Chapter 6

99 23 2
                                    

Disisi lain dari tempat atau bangunan aneh ini, Bpk. Wawan bersama Linda, Janah, dan Maya sedang berada di ruangan pelajar atau ruang kelas.

"Sungguh aneh, kenapa kita bisa terbangun di ruang kelas bekas ini?". Kata bpk. Wawan.

"Itulah yang dari tadi kami bingungkan pak". Kata Linda.

"Dan yang lebih parah lagi, kita tidak bersama yang lainnya". Sahut Janah.

"Pak, bagaimana kalau ternyata ini semua adalah perbuatan si sopir bus". Kata Maya.

"Bapak juga bingung, kalau benar ini karena ulah si sopir itu, maka ini semua termasuk kesalahan bapak." Kata bpk. Wawan sambil menundukkan kepalanya.

"Udah pak gak papa, untuk sementara lebih baik kita mencari yang lain." Kata Janah.

Semua setuju dengan saran Janah untuk mencari teman-teman mereka tapi, bpk. Wawan tidak setuju.

"Maaf bapak tak menyetujuinya." Kata bpk. Wawan dengan tegas.

"Kenapa pak!?". Tanya Linda.

"Bapak gak setuju kalau kalian ikut pencarian, karena itu berbahaya, dilihat dari tempat kita berada saat ini, kemungkinan tempat ini sangat berbahaya." Kata bpk. Wawan.

"Jadi bapak mau mencari yang lainnya sendirian?". Tanya Maya.

"Iya.., bapak ingin kalian tunggu disini sampai bapak kembali". Sahut bpk. Wawan.

Mereka bertiga terpaksa menyetujuinya, karena mereka ingin menghormati keinginan bapak Wawan.

"Hati-hati pak." Kata Linda.

Bapak Wawan pergi keluar ruangan dan memulai pencarian murid-muridnya yang lain.
Bpk. Wawan berjalan menelusuri lorong panjang, setelah beberapa banyaknya langkah, bpk. Wawan terhenti di sebuah ruangan yang mana ruangan itu memiliki pintu yang bermotif aneh. Motif pintu itu berlambangkan tanda mati atau nyala yang biasanya ada di remot tv atau di alat teknologi lainnya.

Karena penasaran bpk. Wawan mencoba untuk membuka pintu itu, dan memasukinya. Bpk. Wawan ingin memastikan apakah mungkin muridnya yang lain sedang berada di dalam sana.
Saat bpk. Wawan memasuki ruangan itu, bpk. Wawan dilihatkan oleh banyaknya kertas-kertas serta dokumen-dokumen yang berserakan di lantai. Bpk. Wawan mengambil salah satu kertas tersebut dan membacanya. Kertas itu berisi laporan tentang pelaksanaan suatu program, yang mana program itu bernama "Trun Off Program".

"Trun off program?". Kata bpk. Wawan bingung.
Bpk. Wawan tidak melanjutkan bacaannya, karena menurut bpk. Wawan saat ini yang terpenting adalah menemukan murid-muridnya.
Bpk. Wawan berpikir, sebagai guru wali, dia harus memprioritaskan keselamatan muridnya.
Melihat tidak ada satupun murid di dalam ruangan itu, bpk. Wawan pun keluar dari ruangan itu.
Bpk. Wawan kembali berjalan melewati lorong.
Tiba-tiba bpk. Wawan dikejutkan dengan kehadiran sebuah lubang besar di lantai.
Bpk. Wawan mencoba untuk melihat apa yang ada di dasar lubang tersebut.

Bpk. Wawan tak sadar, bahwa tepat di belakangnya telah berdiri seseorang yang membawa sebuah besi tumpul.

Plankk!!.., orang itu memukulkan besi tumpul ke kepala bpk. Wawan dengan keras.
Saking kerasnya bpk. Wawan sampai pingsan tak sadarkan diri dan jatuh ke dalam lubang besar tersebut.

Dan pelakunya meninggalkan bpk. Wawan begitu saja...

Turn Off Program[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang