Chapter 26

40 9 1
                                    

Aku melihat bus yang kami pakai berada tak jauh didepanku, dengan pelan aku menuju ke bus itu.
"Semoga barangku masih ada".
Aku masuk kedalamnya, dan mencari tasku, setelah aku mendapatkannya aku menuju ke tempat pengemudi. Aku sempat berpikir untuk mengendarainya, tapi aku sadar, aku saat ini berada di tempat yang bahkan aku tidak tau apa namanya, yang kutahu hanyalah aku berada ditengah-tengah hutan dan juga, jika aku mengendarainya, mungkin aku akan menarik perhatian, aku tak ingin lagi dikejar-kejar oleh para mayat hidup itu.

Aku pun memutuskan untuk menelusuri hutan ini, dengan pelan-pelan aku keluar dari pintu bus, lalu sebentar aku melihat-lihat keadaan disekitar.

"Baiklah, sepertinya sudah aman".

Aku lalu kembali berlari, kali ini aku benar-benar menjauh dari tempat terkutuk itu. Karena terlalu jauh jarak dan terlalu lama waktu aku berlari, aku merasa sangat lelah. "Srstss..." aku mendengar suara aliran air. Aku begitu bahagia saat mendengarnya, dan dari suaranya sepertinya jaraknya tak jauh dari saat ini aku berada. Aku pun mengikuti arah suara air itu berasal, dan tak perlu waktu lama akhirnya aku sampai.
Suara aliran air itu ternyata berasal dari suara sungai kecil yang surut dan jernih yang sekarang tepat berada didepanku.

Aku mendekat kesisinya, lalu meminum airnya,"Hah.." betapa leganya akhirnya aku bisa meminum air, aku begitu kehausan.

"Sepertinya disini benar-benar tidak orang".

Karena keadaan yang begitu sepi, aku pun melepaskan seluruh pakaianku sampai membuatku telanjang bulat, yang kemudian aku menyeburkan diriku kedalam sungai itu, karena sungai itu surut, aku tak takut akan tenggelam. Aku membersihkan seluruh badanku dari darah dan macam-macam kotoran yang menempel.
Setelah merasa cukup bersih, aku naik kepermukaan, lalu mengambil handuk ditasku, kemudian mengeringkan badanku. Setelah itu aku mengambil pakaianku yang lain didalam tasku, lalu memakainya.

Aku tersandar dibawah pohon yang rindang, kemudian karena terkena sepoian angin yang sejuk, aku tertidur.

"Khida..".

"Khafidu!?".

"Khida...".

"Rolan".

"Da..".

"Linda!?".

"Hei Da..".

"Kifli..".

"Khida.., tolong..".

"Elina!?".

Suara-suara semua temanku terus bermunculan, sampai aku mendengar sebuah suara.

"Kenapa kau tidak menolong mereka?".

"A..aku, aku..".

Aku membuka mataku, keringat dingin membasahi tubuhku. Aku terbangun dari mimpiku.

"Ternyata mimpi..".

Aku melihat kearah jam tanganku, dan jam telah menunjukkan jam 8 pagi.
Tiba-tiba jamku kena tetesan air dari atas.

"Hm? Apakah turun hujan?". Sambil mengadahkan kepalaku keatas.
Tapi, aku tak melihat adanya hari mendung.

"Tunggu... ". Aku memegang pipi kananku, dan merasakan ada tetesan air yang membasahinya. Ternyata tetesan air itu berasal dari mataku.
Air mataku terus keluar, aku tak dapat menahannya.

"Maafkan aku.., maafkan aku semuanya, aku tak tahu harus berbuat apa".

Isak tangisku semakin lama semakin besar, aku merasa sangat bersalah karena meninggalkan teman-temanku.

"MAAFKAN AKUU!!!".
.
.

Tangisanku telah berhenti, tiba-tiba aku merasa lapar, aku mengambil tasku dan mencari makanan yang ada didalamnya.
Aku mendapatkan satu potong roti dan dua bungkus makanan ringan.
Aku membuka bungkus roti, lalu memakan rotinya secara lahap, kemudian dilanjutkan oleh makanan ringan.
Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki dari balik semak-semak.

"Ada orang!".

Aku mengambil tasku, lalu menaruh beberapa barangku yang berada diluar kedalamnya, kemudian aku mencari tempat dimana aku dapat bersembunyi.

"Hei nak!, tak usah repot-repot sembunyi". Ucap seseorang lelaki tua, yang keluar dari semak-semak.

"Pak, jangan buat dia takut!". Ucap seorang perempuan dewasa yang berada dibelakang lelaki tua itu.

"Ahaha maaf". Ucap lelaki itu.

"Si...siapa kalian!?".

"Ah iya!, siapa kami? Hm.., bisa dibilang kami ini adalah orang yang akan membantumu". Jawab lelaki itu.

Aku hanya terdiam mendengar jawabannya, aku masih ragu dengan perkataannya.

"Hm.. bengini saja, supaya kamu lebih paham nak, kau adalah korban dari "Trun Off Program" kan?. Nah , kami ini adalah orang yang ingin memberantas program itu". Ucap lelaki itu.

Aku tak bisa berkata apa-apa setelah mendengarnya mengatakan hal itu. Lelaki itu tersenyum padaku, kemudian mereka mendekat kearahku sambil berkata:

"Ayo!, masih ada harapan kok, untuk menyelamatkan teman-temanmu".




Turn Off Program[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang