa spidol. Padahal pelajaran seni rupa tuh pas jam pertama. Dan sekarang sudah pukul 06.45 yang artinya 15 menit lagi kami masuk.
"Dibawa adek gue Lol. Tadi mau mampir warung juga udah keburu berangkat. Anterin ke koperasi yuk."
Loly langsung menatapku dengan kasihan. "Di koperasi habis, diborong ama anak-anak kelas 11. Pinjem Mbak Anis aja sana."
Ucapan Loly langsung membuat aku terkekeh, owh iya masih punya kakak juga. Kutepuk keningku dan mencubit pipi Loly.
"Aduh muucih Lol. Udah ngingetin kalau aku punya kakak."
Loly langsung menggerutu begitu mendapatkan cubitanku. Aku segera berlari keluar dari dalam kelas.
"Eh Sop ceker ayam, aduh sakit ini."
Tapi diambang pintu aku bertemu dengan Ridwan, si dukun abal-abal. Dia menepuk-nepuk tangannya yang baru saja terkena tubuhku.
"Sorry Rid, buru-buru."
Aku segera melangkah lagi saat Ridwan menghentikan langkahku.
"Eh Sop bentar,"Dia membuat aku menatapnya cermat. Kali ini dia malah bersedekap dan mengusap dagunya. Seperti orang yang sedang tampak berpikir.
"Apaan ih, gue mau ke kelas 11 ih."
Ridwan langsung mengerjap dan menjentikkan jarinya."Gue semalam dapat pangsit, eh maksud gue wangsit. Kalau pangsit kan yang ada di dalam bakso ya sop. Eh bakso daging sapi sama ayam enakan mana?"
"Sapi lah."
"Owh sapi ya? Aduh emak gue kok tadi beli bakso ayam ya? Apa gue suruh tukerin ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK KETOS
Novela JuvenilIni bukan cerita tentang romansa.. Tapi cerita tentang secret admirer seorang gadis. Cerita tentangku, Sofia. Yang memendam cinta dengan kakak kelas dan ketua OSIS di sekolahan. Karena masa SMA itu masa paling indah, tapi tidak untukku. Secret Adm...