"Atma beneran mau pindah ke Mesir ya?"
Aku hanya menganggukkan kepala saat mendengar pertanyaan itu. Masih membaca buku sosiologi yang ada di depanku. Siang ini Bu Fajri tidak masuk karena sakit dan pelajaran kosong. Tentu saja anak-anak langsung gaduh. Ryan teman sebangku ku saja kini menghilang entah kemana. Sedangkan yang duduk di sampingku kini ada Mita, salah satu teman satu kelasku.
"Yah sedih dong. Padahal Mita belum bilang ya kalau Mita suka sama Atma."
Tentu saja aku langsung menoleh ke arah Mita yang kini mengerjap dan tersipu malu setelah mengatakan itu. Kualihkan mataku ke seluruh ruangan kelas. Anak-anak lainnya bergerombol dan mengobrolkan apapun itu. Aku tidak nyaman.
"Aku tidak pacaran."
Akhirnya kukatakan itu kepada Mita yang membuat dia langsung memberengut.
"Ih masa, anak jaman sekarang juga tahu kalau pacaran itu diwajibkan. Atau Atma nolak aku karena ada cewek yang disukai ya?"
Aku mulai tidak suka dengan pertanyaannya.
"Nope.."
Akhirnya kugelengkan kepalaku lagi. Tidak mau memperpanjang masalah ini dan langsung beranjak dari dudukku.
"Atma mau kemana?"
Aku hanya menunjuk keluar saat Mita menanyakan hal itu. Bergegas keluar kelas adalah hal yang penting untuk saat ini.Aku melangkah menuruni tangga yang menghubungkan dengan lantai bawah. Tepat saat bel istirahat berbunyi. Saat aku menapakkan kaki di lantai bawah tepat di depan kantin aku bisa melihat satu sosok yang akhir-akhir ini membuatku nyaman.
"Sop ceker ih, pinjemin napa.."
"Kagak mau wek.. udah ih sono. Gue mau minum es teh dan menikmati sensasi dinginnya."
Aku tersenyum mendengar ucapan Sofia saat langkahku semakin dekat dengan mejanya.
"Halo Pak ketu. wah kebetulan ada pak ketu. Duduk sini, Ridwan ramal deh masa depan kalian."
Aku hanya menggelengkan kepala saat mendengar ucapan teman Sofia itu. Tapi rasanya juga nyaman duduk di sini. Akhirnya aku menurut dan mengambil duduk di depan Sofia.
"Halah sok jadi peramal, lha ya lo itu ngeramal ulangan matematika lo sendiri gitu. Jadi kagak usah nyontek gue."
Sofia masih bersungut-sungut dengan Ridwan dan dia memang masih belum menoleh ke arahku. Aku jadi merasa dicuekin kalau seperti ini.
"Wah gue cuma bisa ngeramal masa depan tentang cinta bukan nilai ujian Sopiaaahhh..."
Aku hanya tersenyum melihat Sofia yang kini melemparkan tisu ke arah Ridwan. Eh tapi kenapa mereka hanya berdua di kantin?
"Jadi ramalannya apa?"
Tentu saja pertanyaanku membuat Ridwan langsung tersenyum cerah tapi Sofia langsung menoleh ke arahku.
"Kakak jangan percaya sama Ridwan, percaya itu sama Allah SWT. " Itu baru Sofia dan yang aku suka darinya. Tapi Ridwan kini malah mencondongkan tubuhnya ke arahku.
"Kak, aku bilang ya ini cewek besok yang bakal jadi istri kakak di masa depan. Percayalah."
Bisikan Ridwan itu membuat aku terhenyak lalu menatap Sofia yang tampak tidak peduli karena dia sedang membaca buku matematika.
"Jodoh itu di tangan Allah."
"Amiiinn."
Itu jawaban Sofia tapi Ridwan sudah beranjak berdiri. "Nah beneran kan kalian berdua ini emang jodoh. Aih manis. Gue jadi haus beli es teh ah."
Setelah mengatakan itu Ridwan sudah melangkah meninggalkan kami. Lalu aku menatap Sofia yang masih serius.
"Ada ulangan matematika?"
Dia masih fokus membaca buku tapi kepalanya mengangguk.
"Ehm jadi aku ganggu ya?"
Aku beneran dicuekin sama Sofia hari ini.
Sofia menatapku lalu mengerjap "Eh ya enggak kok. Masa calon suami masa depan gangguin sih, yang ada malah buat Pia jadi semangat kakak. "
Tuh kan mulai merayu lagi. "Katanya gak percaya ramalan Ridwan? kenapa sebut aku calon suami?"
Aku kini ingin menggoda Sofia. Dia mengernyitkan kening lalu tersenyum."Kan Kak Atma itu emang jodohnya Pia. Pasti..."
Dia kenapa yakin sekali ya? padahal aku juga sebentar lagi sudah tidak ada di sini.
"Kenapa?"
Pertanyaanku itu membuat Sofia menatapku lagi lalu telapak tangannya ditempelkan di dada."Karena Pia selalu akan setia sama Kak Atma."
Nah kenapa jantungku jadi berdegup begini coba?
BERSAMBUNG
pIA YANG ABSURD KEMBALI EAAA
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK KETOS
Teen FictionIni bukan cerita tentang romansa.. Tapi cerita tentang secret admirer seorang gadis. Cerita tentangku, Sofia. Yang memendam cinta dengan kakak kelas dan ketua OSIS di sekolahan. Karena masa SMA itu masa paling indah, tapi tidak untukku. Secret Adm...