Chapter 18

83 18 1
                                    


"Oke tenang Khida, kau pasti bisa melakukan ini". Batinku bicara, aku terus mengalami konflik batin dalam diriku.

"Hei pria besar!, sebenarnya apa tujuan kalian menyiksa kami ha?!". Aku menanyakan hal itu tapi sebenarnya aku sedang menahan rasa takut dan gemetar tubuhku.
Dan parahnya pria itu tidak menjawab pertanyaanku, aku bahkan tidak mendengar satu kata pun keluar dari mulutnya.
"Orang gila". Itulah yang kupikirkan tentang orang itu. Dengan sabar aku menunggu dia kembali beraksi untuk menyerangku. Aku telah bersiap untuk melemparnya dengan botol kaca yang ada dibelakangku.
Ku melihat tangan besarnya mulai menggenggam dan mulai mearahkan keaatas, dan dia melancarkan serangannya, "Prangg!!".dengan sangat cepat aku melemparkan botol kaca tepat kewajahnya lagi. Itu menjadi serangan ketigaku ke wajahnya, serangan itu membuat topengnya mengalami keretakan.
"Ergh..". Keluar suara dari pembunuh itu.
Dan itu adalah pertama kali aku mendengarnya mengeluarkan suara. Dengan kesempatan itu aku langsung berlari lewat sampingnya dan keluar dari ruangan, serangan itu takkan menahannya lama karena topeng itu melindungi mukanya.
Aku melihatnya sudah mulai mengejar diriku, "akh sial!, dia cepat". Aku tak dapat membiarkan dia tahu lokasi Khafidu dan Elina bersembunyi, aku pun mengambil jalan yang arah kanan, agar membawanya jauh dari keberadaan teman-temanku.

Aku mulai kelelahan, dan yang menambah keadaan memburuk adalah aku berada di ujung jalan buntu. Hanya ada satu ruangan dekat jalan buntu itu, aku tak punya pilihan lain selain masuk kedalamnya, kulihat ada lemari yang cukup besar di dalamnya, tanpa pikir panjang aku langsung masuk kedalamnya untuk bersembunyi. Padahal aku sadar, apa yang kulakukan ini sia-sia, pembunuh itu telah melihatku masuk keruangan ini dari kejauhan, pasti dia akan memeriksa lemari ini. Tapi, setidaknya hanya inilah yang dapat kuusahakan.

Aku mendengar suara langkah kaki, "buagh!!". Suara pintu yang dibuka dengan keras. "Sial!, apakah ini akhirku?". Tanya batinku. "Buagh..buagh!!". Pembunuh itu memukul-mukul lemari tempatku bersembunyi, aku begitu ketakutan sampai gemetar, lalu pembunuh itu membuka pintu lemari dan melihat diriku didalamnya. "Groaaa!!". Teriak pembunuh itu padaku, aku bisa merasakan bahwa dia benar-benar marah padaku. Diriku benar-benar tenggelam ke dalam ketakutan, aku tak bisa menggerakkan tubuhku sedikit pun.
"Akh!..". Tiba-tiba dia mencekikku dengan tangan kanannya.
"A...akh.., to..long". Aku mencoba untuk mengeluarkan suara sebisa mungkin, tapi cekikkan tangan dia terlalu kuat, aku mulai kehabisan nafas.
"WOAKHHHH!!!..". Aku tak menyerah, aku masih tetap berjuang untuk melepaskan tangannya dari leherku. Tapi, dia juga mulai menguatkan cengkraman tangannya, aku sudah mulai tak berdaya. Dan "Pragh!!". Tiba-tiba ada yang memukul pembunuh itu dengan sebuah kursi, "Pragh!!". Pukulan kedua dilancarkan lagi ke pembunuh itu, tangan pembunuh itu melepaskan leherku, aku langsung terduduk jatuh.
"A..hah..hah, hah". Aku mencoba menyeimbangkan pernafasanku. Aku melirik ke orang yang menyerang pembunuh itu, dan betapa kagetnya aku melihat Kifli dan Kevin yang menyerangnya.
"Ayo Da, kita keluar dari sini!". Perintah Kifli.
"O..oke". Aku langsung mengikuti mereka yang telah berlari, kami meninggalkan pembunuh yang kemungkinan saat ini sedang mengalami kesakitan akibat serangan Kifli dan Kevin, tapi aku tetap yakin, itu hanya akan menahannya untuk sementara.

