Serkan 25

7K 1.7K 220
                                    

Aku merasa jadi orang jahat. Tapi ini semua kulakukan demi kebaikan Sofia sendiri. Aku tidak mau dia terkena fitnah. Dia itu cerdas dan anak yang baik. Siswi yang berprestasi juga. Hasutan Silvy akan merusak semuanya dan aku memang harus melindunginya.

Tapi apa yang kulakukan ini sepertinya menyakiti Sofia. Karena beberapa hari ini aku memang menghindarinya. Atau kalau memang sengaja berpapasan aku akan mengalihkan tatapan ke yang lainnya. Sofia sendiri sepertinya sadar, tapi wajahnya jadi muram. Sofia yang ceria kini dipenuhi mendung.

Seperti saat ini, kelasku sedang pelajaran olahraga di lapangan basket yang ada persis di depannya kelasnya Sofia. Kelas 10-A.

Sofia memang duduk di barisan bangku depan sendiri. Dari lapangan ini aku bisa melihat sosoknya. Biasanya sih kalau aku ada jam pelajaran di sini, Sofia dari tempat duduknya sudah mengedip-kedipkan mata dan tersenyum lebar ke arahku. Tapi kali ini dia hanya sekali melirikku lalu menunduk dan mencoret-coret buku di depannya.

Aku memang tidak suka digombalin terus menerus tapi rasanya juga sepi saat Sofia diam saja. Entah ada yang salah dengan diriku sepertinya.

Suara bel istirahat berbunyi, teman-temanku langsung menghambur ke kantin. Sedangkan aku kini melangkah ke arah kelasnya Sofia. Tapi sebelum sampai aku tersadar kalau Silvy juga ada di kelas itu dan aku tidak mau dia berpikiran yang macam-macam lagi. Akhirnya aku melangkah mundur dan menjauh. Tepat saat Sofia keluar dari dalam kelas dengan temannya, Loly. Dia melihatku, hatiku teriris melihat pandangannya yang sedih.

******
"Atma..."

Panggilan itu seketika menghentikan langkahku. Hari sudah siang dan aku tidak ada kegiatan pulang sekolah hari ini.

"Anisa?"

Aku menoleh ke arah belakangku dan kini berbalik. Mendapati Anisa, teman satu angkatan yang ternyata dia ini kakaknya Sofia.

Anisa melangkah mendekatiku lalu tersenyum.

"Mau bicara sama kamu bisa?"

Aku langsung menganggukkan kepala dan kini menatap Anisa.

"Ehm soal adikku. Kamu tahu kan Sofia?"

Kembali aku menganggukkan kepala.

"Kamu marah ya sama dia?"

Pertanyaannya sama persis dengan pertanyaan Sofia tempo hari yang membuat aku refleks menggelengkan kepala.

"Enggak."

"Ehm tapi Sofia curhat sama aku, katanya kamu suka sama Silvy dan tidak mau berbicara lagi sama dia."

Astaghfirullah.

Anisa kini tersenyum "adikku itu polos dan menggemaskan. Jadi apa yang ada di depannya itu pasti dianggapnya yang terjadi sebenarnya. Dia pikir kamu udah gak mau lagi bicara sama dia. Aku gak tahan lihat dia murung kayak gitu. Kalau memang kamu gak marah, tolong bilang sama adikku ya?"

Tentu saja aku langsung menganggukkan kepala.

"Baik. Makasih."

******
Lagu Ed sheran Thingking out loud kini menemani soreku di dalam kamar. Duduk berselonjor di atas kasur dan berniat menghubungi Sofia.

Atma : Assalamualaikum warohmatulahi wabarakatu.

Aku menuliskan salam di pesan whatsapp nya. Aku memang belum pernah mengiriminya pesan. Foto yang terpampang di profilnya adalah seorang anak kecil yang sedang menjulurkan lidah. Adik bungsu Sofia.

Sofia : waalaikumsalam warohmatullahi wabarakatu. Siapa ya?

Aku mengerjap membaca balasan dari Sofia. Dia memang tidak tahu nomorku ini.

Atma : Aku Atma.

Sofia mengetik....

Aku menunggu dan menatap layar ponselku. Apa yang akan dijawabnya, tapi dia masih saja mengetik.. apa yang dijawabnya?

"Serkan..mama sama papa mau ke rumah bude dulu ya? Nanti kalau ke masjid pintu di kunci semua."

Tiba-tiba mama sudah melongokan kepalanya di ambang pintu kamar.

"Iya ma."

Aku menjawab dan membuat mama tersenyum lalu menutup pintu kamar lagi.

Sofia : Atma siapa?"

Balasan dari Sofia membuat mataku membelalak.
Memangnya dia kenal berapa Atma coba?

Atma : ketua osis

Lalu aku menunggu jawabannya lagi.

Sofia : Astaghfirullah. Ini bang Jono kan pasti? Mau godain Pia lagi. Ih dosa loh bang masuk neraka jahanam."

Aku hampir tertawa membaca balasan Sofia. Dia sepertinya tidak suka kalau Jono terus mengganggunya. Padahal Jono itu ganteng. Aku juga heran kenapa Sofia tidak suka kepadanya.

Atma : Aku Atma.

Masa dia tidak bisa notice tulisanku yang singkat-singkat seperti ini. Kalau Jono pasti banyak gombalan yang dilancarkan.

Sofia : Ih pake sok nyamar jadi Kak Atma. Pake balesin pendek-pendek lagi bahasanya. Ah gak ngaruh bang.

Mataku melebar membaca balasan dari Sofia. Dia ini kenapa ngotot banget kalau aku Jono coba?

Sofia : Nih ya bang Pia kasih tahu, kalau Kak Atma gak mungkin wa Pia. Dia kan gak mau ngomong ama Pia. Dia lagi bucin ama Silvy. Pia mah apa hanya remahan rengginan dimakan burung.

Eh. Aku terdiam saat membaca pesannya lagi. Jadi beneran Sofia itu lugu dan polos banget. Dia menelan semua omonganku secara harafiah. Tidak membaca isyarat apa yang ada.

Kuhela nafasku dan kini mulai memutuskan untuk menghubungi Sofia. Kutempelkan ponsel di telinga dan menunggu telepon dijawab darinya.

"Apaan sih bang telpon-telpon. Berisik ih, Pia panggilin ayah loh. Biar disuruh hafalan ayat kursi."

Aku tersenyum mendengar ucapan Pia di ujung sana.

"Assalamualaikum Sofia."

"Waalaikumsalam. Eh... ya Allah bang pake aplikasi apa coba kok suaranya persis sama Kak Atma sih?"

Tuh kan ini anak emang.
Aku beranjak berdiri dan kini melangkah ke arah balkon kamar. Bersandar di pagar balkon.

"Gak usah pake aplikasi. Suaraku sudah ada sejak lahir."

"Aiihhhh bang Jono bohong ih."

Kugelengkan kepala mendengar jawaban Sofia lagi. Gimana aku bisa membuatnya percaya?

"Ehmm Sofia aku suka sama cewek yang ada di sampingku."

Nah. Itu bisa membuktikan kalau...

Tapi setelah mengucapkan itu aku tidak mendengar lagi jawaban dari Sofia. Sampai aku harus mengecek layar ponsel yang ternyata masih tersambung.

"Sofia..."

"Astaghfirullah. Ini beneran Kak Atma?"

Aku tersenyum mendengar nada kagetnya di ujung sana.

"Bukan. Aku Aslan."

"Aslan? Siapa lagi."

Tuh kan. Katanya dia fans sama aku tapi namaku saja dia lupa.

"Aslan Adyatma Serkan. Ketua Osis di SMA Nusa Bangsa 01. Calon imam masa depannya Sofia."

Bersambung.

Hiyaaaaaa hayoooo habis yang kemarin sepi koment yuk ah ramein lagi. Biar author gantung dulu baper baper dah...

SURAT CINTA UNTUK KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang