Serkan 23

7.1K 1.7K 161
                                    

"Lo tahu gak? Itu si Sofia curang tahu."

"Curang gimana maksudnya?"

"Ya pokoknya dia tuh curang jadi menang lomba."

"Masa?"

Aku berhenti saat mendengar percakapan itu. Sebenarnya aku sedang berjalan menuju kantin saat tiba di depan toilet dengan gerombolan cewek-cewek yang sedang bergosip. Dan nama Sofia langsung membuatku tertarik.

Ingin aku menegur mereka, terutama Silvy. Salah satu teman satu kelasnya Sofia yang menghembuskan gosip itu. Tapi aku tidak ingin memperkeruh suasana maka segera aku melangkah lagi.

Hanya saja gosip itu jika tersebar luas bisa mengakibatkan hal yang fatal. Pasalnya Sofia tidak seperti itu dan aku bisa menjamin.

Akhirnya aku berbelok menuju kelas 10, ingin segera memberitahu Sofia tentang ini.

Tapi sampai di depan kelas Sofia aku bisa melihat dengan jelas Jono sedang berada di depan kelas Sofia. Dimana Sofia sedang duduk di kursi panjang. Aku bisa melihat kakinya terbebat perban dan dia mengenakan sandal. Bukan sepatu.

"Kak Atma."

Aku menoleh ke arah kiriku dan menemukan Ridwan salah satu teman Sofia menyapaku.

"Ya?"

Ridwan kini menepuk bahuku.

"Tabahkan hatimu kak saingan mulai merayap dan ingin mencicipi sop ceker. Tapi tenang menurut penglihatanku, kakaklah sang juaranya."

Aku mengernyit tak mengerti Ridwan membawa-bawa sop ceker segala. Dan apa hubungannya dengan saingan dan juara?

Setelah mengatakan itu Ridwan segera melangkah meninggalkanku. Tapi kini mendekati Sofia yang tampaknya sedang berbincang dengan Jono. Setelah itu dia malah memberitahu Sofia kalau aku sedang berdiri di sini dan menunjukku. Jono pun ikut menatapku.

"Kak Atma...."

Sapaan riang khas Sofia membuat Jono kini bersedekap dan melangkah mendekatiku.

"Hei bro... aku sudah hafalan surat-surat pendek. Titip pesan buat yang mulia ayahandanya Sofia aku sudah siap untuk di tes."

Jono mengatakan itu lalu melangkah pergi meninggalkanku. Heran sama itu anak suka aneh.

Segera aku mendekati Sofia yang tampak masih tersenyum ceria.

"Hai.."

"Hai kakak. Kangen ama Pia ya?"
Tuh kan... dia mulai merayu lagi. Tapi memang setelah beberapa hari tidak mendengarnya membuatku tidak kesal mendengarnya.

"Ehm kakimu bagaimana?"

Mendengar pertanyaanku Sofia langsung menunduk dan menunjuk kakinya.

"Belum bisa digerakin masih sakit."

Aku jadi merasa iba melihat dia seperti itu. Akhirnya aku duduk tapi agak jauh darinya. Teringat ucapan Silvy tadi dan kini memutuskan untuk memberitahu Sofia tentang gosip itu.

"Ehmm kamu sama Silvy musuhan ya?"

Mata bulat sofia membelalak lalu dia menggelengkan kepala.

"Musuh? Ah Pia mah gak mau punya musuh. Tapi kalau Silvy emang dari pertama juga gak suka ama Pia."

Dia mengangkat bahunya "Mungkin kalah cantik kali."
Kuangkat alisku mendengar ucapannya yang membuat dia tergelak.

"Bercanda kakak. Ehm tapi Silvy emang gak suka ama Pia sih. Padahal dia mah cantiknya tumpeh-tumpeh ya kak?"

Aku makin mengernyitkan kening. Sofia ini pribadinya memang kadang-kadang sukar ditebak dan membuatku kagum.

"Eh tapi bentar deh...kenapa kakak ngomongin Silvy? Kakak suka ya?"
Mata Sofia sudah mengerjap dan tampak terkejut. Lalu wajahnya berubah muram.

"Iya sih Silvy itu kan cantik, seksi lagi. Siapa coba yang gak suka? Cuma Bang Jono tuh yang gak suka dan malah ngejar-ngejar Pia. Lah Pia mah jauh ama Silvy. Kayak gayung ama cangkir. Plastik ama kaca."

Aku gak suka dia ngomong seperti iti. Bagiku Pia itu lebih dari Silvy dalam hal apapun.

Tapi Sofia kini tersenyum dengan cerah lagi.

"Ah tapi Pia sih gak mikirin itu. Yang penting Allah sayang sama Pia."

MasyaAllah.

Sofia dan kepribadiannya. Aku menatapnya yang tampak salah tingkah saat ini. Lalu dia tampak sedih lagi.

"Kakak suka sama Silvy beneran ya?"

Kuhela nafasku dan kini menyugar rambutku.

"Aku lebih suka sama cewek yang ada di sampingku."

Bersambung

Nembak? Nyatain? Atau keceplosan ih mas Aslan ini...

SURAT CINTA UNTUK KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang