"Gimana nih Daa!?". Tanya Elina ketakutan.
"Kita hanya bisa menunggu sampai lift ini berhenti bergerak". Jawabku.
Lalu, lift pun berhenti, dan secara otomatis pintunya terbuka. Saat pintu lift terbuka kami merasakan hawa dan suhu udara yang sangat dingin serasa berada di dalam pembuatan es. Kulihat Elina serasa ragu untuk keluar dari lift, tapi jika kami membuang waktu lebih banyak lagi, pintu lift ini akan tertutup.
"Ayo Lin!, pintunya akan segera tertutup". Sambil berjalan keluar.
Dengan ragu Elina mengikuti diriku yang sudah berada diluar lift.
"Dingin Da.., disini sungguh dingin". Kata Elina yang menggigil.
"Aku tahu.., aku juga sangat kedinginan".
Kami berada disebuah ruangan yang lantainya telah di penuhi oleh serbuk-serbuk es, terlihat beberapa kardus, serta benda-benda yang membeku di sekitar kami.
"Hosh.., suhu disini terlalu tidak normal". Kataku yang sangat kedinginan.
"Kita..se...seperti b..berada di dalam kulkas". Sahut Elina yang sedang mencoba menghangatkan dirinya dengan kedua tangannya.
"Da, kamu ingin jaketmu kembali?". Tanya Elina yang menatapku.
Aku menatap muka pucatnya yang kelihatan sangat kedinginan, mana mungkin aku akan membiarkan dia lebih kedinginan lagi.
"Aku rasa, lu lebih berhak deh Lin, ha..ha".
"Ku rasa.., huh... kau benar". Kata Elina yang ikut tersenyum.
"BUAGHH!!".
Tiba-tiba Elina terjatuh.
"Lin!". Aku menghampiri Elina yang jatuh yang berada tak jauh di belakangku.
"Da..., aku sudah tak kuat lagi..". Kata Elina.
"Lin!, bertahan Lin!". Sambil menggoyangkan sedikit badannya.
"Maafkan aku Da..". Jawabnya lemah.
"Aku tak punya pilihan lain!".
Aku membalikkan badanku dengan punggungku menghadap ke Elina, lalu aku menjongkokkan badanku.
"A..apa yang kau lakukan Da?". Tanya Elina.
"Apa lagi?.., aku akan menggendongmu!".
"Tapi Da". Kata Elina.
"Maaf Lin, aku tidak akan pernah sanggup meninggalkanmu kedinginan disini, aku juga malu loh!.., tapi hanya ini yang bisa kulakukan". Sahutku.
Elina tersenyum lalu dia mendekatkan diri ke punggungku.
"Kau tahu, aku berat loh". Kata Elina canda.
Aku hanya tersenyum mendengarnya.
Akhirnya aku pun menggendong Elina.
Sempat aku merasa tersipu malu, karena ini pertama kalinya aku menggedong seorang teman perempuanku. Tapi, aku tak punya waktu untuk memikirkan sensasi ini.
"Kau tahu Lin, kau memang berat". Ledekku.
"Yakan ha..ha". Kata Elina ketawa.
Kami meneruskan perjalanan kami dengan Elina berada digendonganku.
"Da". Kata Elina tiba-tiba.
"Hm?".
"Ka..kamu p..pasti sebelum ke lantai atas bertemu aku, melihat mayat yang hancurkan?". Tanya Elina yang kedinginan.
"Ya.., aku melihatnya". Jawabku pelan.
"Aku begitu ketakutan saat melihatnya". Kata Elina.
"Aku juga".
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Off Program[REVISI]
Misteri / Thriller[END]Khida dan teman-teman di kelasnya diundang oleh seseorang kesebuah tempat yang tidak diketahui secara detail lokasinya, orang itu mengakatakan ingin membantu menghibur khida dan teman temannya berlibur setelah UN, bahkan orang itu juga mengunda...
![Turn Off Program[REVISI]](https://img.wattpad.com/cover/183969942-64-k908508.jpg)