"Dari mana kalian tau gue disana?". Tanyaku sambil berlari.

"Khafidu dan Elina, mereka yang memberitahukan kami". Jawab Kevin.

"Nanti akan kami beritahukan lebih, untuk sementara kita harus cepat". Kata Kifli.

"Ah iya benar!". Kami melanjutkan lari kami, dan tiba-tiba kami melihat Khafidu sedang berlari ke arah kami.

"Wooyy". Teriak Khafidu.

"Woy!, ngapain lu Du!?". Tanya Kevin.

"Gue mau ngebantu kalian". Kata Khafidu dengan suara keras.

"Aduh bodoh!, cepat kembali ke ruang kesehatan! Kami telah berhasil menahan pembunuhnya". Marah Kifli.

"Eh!?, oke oke". Kata Khafidu yang akhirnya ikut berlari bersama kami.
Kami berlari kearah jalan yang menuju ruang kesehatan. Dan setelah beberapa detik, akhirnya kami sampai diruang kesehatan, tanpa menunggu lama Kifli langsung membuka pintu dan kami masuk kedalamnya, lalu setelah kami sudah masuk semua Kifli menutup pintu dengan cepat.
"Khida kau baik-baik saja!?" . Tanya Yuki.
Aku masih ngos-ngosan begitu juga Kifli dan yang lain.
"Ya.., aku baik". Aku menjawab setelah pernafasanku mulai membaik.

"Eh!? Fawnia? Sherly? Ratna?".betapa kaget dan senangnya aku karena melihat mereka.

"Yap, dan Jovita juga ada". Kata Fawnia sambil mengarahkan tangannya ke Jovita yang sedang berbaring.

"Syukurlah" . Aku tersenyum karena mengetahui mereka baik-baik saja.

"Bagaimana dengan pembunuhnya?". Tanya Elina.

"Kami berhasil melumpuhkannya untuk sementara, yakan Kif?". Kata Kevin.

"Iya dong". Sahut Kifli.

"Oh iya, makasih bro udah nyelamatin gue". Ucapku

"Okee, syukurlah kami tau keberadaan lu Da, padahal kami sudah jauh dari sini". Ucap Kifli.

"Hah?".

"Ya, kami sebenarnya terbangun diruang pengumuman, saat kami bangun, kami langsung pergi menjauh, bahkan melewati ruangan kesehatan ini tanpa mengetahui kalau ada mereka disini". Kata Kevin.

"Dan syukurnya lu memakai mic tersebut, sehingga kami berdua langsung memutuskan untuk kembali kesana, dan saat kami dalam perjalanan kesana kami bertemu sama mereka berdua nih". Kata Kifli yang kemudian duduk disebuah sofa.

"Ooh baguslah, ternyata pengumuman dariku tak sia-sia haha".

"Anehnya, kenapa kalian gak make mic itu dari awal?, kan kalian berdua yang lebih dulu berada disana". Kata Elina.

"Ya itu yang aneh, kami tak terpikirkan itu". Jawab Kevin.

"Heleh". Sahut Fawnia

Kami semua tertawa kecil mendengarnya, setidaknya saat ini aku merasa cukup senang karena mengetahui bahwa beberapa dari kami telah berkumpul.

Tapi, bagaimana dengan bapak Wawan dan teman kami yang lainnya. "Apakah mereka masih baik-baik saja?". Itulah pertanyaan yang ada dipikiranku.





Turn Off Program[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang