Bakpia 13

6.2K 1.5K 110
                                    

"Pia lagi apa?"

Suara itu membuat aku menoleh dari buku tebal yang aku pinjam dari Bu Nina. Lomba debat sudah mulai dekat jadi tiap hari kerjaanku cuma belajar dan belajar. Lidahku sampai keriting.

"Ayah.. lagi belajar nih."
Aku menatap ayah yang masuk ke dalam kamarku. Beliau pasti baru saja pulang sehingga mencariku. Soalnya aku absen hafalan Alquran setelah shalat maghrib.

"Jadi mewakili sekolah buat debat?"

Ayah sudah mengusap rambutku dan kini mengamati buku tebal di atas meja belajar.

"Iya. Lidah Pia sampai keriting."

Ayah hanya menghela nafas dan kini membaca materi yang aku pelajari.

"Kamu kan udah pinter yang ini"
Ayah menunjuk buku itu. Aku langsung melingkarkan tanganku di pinggang ayah dan menyandarkan kepalaku di perutnya.

"Iya makanya, Pia udah hafal diluar kepala. Tapi kata Kak Atma Pia suruh belajar terus."

Ayah menunduk dan mengernyit mendengar ucapanku. Waduh aku keceplosan.

"Atma? Siapa?"

Aku mendongak dan masih bergelayut manja di pinggang ayah.

"Hehehehehe mentor Pia."

"Cowok?"

"Ehehehe iya yah."

Ayah mengernyit "guru baru?"
Tentu saja aku menggelengkan kepala.

"Bukan. Temennya Kak Anis tuh sam Kak Alvian. Ketua Osis di sekolah Pia."
Mendengar itu ayah langsung melepaskan gelayutanku.

"Emang sepintar apa dia?"

Waduh aku juga gak tahu. Ayah mulai marah ini.

Kugelengkan kepala. No idea buat menjawab pertanyaan beliau. Nanti salah jawab aku yang kena marah kan?

"Ayah jangan gangguin Pia."

Tiba-tiba bunda sudah muncul. Alhamdulilah bunda nyelametin aku.

"Lagi kangen sama Pia gak boleh bun?"

Ayah sudah menoleh ke arah bunda dan aku memberi isyarat kepada bunda untuk menolongku.

Bunda kan selalu mengerti kalau aku sedang diinterogasi oleh ayah.

"Ayah, bunda butuh ayah sini."

Ah bunda emang juara kok. Aku tersenyum lebar saat ayah langsung menurut.

"Ya udah. Jangan belajar terlalu malam. Kamu itu udah cerdas."
Ayah mengacak rambutku dan membuat aku menyerigai lebar. Alhamdulilah ayah gak nanya-nanya tentang Kak Atma lebih lanjut.

Baru saja aku bisa bernafas lega tiba-tiba pintu kamar diketuk lagi.

"Bakpia rebus ada yang cariin. Tapi lagi disidang ama ayah."

Astaghfirullah. Siapakah itu?

Kenan sudah nongol di ambang pintu.

"Namanya Serkan kayaknya."

Waduh.

*****
Aku mau terjatuh saat sampai  di ruang tamu.

"Pia."
Itu perintah ayah yang langsung membuatku tersenyum canggung. Tapi saat menegakkan diri tentu saja pipiku memerah saat melihat Kak Atma juga sedang mengamatiku.

"Kak Atma? Ngapain ke sini? Mau halalin Pia?"

Aduh mulutku. Ya Allah.

Bersambung

Ketik ini tuh lagi di bioskop suruh nemenin si boy. Segini dulu ye lanjut nanti. Komentar dulu deh.

SURAT CINTA UNTUK KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang