Bakpia 24

7.3K 1.5K 42
                                    

Aku mengerjap. Lalu mengedip dan kemudian memejamkan mata tapi kemudian membelalak. Serius ini? Bukan mimpi kan?

Dengan jari telunjuk menghadap ke arah dadaku sendiri. Dimana jantungku sudah berdegup dengan kencang.

"Kakak ngelamar aku?"

Astaghfirullah.

Aku kok langsung to the point ya?

Tapi Kak Atma kali ini malah beranjak berdiri dan menunjuk belakangku.

"Bel masuk. Aku pamit ya."

Eh lha kok cuma gitu aja? Aki langsung celingukan ke kanan dan kiri. Tapi memang tidak ada siapa-siapa. Lha tadi Kak Atma bilang lebih suka yang disebelahnya itu siapa?

Aku? Tapi kok wajahnya datar aja gitu bilangnya. Biasanya nih ya kalau aku nonton di drakor itu cowoknya pasti bersemu-semu merah gitu. Atau ada love-lovenya di atas kepala. Ini mah enggak. Kak Atma lempeng aja gitu.

Aku langsung beristighfar dan membaca ayat kursi. Jangan-jangan aku cuma berhalusinasi ini dengar ucapan itu. Jangan-jangan bukan Kak Atma lagi yang ngomong? Hayooo terus...?

Tentu saja aku langsung berlari masuk ke dalam kelas. Bukan karena takut sama setan sih, tapi Bu Meti guru biologi sudah berjalan ke kelasku.

******
"Piaaaaa gaswaaat."

Apalagi ini? Aku tuh lagi mau bobok siang. Sebenarnya kan ini nanti ada les khusus buat kelas unggulan. Eh jangan salah, kelasku masuk dalam kelas terbaik. Jadi ada tambahan deh sampai jam 5 sore.

Nah sebelum menuju sesi itu, kita diberi waktu satu jam buat istirahat gitu. Nah sekarang posisiku lagi mau rebahin kepala di tangan yang ada di atas meja. Aku ngantuk beneran. Semalam jagain si Ken Ken sakit panas, mintanya aku yang ngelonin. Bukan bunda atau ayah. Alhasil kan aku jadi begadang.

"Apa sih Lol?"

Loly sudah tampak panik duduk di depanku. Dia membawa ponselnya yang berwarna kuning itu.

"Nih lo baca sendiri."

Loly kini memberikan ponsel itu kepadaku. Yang otomatis langsung membuat aku menatap layar ponselnya.

"SOFIA CURANG!!!! INI BUKTI DIA BERMAIN CURANG!"

Aku mengernyit membaca instastory nya Silvy itu. Karena isinya fotoku saat sedang diajarin ama Kak Atma. Padahal ada guru bahasa inggris juga gitu. Tetapi yang ada di gambar cuma aku. Nyebelin kan?

"Eh ini kan pas debat antar kelas ya? Emangnya Silvy ngapain pake nuduh aku segala?"

Loly langsung menepuk-nepuk bahunya.

"Dia mitnah lo Sofia. Kalau gue nih udah gue jambak tuh rambut."

"Eh Astaghfirullah gak boleh."

Kugelengkan kepala mendengar ucapan Loly. Tapi kemudian kami diinteruksi oleh salah satu perwakilan kelas. Mengatakan aku dipanggil ke ruangan guru.
Tapi kenapa coba?

*****
Aku sudah duduk di depan Bu Arum, guru bimbingan konseling. Perasaanku sudah tidak enak saat Silvy juga datang dan duduk di seberangku.

"Jadi kalian ada masalah apa? Ibu tidak tahu mana yang benar, tapi kenapa Silvy sampai menyebarkan gosip seperti ini?"

Mataku melebar mendengar ucapan Bu Arum. Beliau menatapku lalu ke arah Silvy yang tetap saja tidak merasa bersalah.

"Memang dia curang kok bu. Salah satu juri debat kelas kan Kak Atma, jadi ya dia memang dikasih jawaban tuh sama Kak Atma." Tuduhan itu hanya membuatku beristighfar.

"Tapi setahu saya Atma itu memang diberi tugas untuk membimbing semuanya. Bukan cuma Sofia saja."

Jawaban Bu Arum itu tentu saja membuatku menganggukkan kepala.

"Dia itu pacaran buk sama Kak Atma."

Astaghfirullah.

Aku langsung menatap Silvy.

"Pacaran itu dosa. Dan aku gak mau pacaran."

Jawabanku yang lantang membuat Silvy mencibir. Tapi kemudian Bu Arum malah menatap belakangku lalu menganggukkan kepala.

"Atma silakan masuk."

Eh ada Kak Atma, pipi mana pipi? Pasti udah kayak tomat.

"Siang bu."

Aku melirik sedikit ke arah sampingku dimana Kak Atma duduk di ujung sofa.
Dia tidak menoleh sedikitpun ke arahku. Kok dia cuek? Jadi tadi pernyataannya itu bohong? Kok sedih ya.

"Bener kalian pacaran?"

Pertanyaan Bu Arum langsung membuat jantungku berdegup kencang.

"Pacaran itu dosa."

Eh...
Aku dan Kak Atma serempak menjawab. Aku langsung menoleh ke arahnya tapi Kak Atma tetap tidak menatapku. Apa karena ada Silvy di depannya? Beneran Kak Atma suka Silvy?

"Bagus, ibu juga tidak setuju. Tapi ibu mau mendengarkan penjelasan kamu tentang kecurangan yang dituduhkan Silvy."

Aku masih melirik Kak Atma saat dia menjawab dengan cepat.

"Maaf bu. Saya di sini cuma menjalankan tugas guru bahasa inggris. Dinilai saya memang pintar dalam bidang itu maka saya ditunjuk untuk melatih mereka yang ikut lomba. Bukan hanya Sofia saja tapi semua."

Bu Arum terlihat menganggukkan kepala.

"Jadi kamu dan Sofia?"

"Tidak."

Aku tuh gimana ya? Orang Kak Atma dan aku memang gak pacaran. Tapi aku tuh juga tahu kalau Kak Atma gak suka sama aku. Halusinasi berarti tadi.

*****
Akhirnya Silvy kena skors. Aku bisa memperbaiki nama baikku. Tapi hatiku tidak bisa diperbaiki.

Kak Atma dingin lagi kepadaku. Diam dan Diam. Ah aku jadi gak tahan. Maka kaki mulai menaiki tangga yang menghubungkan dengan kelas 11.

Untung saja Kak Atma gak jauh jadi aku langsung memanggilnya. Membuat dia menoleh ke belakang. Lalu mengernyit.

"Kak makasih ya."

Aku melangkah maju dan mendekatinya.

Dia hanya menganggukkan ke pala dan langsung berjalan lagi. Tapi segera aku tahan.

"Eh kakak marah sama Pia ya? Dari tadi kayaknya males banget. "

Kali ini Kak Atma sepenuhnya berbalik.

"Aku mengatakan itu semua untuk melindungimu. Jangan berpikiran yang macam-macam
Enjoy your life Sofia."

Setelah mengatakan itu Kak Atma beneran pergi. Eh tapi tunggu dulu artinya apa coba?

Bersambung

Ketik sambil ke alam mimpi terus bangun lagi ketik lagi nanti gitu. Aduh ngantuk berat jadi harap maklum ya kalau ada typo

Owh iya yang masih ngiler sama The boss is Aslan author buka po lagi ya. 

SURAT CINTA UNTUK KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang