Chapter 8

86 24 0
                                        

Elina dan Aqilla berjalan menuruni tangga yang tertuju ke bawah.

"Lin". Kata Aqilla.

"Ada apa!?". Tanya Elina yang terkejut mendengar suara Aqilla yang memecah kesunyian.

"Menurut lu apa yang bakal kita temui ya?". Tanya Aqilla.

"Hadeh... gue kira apa,..gue berharap kita bertemu dengan yang lain di bawah sini". Kata Elina.

Sesampai mereka di dasar bawah tangga. Mereka di temui oleh 2 lorong atau gua bawah tanah. Hal itu membuat mereka bingung harus memilih yang mana.

"Kemana Qil, kanan atau kiri?". Tanya Elina.

"A... gue bingung,.. kanan aja deh, biasanyakan hal-hal bagus selalu di kanan". Kata Aqilla dengan senyuman ragunya.

"Yaudah, semoga aja begitu". Kata Elina.

Mereka pun memasuki gua yang berada di kanan. Gua itu sangat panjang menuju ke dalam.
Sesampai mereka di ujung gua, mereka melihat sebuah pintu kayu yang tertutup.
Aqilla mencoba membuka pintu itu, dan betapa dikagetkannya mereka berdua oleh apa yang mereka lihat setelah pintu itu terbuka.

"Fahmi!?.., Humaira!?..,Zanna!?..". Kata Aqilla yang terkejut.

Elina hanya bisa terdiam ketakutan melihat ketiga temannya dilekatkan di dinding, dengan kedua kaki dan kedua tangannya dirantai.
Aqilla mendekati mereka, dan mengecek apakah mereka masih hidup.
Betapa bersyukurnya Aqilla mengetahui bahwa mereka masih bernafas.

"mereka hanya pingsan Lin". Kata Aqilla.

Mendengar hal itu Aqilla menghembuskan nafas lega.

"Ayo!..kita harus bisa melepaskan mereka". Kata Aqilla.

Elina dan Aqilla mencari sesuatu yang bisa mereka gunakan untuk melepaskan rantai-rantai itu. Mereka tidak menemukan adanya kunci, tetapi Elina mendapatkan sebuah mesin pemotong yaitu gerinda.
Baru mereka mau memotong rantai tersebut. Tiba-tiba ada kedengaran suara seseorang yang sedang berjalan.

"Tunggu Qil, ada seseorang yang mendekat ingin masuk ke dalam sini". Kata Elina yang memberhentikan Aqilla menyalakan gerinda.

"Apa!?.., kita harus sembunyi". Kata Aqilla yang ketakutan.

Mereka berdua melihat ada lemari besar dengan dua pintu, yang mana lemari itu cukup untuk mereka berdua bersembunyi di dalamnya. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk masuk dan bersembunyi di dalamnya.

"Aduh!...". Kata Aqilla yang tiba-tiba kesakitan.

"Ada apa Qil!?". Tanya Elina khawatir.

"Sst.. diam dulu, dia udah datang". Kata Aqilla sambil mengintip di sela-sela lubang kecil.

Dan mereka di perlihatkan oleh sesosok pria besar bertopeng yang membawa sebuah besi tumpul di tangannya.
Pria tersebut mengambil beberapa buah suntikan yang ada di meja. Kemudian ia keluar dari ruangan tersebut.
Melihat hal itu Elina merasa lega dan dia segera keluar dari lempari.

"Siapa ya itu? Menakutkan sekali". Kata Elina.

Elina bingung karena Aqilla belum keluar dari lemari.

"Woy Qil, dia sudah hilang". Kata Elina sambil membuka pintu lemari.

Elina terkejut karena tiba-tiba Aqilla jatuh ke hadapannya. Elina mencoba untuk menangkapnya dan meletakkannya kebawah dengan pelan.

"Qil, lu pingsan!?". Kata Elina sambil menggerak-gerakkan tubuh Aqilla.
Elina melihat ada sebuah suntikan yang jatuh dari tangan Aqilla.

Elina pun mengerti apa yang terjadi.
Saat mereka bersembunyi di dalam lemari, Aqilla telah mengambil satu suntikan di tangannya yang sebenarnya Aqilla ingin periksa. Tapi tak sengaja saat masuk ke dalam lemari. Aqilla terkena jarum yang ada di suntikan yang ia pegang. Dan di dalam suntikan itu ada suatu obat tidur yang amat keras.
Elina mencoba memasukkan tubuh Aqilla ke dalam lemari, ia bermaksud menyembunyikan Aqilla untuk sementara. Setelah itu Elina menutup lemari tersebut.
Elina pun menyadari bahwa walaupun ia berhasil melepaskan rantai yang mengikat Fahmi, Zanna, dan Humaira.
Mereka akan tetap tertidur atau pingsan. Elina tau bahwa ia tidak kuat untuk membawa mereka semua. Jdi Elina terpaksa untuk meninggalkan mereka sementara dan mencari bantuan kepada teman-temannya yang lain.

Elina keluar dari ruangan tersebut sambil membawa gerinda di tangannya. Ia khawatir kalau nanti gerinda yang saat ini ia pegang akan di ambil oleh pria bertopeng.

Saat ia sudah sampai di bawah tangga, ia melihat dinding ia masuk mulai tertutup. Ia pun dengan cepat berlari secepat mungkin agar berhasil keluar sebelum dinding itu tertutup.

"Sepertinya saat kami masuk tadi dinding ini sudah tertutup, tapi pria bertopeng tadi membukanya kembali". Kata Elina dalam hati.

Syukur Elina berhasil keluar tepat waktu. Sekarang ia harus bergegas untuk mencari teman-temannya yang lain, agar bisa membantunya menyelamatkan Aqilla beserta yang lainnya.


Turn Off Program[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang