Chapter 17

78 19 0
                                        


Aku bersiap untuk berbicara didepan microphone, kutarik nafas panjangku lalu kuhembuskan. "Cek-cek, ini Khida, jika kalian mendengar ini, aku hanya ingin mengakatakan bahwa saat ini kita sedang berada di tempat yang berbahaya, kita bahkan diburu oleh seorang pembunuh".
Aku menghentikan sebentar bicaraku, memberi waktu mereka yang mendengar suaraku untuk mencernanya, lalu aku kembali bicara.
"Tapi dengarlah, diam ketakutan bukanlah jawaban akan situasi sekarang, aku takut, tapi aku akan tetap mencoba untuk bergerak mencari kalian semua dan bersama, kita akan keluar dari sini".

Aku mengakhiri bicaraku, dan mematikan microphonenya, lalu aku menghadap ke Elina dan Khafidu, aku menganggukkan kepalaku untuk memberikan tanda bahwa "aku telah selesai, mari pergi".
Aku langsung keluar ruangan diikuti oleh mereka yang berada dibelakangku, kami berlari menjauh dari ruang pengumuman, karena kami tau bahwa pembunuh itu pasti sedang menuju kesini.

"Oke jadi kita sekarang kemana?". Tanya Elina yang sedang berlari.
"Ya mana kutau, yang penting kita harus menjauh dari sini aja dulu". Jawabku.
"Duhh, aku yakin pembunuhnya dalam perjalanan". Kata Khafidu yang ketakutan.

Kami terus berlari tanpa tujuan, sampai akhirnya kami berhenti karena Elina mulai kelelahan. Dia memang salah satu teman perempuan di kelasku yang tidak sanggup berlari dalam jangka waktu panjang, yang lebih parahnya lagi kadang itu bisa membuatnya sesak nafas. Karena tahu akan hal itu, aku menyarankan untuk berjalan santai dulu dari sekarang.

"Maaf.., hah.., aku sudah gak kuat". Kata Elina dengan nafas ngos-ngosannya.

"Yaudah, dari sini kita berjalan aja dulu".

"Lagipula sepertinya kita sudah jauh dari tempat tadi, gue yakin kita sudah aman sekarang". Sahut Khafidu yang sedang melihat kebelakangnya.

"Semoga lu benar". Hanya itu kalimat balasan dariku, karena aku tak yakin, menjauh dari tempat pengumuman tadi membuat kami aman dari pembunuh, bagaimana kalau ternyata sebenarnya kami malah mendekat padanya dan bukan menjauhinya.
Kami kembali berjalan, sambil berjalan aku mencoba mengingat denah yang telah kami lihat sebelumnya, dan yang kuingat adalah saat ini kami dekat dengan ruang kesehatan, jika itu benar, setidaknya kami bisa kesana dan berkumpul bersama Delya dan Yuki. Lagipula aku merasa khawatir dengan keadaan mereka berdua.

Lalu tiba-tiba kami diperlihatkan oleh jalan dua arah kanan dan kiri, tapi sebelumnya ada suatu ruangan kecil didalamnya. Aku pun menyarankan agar memasuki ruangan itu lebih dulu, karna kemungkinan adanya petunjuk yang mungkin bisa kami dapatkan, mereka menyetujuinya dan kami pun masuk.

"Aku pernah mendapatkan sepucuk kertas, disuatu ruangan, dan isi tulisan kertas itu memberiku petunjuk, jadi jika ternyata kalian melihat ada kertas atau apapun yang terlihat penting, coba ambil". Kataku saat kami telah memasuki ruangan itu.

"Siap boss". Kata Khafidu yang langsung menggeledah barang-barang.

"Okee". Sahut Elina.

Aku tidak tinggal diam, aku pun ikut memeriksa ruangan yang kami tempati saat ini.
Aku mendapatkan sebuah kotak kecil, aku membukanya, dan aku mendapatkan sebuah kunci yang ukurannya cukup besar dari ukuran kunci biasanya.

"Hey lihat!, sebuah kunci". Aku memberitahukannya kepada Elina dan Khafidu.

"Woa, itu kuncinya besar amat". Kata Khafidu yang terkagum dengan ukuran kunci yang kudapat.

"Eh, bukankah dari tadi kita tidak pernah ketemu ruangan, yang pintunyapunya lubang kunci?". Tanya Elina.

"Kau benar Lin, berarti kunci ini gak kepake Da". Sahut Khafidu.

"Hadehh, itu berarti kunci ini malah pentiiing, karna berarti ada satu pintu yang akan memakai kunci ini". Kata Elina dengan wajah cemberutnya.
Aku menertawai Khafidu lalu menyorakinya. "Wuu".

Tapi tanpa kami sadari, sebenarnya bahaya sedang mendekat.

"Khafidu awas!". Aku berteriak untuk menyuruh Khafidu menjauh dari tempatnya berdiri, karena pembunuh bertopeng tepat berada dibelakangnya.

"Hah!?". Khafidu ingin menoleh kebelakangnya, tapi pembunuh itu lebih dulu mendorong punggung Khafidu dengan keras sampai membuat Khafidu terjatuh kedepanku.

"Apa yang harus kita lakukan Da?". Tanya Elina yang ketakutan.

"Akh". Khafidu kesakitan.

"Woy lu baikkan!?". Tanyaku kepada Khafidu.

"Akh..tenang, aku gak papa". Khafidu kembali berdiri dari jatuhnya.

Pembunuh itu terus mendekat kearah kami, aku terus berpikir keras, apa yang dapat kulakukan saat itu. Sampai akhirnya aku mendapatkan satu cara. Aku melihat sapu yang berada dekat denganku, aku menunggu dia lebih mendekat lagi, aku membisikkan ke Khafidu."Di jalan arah kiri jika lu terus berjalan lu akan menemui ruang kesehatan, disana ada Delya dan Yuki".

"Oke oke". Khafidu mengiyakan maksudku.

Saat pembunuh itu sudah cukup dekat, dengan cepat aku mengambil sapu yang ada didekatku tadi, lalu kupukulkan kemukanya.

"CEPAT LARII!!". Aku memerintahkan Elina dan Khafidu untuk segera keluar dari ruangan.
Sontak Khafidu dan Elina langsung keluar, aku pun ingin segera mengejar mereka, tapi saat aku ingin melewati pembunuh itu, tangan kanannya yang cukup besar itu menghadangku, dan langsung menangkapku. "Buagh!".Aku lalu didorong keras sampai terpental ke dinding.

"Aaakhh!!". Aku merasakan kesakitan.

"Khidaaa!!". Aku mendengar teriakan Khafidu dari luar, mendengar itu pembunuh itu langsung menoleh ke arah Khafidu dan Elina. Melihat hal itu, aku langsung memukulkan sapu itu kekepala pembunuh itu.

"BAWA ELINAAA, AKU AKAN NYUSUL!!". Aku berteriak memerintahkan Khafidu dan Elina untuk segera pergi.

"Cih, sial!, ayo Lin!". Aku mendengar Khafidu berbicara.
"Tap..". Aku juga mendengar Elina bicara, tapi dengan cepat Khafidu menarik tangannya, lalu mereka berlari.
"Dasar bodoh!!". Khafidu berteriak.
Aku tersenyum tipis mendengarnya. "Semoga aku bisa". Aku mengucapkannya secara pelan.

Pembunuh itu kembali menatapku setelah menyingkirkan sapu yang baru saja kupukulkan ke kepalanya. Sekarang aku harus mencari cara agar selamat dari orang ini.

Turn Off Program[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang