BAKPIA 06

7.3K 1.6K 63
                                    

LOVE IS ASLAN

"Bunda, obat flu dimana?"
Bunda langsung menoleh ke arahku pagi ini. Entah kenapa sejak semalam kok aku terus bersin-bersin gak jelas. Pasti ini ketularan si Ken yang sedang flu terus semalam minta bobok di kasurku. Alhasil aku terkena virusnya juga.

"Kamu sakit nak?"
Bunda kini meletakkan telapak tangannya di keningku.

"Ketularan Ken Ken."Jawabanku membuat bunda kini tersenyum lalu mengambilkan susu hangat yang ada di atas meja makan. Lalu menyuruhku untuk duduk.

"Udah, sekarang minum susu dulu, habis itu sarapan dan minum vitamin ya."

Aku hanya menganggukkan kepala. Padahal nanti di sekolah tuh ujian lari 5 km. Terus aku harus gimana coba?

****

"Piaaaa.. buruan deh. Kita terakhir nih. Bisa cepetan gak?"

Teriakan Loly yang ada di depanku membuat nafasku makin terengah-engah. Aku sudah pusing dan aku paksakan. Duh kok tersiksa banget ya?

"Lo duluan deh. Gue kena diskualifikasi gak apa-apa. Gak bisa nafas nih."

Aku akhirnya menyerah. Padahal beberapa menit lagi juga sampai di sekolah. Jadi nih ceritanya kami lagi ujian buat nilai olahraga, yaitu lari 5 km. Rutenya yang dari sekolah terus muterin kompleks sekolahan yang luasnya segede lapangan bola nih, nah aku paksain padahal kepala rasanya nyut-nyutan dan hidung meler terus, keluar ingus. Iuuuhh.

"Tapi nanti nilai lo jelek. Gue temenin deh."

Teriakan Loly malah membuat aku merasa iba dengannya. Aku kan gak mau dia dinilai jelek.

"Udah gue gak apa-apa. Beneran."Loly tampak berdiri ragu saat menungguku yang memang sudah tidak bisa lari lagi. Tapi kemudian Loly tersenyum lebar.

"Tunggu ya."

Loly sudah berbalik arah dan kini berlari meninggalkanku. Aku hanya menghela nafas dan kini mengipas-kipasi wajahku sendiri dengan tangan. Matahari terik banget pagi ini, baju olahragaku aja udah lengket kena keringat. Ketekku udah basah beneran ini. Kerudungku juga pasti bau apek deh. Aku melangkah dengan loyo menyusuri jalanan kompleks sekolahan. Teman-temanku sudah tidak terlihat. Sedih kalau kayak gini memang, di saat penilaian kritis gini malah badanku yang gak bisa diajak kompromi.

"Kamu.."

Deg

Langkahku terhenti saat mendengar panggilan itu. Lalu saat aku mendongak. Ya Allah ada pangeran di depanku. Alis tebalnya bertaut dan kini menatapku dengan bingung.

"Kak Atma?"

Atma kini melangkah mendekat ke arahku. "Kamu katanya pingsan? Tadi temen kamu bilang ada yang pingsan. Jadi aku langsung ke sini."

Aku melongo saat mendengar ucapan Atma, lah siapa yang pingsan coba?

"Gak pingsan kok Cuma hatsyiiiii..."

Aku tiba-tiba bersin persis di depan Atma yang kebetulan juga dia sedang menunduk untuk mengamatiku. Tentu saja aku langsung melangkah mundur. Duh kok kena si Atma.

"Aduh kak, maaf."

Aku bingung mencari-cari tisu di kantung celana olahraga tapi ternyata Cuma tinggal bungkusnya aja. Atma sudah mengusap wajahnya dengan lengan bajunya. Dia tampak geram dan menatapku galak.

"Kamu ini, kemarin upil sekarang ingus. Kamu perlu periksa deh."

"Maaf kak."

Aku hanya bisa mengucapkan itu. Atma tampak kesal, tapi kemudian dia membungkuk di depanku. Eh mau ngapain coba?

"Naik!"

"Eh...naik kemana?"

Aku menatap pohon di sekitar kami, lah aku suruh naik pohon kelapa gitu? Emang aku mau ikut lomba panjat pinang?

"Naik ke punggungku. Wajah kamu udah kayak kertas gitu."

Atma menoleh ke arahku dan alhasil ingusku keluar. Aduh. Malu-maluin ini ingus. Langsung aku berbalik dan mencari tisu yang untuk saja ada di saku celanaku yang lain. Maksudnya tisu yang udah aku gunakan tadi.

"Malah nangis."

Ucapan Atma itu tentu saja membuat aku menoleh ke arahnya. Dan Atma kini sudah berdiri lagi.

"Kalau gak mau digendong ya udah, gak usah nangis. Cengeng banget sih."

"Siapa yang nangis?"
Aku berbalik dan kini menatapnya dengan cemberut. Ini orang emang ih cakep sih cakep tapi dari pertama ketemu juga bisanya cua ngejek.

Atma tampak mengangkat alisnya tapi kemudian menghela nafas.

"Ya udah. Bu Wahyu nugasin aku sebagai ketua PMR di sini buat bawa kamu ke UKS. Katanya kamu pingsan tadi."

Akhirnya aku menatap Atma yang tampak serius lagi. Aku lupa selain ketua osis dia juga menjabat ketua PMR. Tapi siapa yang bilang aku pingsan?Pasti Loly.

"Eh kok UKS, aku mau ke lapangan olahraga. Gak mau dinilai C."
Sayang kan udah lari sejauh ini juga.

"Terserah deh."

Atma akhirnya melangkah maju meninggalkanku. Dih sewot kan. Aku akhirnya mengikutinya melangkah, sama-sama diam. Tapi aku terus bersin-bersin dan kepala rasanya nyut-nyutan. Kan nyebelin banget ketemu Atma pas aku lagi jelek-jeleknya gini. Keringatan, bau dan pilek.

"Kak."

Atma menghentikan langkahnya dan menoleh ke arahku. Pintu gerbang sekolahan sudah terlihat.

"Kakak duluan deh sana."

Aku malu jadinya sadar kalau keringatku makin bercucuran.

"Kamu mau melarikan diri?"
Lah kok dia nuduh?

Kuhentakkan kakiku dan kini menatapnya sebal.

"Melarikan diri gimana coba? Pilek gini. Pusing."

Atma masih menatapku dengan serius. Dia tampak mengeluarkan sesuatu dari saku kemejanya.

"Nih.. diemut."

Eh dia kasih aku tablet hisap. Kok dia manis ya? Eh bukan tabletnya kalau itu sih asam.

Aku menerima tablet itu dan langsung menghisapnya. Atma menghela nafas lagi lalu mengernyit.

"Kamu bilang deh sama aku. Sakit flunya berapa lama sih? Kemarin-kemarin upil sekarang ingus. Kayaknya sakit kok parah ya?"

Astagaaaa... kejem ini.

BERSAMBUNG'

PIA DAN ASLAN KEMBALI LAGI KOMENT YA RAMEIN

SURAT CINTA UNTUK KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang