BAKPIA 30

6.3K 1.5K 71
                                    

"Pia kenapa matanya sembab gitu?"

Aku langsung mengusap mataku dan kini mengerjap ke arah mbak Anisa biar tidak berkata jujur dengan ayah. Habisnya nanti bisa kena marah kalau aku menangis hanya gara-gara seorang cowok. Pagi ini kok ya sarapannya pas ayah belum berangkat ke klinik. Padahal kan biasanya juga ayah sudah pergi.

"Eh anu yah...semalam nonton drama korea sama mbak Anis... mewek deh. Iya kan mbak?"

Aku langsung menoleh ke arah mbak Anisa yang duduk di sebelahku. Untung saja punya kakak yang langsung tanggap. Dia menganggukkan kepala dengan kalem.

"Iya yah, Pia nangis kejer cuma lihat adegan tokoh utamanya terjun ke jurang."

Tuh kan pintar berbohong, ajarannya siapa coba? Ya pastilah aku. Eh aduh keceplosan hehehe..

Ayah kini mengangkat alisnya tampak tidak percaya, tapi beliau tidak bertanya lagi dan langsung meneguk susu hangat yang terhidang di atas meja makan.

"Ya udah, kalian ayah antar ke sekolah. Ayah tunggu di depan."

Setelah mengatakan itu Ayah langsung beranjak dari duduknya dan meninggalkan kami yang masih asyik di meja makan. Kenan pagi ini sudah berangkat sekolah diantar bunda karena ada perlombaan di sekolahnya.

"Makanya mbak kan bilang dikompres pake air hangat setelah nangis, jadi mata gak sembab gitu."

Mbak Anisa sudah berbisik di telingaku, tapi aku kan semalam gak kepikiran bakalan jendol segini gedenya coba mataku. Habisnya aku sedih pake banget pas denger Kak Atma mau pindah. Nyesek rasanya, terus udah deh nangis. Mbak Anisa menjelaskan kalau Kak Atma memang harus ikut kedua orang tuanya. Yah aku pasrahlah, makanya aku puas-puasin nangis semalam.

"Pia kecapekan semalam, habis nangis terus tidur. Ampe buat pulau kapuk di bantal juga gak nyadar mbak. Kan Pia sedih."

Jawabanku malah membuat Mbak Anisa tergelak dan menggelengkan kepalanya.

"Dasar. Lagi sedih kok bisa buat pulau di bantal coba?"
Aku mengusap pipiku dan kini tersenyum lebar.

"Air liurnya Pia mah gak liat waktu, jadi netes aja gitu deh."

****** 

Baru memakai mikroskop di Laboratorium Biologi. Pelajarannya Bu Kinanti pagi ini mengasyikkan. Kita bisa melihat bagian tubuh dari semut. Nah makanya aku antusias banget nih.

"Dek Sofiaaaaaa..."

Eh tapi masa semut bisa ngomong ya? Aku lagi lihatin bagian kakinya yang nungging-nungging itu di lensa.

"Princess Sofia kuuuuuu..."

Aih bulu kuduk kok meremang ya, ditambah itu kaki semut yang lagi aku lihatin kali ini malah naik-naik ke atas. Kayak lagi push up gitu. Masa dia manggil-manggil aku?

"Sayangkuuuuhhh.."

"Astaghfirullah."

Aku langsung melangkah mundur saat mendongak dan mendapati wajah Bang Jono nempel di jendela persis. Iya laboratorium biologi ini kan ada kaca jendela gede-gede yang bisa dibuka. Jadi pas tempatku ini jendelanya aku buka dan memang berbatasan dengan koridor kelas 11 jadi ini ada di lantai 2.

"Hai adik cantikku."

Bang Jono kini sudah menegakkan tubuhnya. Kini menaikkan kerah bajunya setinggi lehernya, lalu berlagak seperti don juan.

"Apa sih? Gangguin aja, Pia bilangin Bu Kinanti loh."

Aku menoleh ke samping kiri dan kananku. Tapi semua anak kayaknya lagi beneran lihatin obyek yang sedang dilihat di mikroskop. Bu Kinanti juga tadi berpamitan untuk ke kantor sebentar.

"Lihatin apa sih? Serius banget. Eh tapi bentar deh... mata Dek Pia kenapa? Habis menangis karena kangen sama Bang Jono ya? Aih so sweet."

Tuh kan pedenya kambuh. Aku hanya menggelengkan kepala dan kini mengusir dengan tangan.

"Udah sana ih. Gangguin aja. Lagian jam pelajaran gini kelayaban."

Bang Jono malah menyeringai lebar dan memamerkan giginya yang putih itu. 

"Jam pelajaran kosong kok," jawabnya santai.

Aku memberengut dan kini menatap mikroskopku lagi. Semut yang tadi sedang push up kini malah terkapar eh dia kok bisa balik badan sendiri? lah siapa yang balikin coba?

"Dek Pia nanti pulang sekolah abang Jono anterin ya?"
Masih ganggu aja tuh, aku langsung menggelengkan kepala.

"Gak boleh sama ayah."

Aku kini menoleh ke arah kananku dan mencolek lengan Loly.

"Lol pindah tempat dong, gue mau lihat uletnya."

Tapi Loly kini menoleh malas ke arahku. "Ih bentar, ini uletnya lagi goyang gemesin Pia. Ntar deh bentaran lagi."

Setelah mengatakan itu Loly kembali memandangi mikroskopnya. Kadang si Loly itu sama kayak namanya, gak peka gitu. Aku kan butuh bantuan dari gangguan bang Jono.

"Dek Pia mau es krim gak?"
Aku menatap Bang Jono dengan malas, dia kini malah menyelusupkan kepalanya masuk ke lubang jendela yang terbuka. Tambah malas aku.

"Apaan sih Kak, ada Bu Kinanti loh."

Bang Jono malah tersenyum lebar dan mengedip-kedipkan matanya. Lah kalau ada obat sakit mata aja aku kasih ke dia.

Menunduk dan mengabaikan ocehan Bang Jono itu lebih baik. Akhirnya aku fokus lagi ke semut hitamku yang kini sudah aku balikkan ke posisi semula. Bang Jono terus mengoceh tak jelas, yang puisi lah, pantunlah sampai bacain daftar belanjaan emaknya yang nyuruh beli pulang sekolah. Setelah sekian lama, akhirnya suaranya tidak terdengar. Aku bernafas lega, meskipun memang tidak menatap jendela lagi. Takut Bang Jono masih di sana.

Sampai akhirnya suara bel istirahat berbunyi, dan seluruh siswa yang ada di ruangan ini membereskan peralatan lalu bergegas keluar untuk istirahat. Pas banget saat aku mulai memberesi peralatan aku menatap jendela dan benar-benar terkejut..

"MasyaAllah."

Kak Atma kini malah tersenyum dengan manis kepadaku. Dia itu ada di depanku persis dengan kepala masuk ke lubang jendela yang dibuka, persis kayak Bang Jono tadi.

"Kakak? Sejak kapan kakak di sini?"

Aku mencari seseorang yang tadinya ada di sini tapi Bang Jono sudah menghilang entah kemana.

Kak Atma tidak menjawab, dia malah kini mengulurkan sesuatu kepadaku.

"Nih, buat kompres mata kamu yang bengkak."

Aku menerima kantung es yang dingin, lalu menatap Kak Atma lagi.

"Kakak kok tahu Pia matanya bengkak? Ngintipin Pia semalam nangis ya?"

Astaghfirullah mulutku ini.

Tapi lagi-lagi Kak Atma tidak menjawab, dia hanya menatapku lalu kemudian menggelengkan kepala.

"Maaf ya sudah membuatmu menangis. Aku janji akan menebus selama 6 bulan ini."

BERSAMBUNG

VOTEMENT DONG HEHEH REPOSTNYA KAYAKNYA INI MAU AUTHOR PANJANGIN DEH ALURNYA BIAR GEMES2 GIMANA GITU SAMA PIA VERSI SEKOLAH. SOALNYA YANG KEMARIN KAN KEPENDEKAN TAMATNYA YA HEHEHE

SURAT CINTA UNTUK KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang