"Oi... Atma lo bawa spidolnya kan? Hari ini kita ujian gambar."
Aku langsung menoleh ke arah Ryan. Teman satu bangkuku. Spidol? Aku mengernyit dan mengaduk-aduk isi tasku.
"Gue lupa kayaknya bawa..."
Akhirnya aku menatap Ryan yang kini tampak terkejut dengan jawabanku. Pasalnya aku tidak pernah lupa apapun selama ini. Apalagi hal penting kayak gitu. Tapi kan spidolku kemarin...
Aku langsung beranjak berdiri dan teringat kalau spidolku dibawa Sofia. Bagaimana aku bisa lupa coba?
"Gue ke kelas 10 dulu."
"Ngapain? Jangan bilang lo ada kecengan adek kelas deh."
Aku tidak menghiraukan teriakan Ryan. Langsung berlari menuruni tangga yang akan membawaku ke kelas 10.
Tapi di tengah jalan aku lupa Sofia itu kelas 10 berapa? Kutepuk dahiku sendiri, kenapa aku bisa lupa lagi? Yang aku ingat dari Sofia ya mulut ceplas-ceplosnya dan pipinya yang memerah kalau malu.
"Kak Atma."
Sepatu ketsku berhenti saat mendengar ada yang memanggilku. Silvy sedang berjalan ke arahku.
"Kak Atma mau ke ruangan Osis juga?"
Kugelengkan kepala dan kini sadar kalau Silvy teman satu kelasnya Sofia.
"Ehm mau ke kelas kamu."
Silvy langsung tersenyum lebar mendengar ucapanku.
"Wah mau nemuin aku?"
Tapi segera kugelengkan kepala.
"Antar aku ke kelasmu."
Mendengar itu wajah Silvy makin berseri. Dia melonjak senang dan menganggukkan kepala.
"Yuk."
Kuhela nafasku dan beristighfar di dalam hati. Aku tidak mau dekat dengan cewek.
"Tadaaaa kita sampai."
Silvy berusaha menarik tanganku tapi aku langsung mundur untuk menghindarinya.
"Owhh hehehe udah nyampe kak."
Tanpa menunggu ucapannya lagi aku langsung melangkah masuk. Kelas yang sudah rame membuat aku menatap tiap siswa yang sedang duduk. Lalu pencarianku berhenti ke sosok gadis berkerudung putih yang tengah asyik dengan buku di depannya.
Aku segera melangkah mendekatinya."Eh kak meja Silvy sini."
Semua siswa dalam kelas langsung terdiam begitu aku melangkah menuju mejanya Sofia. Tapi gadis itu tetap fokus ke bacaannya.
"Kak.."
Aku tidak menghiraukan rengekan Silvy. Segera aku berdiri di depan meja Sofia.
"Assalamualaikum."
Gadis di sebelah Sofia mencolek-colek lengan Sofia. Tapi Sofia masih asyik membaca. Dia terlalu fokus sepertinya.
Aku menunduk untuk lebih mendekat."Assalamualaikum Sofia."
Saat itulah wajah Sofia terangkat. Tapi matanya langsung mengerjap. Lalu mulutnya ternganga.
"Waalaikumsalam. Eh Kak Atma?" Dia mengerjap lagi lalu mengulas senyumnya.
"Owh kakak mau kasih aku obat ya pasti ke sini? Anu kak kaki aku udah sembuh kok. Semalam aku kasih parem. Biru sih jadi sakit kalau buat berlutut. Jadi..."
Aku mengernyit mendengar penjelasannya. Tapi kemudian teringat dia kemarin jatuh. Astaghfirullah aku belum memberi obat kepadanya.
"Kamu bisa bawa tasmu dan ikut aku?"
Sofia tampak bingung tapi kemudian menunjuk dirinya sendiri.
"Aku? Mau diajak kemana coba? Jangan bilang ajak ke KUA?"
Ucapannya itu membuat aku membelalak lalu tawa bergemuruh terdengar di seluruh ruangan kelas. Sofiaaaaa....*****
"Ehheee... cantik ya. Warna warni gini. Kok Pia belum pernah lihat plester yang kayak gini sih?"
Aku menyesap es tehku dan menatap Sofia yang malah asyik menatap plester karakter yang baru aja aku belikan. Di koperasi sekolah memang adanya plester karakter kayak gitu. Setelah kehebohan di kelas akhirnya aku bisa menariknya ke sini. Duduk di kantin sambil menyesap es teh. Aku tadi menawarkan untuk mengobati kakinya tapi dia malah minta plester buat menutup luka di jari manisnya. Entah terkena apa.
"Eheeemm jadi, ehmm bolehkah aku pinjam lagi spidol yang sudah aku berikan kepadamu?"
"Spidol?"
Sofia tampak bingung. Tapi kemudian menepuk dahinya sendiri.
"Owh spidol yang dikasih buat obat kemarin?"
Kuanggukan kepala mendengar ucapannya. Lalu dia mengaduk-aduk tas yang dibawanya. Mengeluarkan spidol milikku.
"Ini."
Kuambil spidol itu tapi kemudian menatap Sofia.
"Nanti siang aku balikin ya."
Tapi Sofia malah bingung.
"Kok dibalikin? Itu kan milik Kak Atma. Kemarin udah kepake satu pas pelajarannya Pak Wahyu yang warna item. Jadi abis deh, besok Pia ganti ya?"
Aku tersenyum mendengar penjelasannya.
"Enggak usah. Ini kan udah aku berikan sama kamu. Aku pinjam aja."
Tapi Sofia malah tampak bingung lagi. Kemudian matanya tiba-tiba membelalak.
"Hah? Kakak ngelamar aku pake spidol?"
Astaga. Ini anak.
Bersambung
Pia coming yaaaaa yuk koment..
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK KETOS
Teen FictionIni bukan cerita tentang romansa.. Tapi cerita tentang secret admirer seorang gadis. Cerita tentangku, Sofia. Yang memendam cinta dengan kakak kelas dan ketua OSIS di sekolahan. Karena masa SMA itu masa paling indah, tapi tidak untukku. Secret Adm...