Serkan 27

6.3K 1.6K 87
                                    

"Serkan... 6 bulan lagi kamu udah kenaikan kelas kan ya? Jadi pindah ikut ke Mesir? Papa sama mama harus menetap di sana."

Aku tertegun mendengar ucapan papa. Pagi ini, saat selesai sarapan dan baru saja akan beranjak untuk mengambil tas ranselku papa menghentikanku.

Sebenarnya papa asli Turki dan mama Indonesia. Hanya saja papa bekerja di sebuah perusahaan yang mempunyai cabang di Indonesia dan Mesir. Tahun ini memang papa dipindah tugaskan di cabang Mesir sehingga aku dan mama harus mengikutinya.

"Baik pa."

Kuanggukan kepala, papa menepuk bahuku dengan senyum mengembang di wajahnya. Kuhela nafasku, sebenarnya aku kasih merasa sangat berat meninggalkan sekolahan yang selama ini sudah membuat kenangan untukku.

*****
"Atma..."

Aku langsung menoleh saat mendengar panggilan Alvian. Temanku yang satu kelas dengan Annisa kakaknya Sofia.

"Dapat surat dari si Pia."

Aku mengernyit tapi kemudian tersenyum. Menerima kertas warna merah muda yang dilipat itu. Ini anak dari kemarin membuat suasana hatiku lebih ringan karena kepolosannya.

"Kenapa gak wa aku aja coba?"

Alvian kini tertawa sambil menepuk bahuku.
"Itulah uniknya si Pia. Menggemaskan tapi."

Aku menganggukkan kepala setuju lalu memasukkan surat pemberian Sofia ke dalam kantong baju.

"Makasih ya."
Alvian menganggukkan kepala dan berlari ke arah kelasnya karena bel masuk sudah terdengar. Aku sendiri langsung melangkah ke arah kelasku. Setidaknya Sofia membuat beban berat di hatiku sedikit menghilang.
Aku masih belum merasa tenang untuk ikut papa ke Mesir.
*****

Dear Kak Atma,

Assalamualaikum wr.wb
Maaf Pia kirim surat. Habisnya malu kalau mau nannyain lewat hp sama kalau langsung ketemu..

Ehmm anu...gimana ya...
Aduh jadi tanya gak?

Aku hampir tertawa membaca tulisan Sofia. Kelas masih tenang, habisnya sekarang pelajaran bahasa Inggris dan suruh mengisi esay. Aku sendiri sudah selesai sejak 30 menit yang lalu. Ryan di sebelahku tampak melirik-lirik lembar jawabanku. Hanya saja dia tidak berani berkutik karena kami duduk di depan sendiri dan Pak Kunto ada persis du depan kami.

Eh tapi ini aku baca suratnya Sofia juga aku tutupin pake tempat pensil. Bisa dimarahin Pak Kunto walaupun aku sudah selesai dan dapat nilai 100 juga. Ya kadang-kadang aku juga tak selalu serius di dalam kelas. Kita ini masih remaja wajar kalau melakukan hal seperti ini. Sensasinya itu beda kalau sembunyi-sembunyi begini.

Pia mau minta maaf kemarin Kak Atma telepon Pia malah denger yang enggak-enggak. Termasuk suaranya si krucil Kenan yang menangis dan buat berisik. Nah  itu kan bertepatan pas kakak jawab pertanyaan Pia.

Aku mengernyit membaca tulisan Sofia. Iya sih kemarin tuh denger dia teriak-teriak gak jelas saat aku mengatakan calon imamnya masa depan. Bagiku lucu aja mengatakan hal itu. Kan itu memang gombalannya tiap hari?

Terus pas dia tanya suka cewek di sebelahku tentu saja aku jawab...

"Atma...ngintip dikit dong."

Bisikan Ryan membuat aku menoleh ke arahnya. Dia menunjuk-nunjuk lembar jawabanku. Kuhela nafasku dan kugeser sedikit ke arahnya. Lalu dengan cepat Ryan mencontek walaupun sedikit-sedikit menoleh ke belakang. Karena Pak Kunto ada di belakang.

Nah Pia tuh mau tanya pas itu kakak jawab apa? Serius ini Pia ngelunjak ya kak? Tapi kan Pia penasaran, habisnya suaranya Ken Ken keras banget. Jadi Pia gak denger tuh...

SURAT CINTA UNTUK KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang