Bakpia 08 Sakit

8.2K 1.5K 64
                                    

"Minggir!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Minggir!"

Aku hampir terjengkang ke belakang saat merasakan tubuhku di dorong. Aku langsung beranjak berdiri saat menyadari siapa yang baru saja mendorongku. Silvy dengan pongahnya menoleh ke arahku lalu mencibir.

"Lo ngapain sih di sini? Bukang pengurus Osis juga," semburnya galak. Aku kini menegakkan diri dan bersedekap.

"Serah gue lah mau dimana juga. Bukan urusan lo."

Silvy sudah akan berbalik dan melangkah ke arahku saat tanganku ditarik dari belakang.

"Piiiii...sini deh."
Loly sudah menarikku ke belakang. Padahal kan aku pingin ngeliatin Kak Atma. Aku tuh khawatir kemarin sore kan dia kelihatan sakit tuh nah takutnya dia beneran gak masuk sekolah hari ini.

"Lo udah ngerjain pr fisika belum?"
Aku menatap Loly lalu menganggukkan kepala.

"Udah. Ih bentar deh ini kan Kak Atma mau ngasih sambutan itu."
Aku tuh sedang ada di aula, pagi ini pengurus osis semua berkumpul. Lah Silvy kan ikutan juga. Jadi aku udah nongkrong di sini sejak tadi.

"Pinjam Pia.."

"Lah di tas gue ada ih. Udah itu Kak Atma..."
Aku langsung melangkah maju lagi tapi Loly sudah menyeretku untuk keluar dari aula.

"Aaahh Lol Kak Atma udah nongol itu..."

Aku berteriak seiring bel masuk berbunyi. Yah aku kan mau liatin Kak Atma.

*****
"Adek Pia..."

Aku hanya melirik Bang Jono yang memanggil aku terus. Bete pokoknya. Udah gak bisa liatin Kak Atma, eh ini kan abis ulangan Matematika. Yang dalam waktu 120 menit aku udah bisa nyelesaiin 30 menit aja. Terus yang udah selesai boleh istirahat dulu. Laah tapi malah jadi bencana, aku tuh ke perpustakaan gitu sambil nungguin Loly selesai eh malah ditongkrongin ama abang Jono.

"Berisik. Lagi baca loh ini."

Bang Jono malah tersenyum lebar. Tentu saja aku langsung menutup wajah dengan buku di depanku.

"Dek Pia kok jahat sih. Bang Jono yang tampan gini kok dicuekin. Abang traktir bakso deh."

"Husssstt.."

Itu bukan aku. Tapi seseorang di belakangku langsung memprotes keributan bang Jono.

"Maap kak."

Aku tidak mempedulikan ucapan Bang Jono. Tapi kemudian sisi sebelahku ada yang menduduki otomatis aku menoleh ke sampingku.

"Pacaran gak boleh di sini."

"Heheehe iya Kak Atma. Maaf. Lagi ngerayu dek Pia ini yang ngambek."

Kak Atma tampak menoleh ke arahku. Tapi dia beneran keliatan pucat pasi. Aku kok jadi iba. Hanya saja mulutku hanya melongo menatapnya. Kaget campur haru. Jadi sejak tadi dia duduk di belakangku?

"Dek Pia, ya udah abang tunggu di kantin ya."

Aku tidak menjawab dan menatap Kak Atma yang masih mengernyit menatapku.

"Kakak sakit?"

Setelah kepergian bang Jono aku langsung menanyakan itu. Kali ini Atma mengusap hidungnya yang memerah.

"Kena virus."

Jawabnya singkat yang membuat aku langsung merogoh saku kemejaku.

"Eh ini, Pia beliin sapu tangan baru."
Kuulurkan sapu tangan berwarna biru yang kemarin aku beli di toko setelah pulang sekolah. Tentu saja Kak Atma langsung mengambilnya. Lalu dia mengusap hidungnya. Duh jantung kok dag dig dug ya. Padahal itu sapu tangan juga kena ingus gitu.

"Ehmm pilek kamu udah sembuh putri upil?"

Laaahhh...

Aku langsung memberengut.

"Sofia..."

Kak Atma hanya mengangkat alis saat aku menyebut namaku.

"Ok."
Dia hanya menganggukkan kepala lalu akan beranjak dari sebelahku. Lah kok cuma bentar ya ngobrolnya?

Tapi kemudian dia menoleh ke arahku lagi.

"Jangan kaget kalau besok kita gak ketemu lagi. Arti sapu tangan itu untuk berpisah. Tapi thanks..."

Aku hanya menatap Kak Atma yang beranjak berdiri setelah mengatakan itu. Tapi kemudian...

"Eeeehhh maksud kakak apa?"

Aku hampir berteriak dan membuat Bu Rahayu penjaga perpustakaan melotot ke arahku. Kak Atma sudah mencangklong tas ranselnya.

"Kasih sapu tangan itu pertanda kalau di masa depan gak bisa ketemu lagi."

Jawaban Kak Atma itu tentu saja membuat aku panik. Langsung saja aku beranjak berdiri dan mendekati Kak Atma yang sudah bersiap untuk pergi.

"Eh ya udah gak jadi kak."

"Apanya?"

"Itu sapu tangannya. Pia kan gak mau pisah sama Kak Atma."

Yasalam aku keceplosan lagi.

Kak Atma menatapku dengan bingung. Tapi aku sudah mendekat ke arahnya yang membuat Kak Atma melangkah mundur.

"Sapu tangannya balikin kak."

Kak Atma sudah menggeleng.

"Gak bisa. Udah kena ingus juga. Udah minggir, aku mau ke dokter."

Tapi aku menarik tas ranselnya membuat dia berhenti.

"Ah kakak balikin dulu sapu tangannya. Please..."

Kak Atma menatapku sebentar tapi kemudian merogoh saku celananya.

"Nih ambil."

Aku langsung tersenyum senang. Yeaiii gak jadi pisah. Tapi Kak Atma kini mendekat ke arahku.

"Tapi sama saja. Sapu tanganku kamu hilangkan. Kita gak bakalan bertemu."
Setelah mengatakan itu Kak Atma langsung beranjak pergi. Meninggalkanku dengan sapu tangannya yang kena ingus... ah gak apa-apa. Yang penting udah aku dapatin. Tapi ngomong-ngomong soal sapu tangan yang di wc yang langsung buat wc mampet aku juga gak bisa ambil. Iuuuuuu gak mau itu kena si kuning. Hoeeexx..
Lha berarti tetep pisah dong... huwaaaaa

Bersambung.

Ini emang dibikin beda dari The boss is aslan ya. Pia dan Aslan banyak interaksi biar lebih greget...

SURAT CINTA UNTUK KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang