Kurenggangkan ototku dan mulai melangkah ke arah mushola sekolah yang terletak di depan laboratorium Kimia. Hari sudah sore, bahkan sekolahan sudah sepi. Hanya ada beberapa anak yang masih mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Aku sendiri baru saja selesai rapat OSIS dengan anak-anak. Mengingat tadi belum sempat shalat ashar dan ini sudah pukul 4, aku segera melepas sepatuku dan mengambil air wudhu.
Saat masuk ke dalam mushola, aku bisa melihat ada siswi juga yang sedang melaksanakan shalat. Segera aku mengambil sajadah dan sarung yang sudah tersedia. Meski aku memakai celana panjang tapi aku selalu menggantinya dengan sarung. Takut kalau celanaku sudah terkena najis. Di mushola memang di sediakan ruangan untuk berganti.
Alhamdulilah, lega rasanya setelah menunaikan kewajiban. Setelah shalat aku segera beranjak keluar dari mushola dan memekik terkejut karena mendapati sosok gadis berkerudung putih sedang mengenakan sepatunya. Gadis yang akhir-akhir ini selalu ada di orbitku itu kini terlihat membungkuk tapi eh.. dia nangis?
"Hei.."
Aku duduk di sebelahnya yang membuat dia langsung menoleh. Matanya mengerjap tapi kemudian tetes air mata kembali membasahi pipinya.
"Kak Atma?" ucapnya tersendat. Lalu dia mengusap pipinya dengan kerudungnya dan kini tampak kesulitan bicara. Sakitkah dia?
"Kenapa?"
Sofia mengerjap lagi dan kini tampak malu. Tapi kemudian menunduk dan menunjuk sepatunya. Dia tidak berbicara lagi hanya menunjuk-nunjuk sepatunya itu."Sepatunya kenapa?"
Sofia kini tampak mengusap -usap pergelangan kakinya."Tadi tuh Pia terpeleset pas ambil wudhu terus kaki keseleo jadi sekarang sakit."
Astaghfirullah. Tentu saja aku khawatir. Sofia yang biasanya ceria dan suka gombalin aku kini malah menangis kesakitan.
"Kamu sendiri di sini? Atau sama temen?"
Sofia kini mengusap air matanya lagi, lalu mengerjap ke arahku."Sama Loly, ada Ridwan juga Kak Jono di aula. Tadi tuh Pia pamit shalat dulu. Kan lagi latihan sandiwara ama anak-anak teater."
Penjelasannya yang panjang membuatku menghela nafas."Berarti aku panggilin temen-temen kamu ya?"
Tapi Sofia kini malah menggelengkan kepala. "Enggak mau. Gak seneng ditungguin sama kak Jono. Dia coba dempet-dempet Pia terus. Kan dosa kakak, Pia gak mau balik lagi ke aula."
Kini Sofia malah merengek. Tapi dia tampak lucu kalau seperti itu.
"Terus gimana?"
"Mau pulang."
Aku menatap jam yang melingkar di tangan. Aku memang bawa motor, tapi kan Sofia sedang sakit dan aku tidak mungkin memberi tumpangan kepadanya.
"Bisa jalan gak? Atau aku bawa ke uks dulu. Ada guru jaga kan? Minta obat ya."
Kali ini Sofia tampak merintih lagi tapi kemudian menganggukkan kepala.
"Mau tapi jalan gimana? Sakit."
Dia tampak manja lagi dan mengusap kakinya. Aku tidak mungkin memapahnya juga.
"Ehm bentar aku panggilin anak-anak yang jaga di uks deh."
*****
"Princess Sofia ku di dalam kah?"
Aku menatap Jono yang kini sudah melangkah mendekatiku. AKhirnya Sofia memang dibantu berdiri sama anak-anak yang jaga UKS. Dan saat ini aku sedang menunggunya diobati. Teman-teman Sofia akhirnya tahu dan ikut menemani di dalam."Princess siapa?"
Bule di depanku kini malah menyeringai lebar dan menepuk-nepuk dadanya."Ya putrikulah. Sofia."
Aku mengernyit mendengar jawabannya. Dia ini memang pacarnya Sofia? Tapi tidak mungkin, Sofia saja tidak mau bertemu dengannya. Tapi aku jadi teringat kejadian kemarin saat di lapangan. Dia sepertinya sedang pedekate dengan Sofia.
"Lagi kesakitan, aku udah telepon ayahnya."
Aku memang menelepon ayah Sofia untuk menjemputnya. Dan Om Kafka mengatakan akan menjemput Sofia tapi karena masih ada pasien suruh menunggu dan aku yang diberikan tugas untuk menjaga Sofia. Ayah Sofia itu memang baik.
"Eh gak usah. Aku antar aja, Aku bawa mobil kok."
Dengan sombongnya Jono menunjuk kunci mobil yang dibawanya. Tapi aku langsung berdiri.
"Pesan dari ayahnya, Sofia gak boleh pulang sama siapapun."
Jono mengernyit, "Kamu suka sama Sofia?Mau saingan sama aku?"
Tuh kan.. aku gak suka urusan kayak gini. Males.
Aku hanya mengangkat bahu, dan saat itulah dua teman Sofia keluar dari ruangan uks.
"Kak Atma, Loly suruh pulang sama mama nih. Tungguin Sofia ya?"
Aku hanya menganggukkan kepala."Ya udah ramalanku tepat kok. Sofia di tangan yang bener. Yuk dadah babay,.,,"
Cowok temannya Sofia yang bernama Ridwan itu malah menepuk bahuku sebelum berlalu.
"Dek Sofiaaaa.."
Aku mendengar Jono memanggil Sofia saat masuk ke dalam. Aku tentu saja mengikutinya. Bu Anis, guru jaga di uks kini membereskan peralatan obat yang digunakan untuk mengobati Sofia.
Sofia sendiri tengah duduk diatas ranjang dengan kaki terbebat perban dari pergelangan kaki sampai telapak kakinya.
"Apa ih Kak Jono, sana pulang. Ntar keliatan Ayah Pia Kak Jono kena santlap loh. itu rambut dikira diwarnain."
Celetukan Sofia membuat Jono kini menyugar rambutnya yang memang asli berwarna pirang.
"Ih ya enggak ini asli loh dek Pia. Ayah dek pia pasti seneng."
Sofia sudah mengernyit dan tampak senang tapi kemudian aku mengerti maksudnya. Kudekati Jono dan kutepuk bahunya.
"Aku yang udah ketemu ama ayahnya Sofia. Orangnya galak, kamu udah hafal Alquran belum? Pasti nanti disuruh hafalan."
Mendengar itu mata Jono membelalak "Iyakah? Aku alfatihah aja belum hafal."
Wajah Jono tampak lucu lalu tanpa berkata apa-apa dia sudah ngacir keluar dari dalam ruangan. Bu Anis hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Jono.
Sofia kini sudah tersenyum lebar lagi "Makasih ya kak, udah nyelametin Pia dari Kak Jono. Kakak so sweet deh."
Tuh kan, sembuh sedikit saja sudah melancarkan rayuannya. Sofia Sofia...
BERSAMBUNG
Atma udah malu mau meong tuh...aihh
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK KETOS
Teen FictionIni bukan cerita tentang romansa.. Tapi cerita tentang secret admirer seorang gadis. Cerita tentangku, Sofia. Yang memendam cinta dengan kakak kelas dan ketua OSIS di sekolahan. Karena masa SMA itu masa paling indah, tapi tidak untukku. Secret Adm...