Aku hanya manusia biasa, yang terlahir dari orang yang luar biasa-Tichani Tasikali
***
Seseorang memasuki pekarangan rumah besar. Ia mendongakkan kepalanya sambil tersenyum simpul. Kemudian ia mulai berjalan menuju pintu utama rumah tersebut.
Ting nong
Bunyi bel terdengar ditekan dua kali. Tepat saat ia akan menekan bel kembali, seseorang membukakan pintu dengan menunjukan senyuman yang lebar. Ia membawa dua raket di tangan kanannya dan satu kock di tangan kirinya."Udah siap?" tanyanya dengan terus tersenyum tanpa menghilangkan sedikitpun.
"Udah," balas gadis manis berperawakan tinggi sambil tersenyum dan kemudian mereka tertawa bersama. Setelahnya, mereka berlari menuju halaman belakang rumah tersebut untuk bermain apa lagi kalau bukan bulu tangkis?
Itu adalah hobi mereka dari kecil. Jadi jangan heran jika mereka bermain dengan baik dan lincah.Plak...plek...plak...plek...
"Cha Icha!!!" kock yang ditangkis Icha tersangkut di ranting pohon yang tinggi.
"Yah sorry,"
"Iya gapapa. Sans lah,"
Dia. Tichani Tasikali. Seorang perempuan yang terlahir dari kalangan kurang mampu. Ayahnya bekerja sebagai tukang pos yang mengantar-ngantarkan barang. Dan ibunya penjual kue biasa yang sering menitipkan dagangannya di warung terdekat.
Gaji ayahnya setiap bulannya adalah dua juta. Dalam sejarah keluarga tersebut, uang dua juta bisa dikatakan lebih dari cukup. Biaya SPP dan keperluan sekolah lainnya ditanggung oleh ayahnya. Gaji lumayan, bayar keperluan sekolah tidak setiap bulan dan uang tidak lebih dari 50.000 diberikan kepada ibunya untuk berbelanja. Kadang bahkan ayahnya memberikan uang sangat jarang. Jika ada hal darurat, baru ayahnya selalu ada. Lalu dimanakah uang sisanya? Entahlah. Icha bahkan tidak peduli dengan itu.
"Kalo gitu gue ambil galah dulu ya," Icha berlari tanpa menunggu jawaban Diva-sepupunya. Diva hanya geleng-geleng kepala.
Beberapa saat kemudian, Icha kembali tanpa membawa galah untuk mengambil Kock yang tersangkut.
"Katanya ambil galah?" tanya Diva terheran-heran.
"Galah-nya ga a-da," jawab Icha tersendat-sendat.
"Yah terus gimana dong?"
"Tenang gue bakal manjat," kata Icha dengan entengnya.
"Whatt?!"
"Biasa aja tuh muka," kata Icha sambil menoyor kepala Diva kebelakang.
"Yang bener aja lo? Badan semok gitu mau manjat setinggi ini?" tanya Diva sambil menunjuk pohon yang akan Icha panjat.
"Iya dong," jawab Icha dengan penuh keyakinan.
"Yang ada belum sampai setengahnya udah jatoh lo,"
"Yee lihat aja,"
Diva memutar bola matanya malas."Semerdeka lo deh,"
Icha mulai memanjat pohon dengan sangat berhati-hati. Ketika Icha hampir sampai, tiba-tiba Icha tidak sengaja menyentuh sesuatu yang bertekstur kenyal? Dan terdapat bulu diseluruh tubuhnya.
"Aaaaaaaaa," Icha melepaskan pegangannya dan akhirnya,
Bruk...
"Aauu," rintih Icha
"Kan gue udah bilang, " Diva memutar bola matanya malas.
"Bukannya bantuin kek,"
"Iya-iya," Diva membantu Icha berdiri.
"Lo tau gak?"
"Gak, "
"Tadi diatas ada apa?"
"Ada orang gila kaya lo,"
"Iihh gue serius Divaa,"
"Ya mana gue tau,"
"Ada ulet tau iihhh,"
Icha sangat menghindari hewan yang berbentuk panjang dan suka ngulet-ngulet jika bergerak. Contohnya ya itu, ulat. Menurutnya hewan seperti itu sangat menjijikan. Apalagi jika dipegang. Membayangkan saja sudah membuat Icha bergidik ngeri.
"Hemm,"
"Kok lo biasa aja sih?"tanya Icha kesal karena respon Diva yang sangat singkat.
"Terus gue harus bilang WOW gitu?"
"Yee kok lo jadi sewot gitu sih?" sebenarnya mood Diva sedang buruk. Jadi jangan heran jika sangat menyebalkan.
"Udah lah balik aja,"
"Lah itu gimana?" tanya Icha sambil menunjuk kock yang masih tersangkut.
"Ck, udah biarin aja nanti beli lagi," jawab Diva malas.
"Oh gitu, ya udah yuk,"
Diva mengangguk sebagai jawaban.Mereka melewati jalur belakang yang menurut mereka lebih jauh agar bisa mengobrol di jalan. Akhirnya mereka berpisah untuk pulang kerumah masing-masing. Diva ke arah kanan, dan Icha lurus. Rumah mereka tidak terlalu jauh dan masih satu komplek.
***
Icha👆
Diva👆
-Strong Girl-
Enjoy Reading:)
Egi🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Girl
Teen Fiction[BELUM DIREVISI] Kisah seorang gadis yang harus berjuang di dalam kejamnya lingkaran kehidupan. Dan akhirnya ia mampu bertahan karena kehadiran seseorang, yaitu Marta. ### "Aku suka kesempurnaan. Tapi aku lebih suka kesederhanaan yang selalu menci...