Bakpia 09 Bingung

7K 1.4K 49
                                    




Resah. Beneran gak enak buat makan apa-apa. Gara-gara Kak Atma bilang bakal pisah gitu. Lah kita aja belum deket kok udah bilang pisah ya galau kan. Udah gitu dia udah beberapa hari ini gak nongol di sekolah lah aku kan khawatir.

"Pia..ngapain ke sini?"

Aku langsung menyeringai lebar saat menemui Mbak Anis di kelasnya. Dalam rangka mencari tahu menghilangnya Kak Atma.

Aku duduk di depan Mbak Anis yang sedang menulis di buku tulisnya. Sedang istirahat memang dan si Loly aku tinggalin di wc. Habisnya dia kalau udah bilang masuk wc bisa dua jam deh.

"Mbak..."

"Heeemm."

"Tanyain Kak Vian deh. Itu si ketua Osis kemana?"

Mbak Anisa langsung menatapku dan mengernyit.

"Si Atma?"

Aku langsung menganggukkan kepala. Lalu Mbak Anisa menggelengkan kepalanya.

"Hafalan surat dulu yang bener Pia. Ntar Ayah marah loh."

Tuh kan mbak Anisa tuh gak asyik. 

"Udah hafal juga. Nanti Pia lebih satu tingkat dari mbak Anis sama Ken ken."

Kami memang setiap sore setelah shalat maghrib, di rumah selalu di suruh setor hafalan Alquran sama Ayah. Kalau soal itu aku memang yang selalu lebih unggul dibanding adik sama kakakku ini. Mbak Anisa tersenyum dan menepuk kepalaku.

"Titisan ayah bener kamu itu. Cerdas."

Aku menyeringai lebar tapi teringat tujuanku ke sini.

"Hayuk dong tanyain ke Kak Alvian. Kak Atmanya kemana?"

Mbak Anis langsung menghela nafas dan menatapku.

"Lagi ikut seleksi pertukaran pelajar atau apa gitu. Kalau lolos bakal ke Inggris."

Waduh. Gak boleh. Aku kan belum kenalan sama Kak Atma.

"Kapan?"

Mbak Anisa mengerjapkan matanya lagi lalu tampak berpikir.

"Kalau kata Alvian sih, hari ini seleksinya dan besok pengumumannya. Terus lusa langsung dikirim."

"Huwaaaaa"

Tentu saja Mbak Anis langsung membungkam mulutku.

"Eh kok malah nangis?"

Biarin pokoknya aku gak mau ditinggal sama Kak Atma.

******

"Sofia, kamu belajar ya. Besok kamu yang mewakili debat Bahasa Inggris antar sekolah."

Aku hanya menganggukkan kepala saat Bu Nina guru bahasa inggris kelas kami menunjukku. Aku gak semangat beneran. Gara-gara mendengar kabar Kak Atma mau pergi.

"Ecieee Piaaa semangat."

"Go go Piaaa.."

Sorakan dari teman-teman hanya membuat aku mengacungkan jempolku. Lalu Loly menyenggol lenganku.

"Lo tumben gak girang gitu kepilih?"

Loly menatapku dengan penasaran. Tapi aku hanya memberengut mendengar ucapan Loly. Pingin nangis.

"Sofia nanti pulang terakhir ya? Ibu mau kasih materinya."

Sekali lagi aku hanya menganggukkan kepala.

*****

Hujan lagi. Di kelas terakhir sendiri dan satu jam dapat private dari Bu Nina. Aku memang sudah sering mewakili sekolahan untuk ajang bergengsi ini. Jadi sudah terbiasa.

"Ibu mau kumpulin materi dulu ya sofia, tapi jangan pulang dulu. Ibu mengutus seseorang buat melatih kamu."

Aku kembali menganggukkan kepala lalu menatap Bu Nina yang melangkah keluar dari kelas. Kutatap buku yang terbuka di depanku. Semuanya kosong gak ada tulisan. Aku mulai mengambil pulpen dan mencoret -coret buku di depanku. Kutulis nama Atma dengan huruf yang gede banget. Aku kangen.

"Kenapa nulis namaku?"

Tentu saja aku langsung mendongak dan melotot ke arah depanku. Kak Atma sudah mencondongkan tubuhnya ke arah meja. Menunduk dan menatapku.

"Kak Atma?"

Dia hanya mengangkat alisnya satu. Tampak heran dengan sikapku. 

"Aku di suruh Bu Nina buat ngelatih kamu."

Ucapannya tentu saja membuat mataku berbinar. Oh jadi ini hikmahnya ya?

Mau kak mau."

Kak Atma menegakkan tubuhnya lalu mengernyit.

"Mau apa?"


"Mau sama Kak Atma."

Astaga aku keceplosan lagi. Duh ini mulut memang.

"Sama aku?"

Kak Atma menunjuk dirinya dan membuatku langsung menggelengkan kepala.

"Owh eh bukan itu maksud Pia. Maksudnya ehm.. anu... owh iya Kak Atma lolos pertukaran pelajar?"

Jantungku berdegup kencang menunggu jawabannya. Tapi dia tiba-tiba tersenyum. Ini sungguh anugerah.

"Enggak. Kebetulan aku juga masih ingin di sini."

Ini beneran kan ucapannya? Gak mimpi?

Aku mencubit tanganku sendiri. Yang membuat Kak Atma langsung menatap tanganku.

"Ngapain cubit tangan?"

Tentu saja aku langsung menyeringai.

"Seneng. Kak Atma akhirnya gak jadi pergi dari sini. Berarti mitos sapu tangan gak berhasil kan?"

Kak Atma tampak bingung dengan ucapanku. Biarin tapi aku senang

 Ah bahagianya hatiku.

Bersambung

Lagi pingin si Pia ama Aslan nih...

SURAT CINTA UNTUK KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang