Aku mohon tetaplah di sini, jangan menjauh apalagi pergi. Karena kamu membawa ketenangan untukku
-Tichani Tasikali
-Strong Girl-
Icha memejamkan matanya sejenak. Setelah berlama-lama melamun dan terus memandangi langit-langit rumah sakit. Ia menghembuskan nafas lelah.
Tak lama ia mendengar decitan pintu yang terbuka tanpa ketukan. Icha langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Tampak sesosok Marta yang menyengir sambil menatap ke arahnya. Marta mengenakan seragam sekolah dengan penampilan sedikit kucel. Seragam yang di keluarkan dari celana, rambut yang berantakan, dua kancing kemeja dari atas yang dicopot, serta tas hitam yang tersampir di bahu kanannya.
"Haii, " Marta menyapa Icha dengan senyuman yang lebar, sedangkan Icha hanya tersenyum tipis. Marta mendekat ke arah Icha dan menaruh tasnya di sofa sebelah kanan brangkar Icha. Kemudian duduk di sebelah Icha dengan kursi yang telah di sediakan.
"Gimana keadaan lo? " Marta bertanya dengan kedua tangan yang dilipat di atas brangkar Icha.
"Ya gini, "
"Mendingan? " Icha mengangguk.
"Lagian ngapain lo sampe masuk rumah sakit segala. Udah bosen ketemu gue di sekolah?" Icha terkekeh kecil. "Iya gue bosen, di kelas lo brisik mulu, " Marta tertular kekehan Icha.
"Apa jangan-jangan gara-gara si Eza ya, lo jadi celaka? " Marta menyipitkan matanya curiga.
"Heh! apa-apaan sih lo," Marta tertawa kecil.
"Dih kok gak terima gitu, "
"Lo ngaco sih, kalo orang lain pun yang di kata kaya gitu gue juga bakal kesel kali! " Icha terlihat kesal.
"Berarti kalo gue di katain kaya gitu, lo bakal kesel juga dong? " Tanya Marta menggoda Icha. Icha memutar bola matanya malas. "Yayaya terserah lo, "
Icha sudah mulai melupakan dari kejadian dua hari yang lalu. Walaupun Icha masih trauma, tapi tidak seperti kemarin-kemarin yang melamun memikirkan kejadian itu. Sekarang Icha hanya perlu bersikap bodo amat agar ia bisa melupakan dan ia harap kejadian kemarin hanya orang iseng atau halusinasi Icha semata.
"Lo gak bawa apa-apa kesini? " Tanya Icha heran.
"Pengen banget di bawain apa-apa? " Marta berekspresi menyebalkan. Sedangkan Icha mendengus geli.
"Gak sih b aja, "
"Padahal gue bawa sesuatu lho, " Icha mengangkat satu alisnya.
"Apa? "
"Bawa raga serta niatnya Marta buat ngelamar adek Icha Ahahahaha, " Icha berekspresi datar sedangkan Marta tertawa ngakak.
"Bercanda elah, " Marta meredam kan tawanya.
"Bentar gue ambil dulu, " Marta berdiri dan mengambil tasnya yang berada di atas sofa dan di bawanya ke tempat semula.
"Nih, " Marta menyerahkan plastik berwarna putih ke arah Icha. Icha menerima uluran Marta dan mulai membukanya. Mata Icha berbinar. Tanpa mempedulikan Marta yang terus menatapnya, Icha mulai melahap siomay yang berada di hadapannya.
"Lo keknya suka banget sama siomay, " Icha melirik Marta kemudian berkata, "Kan lo udah tau gue suka banget siomay. Apalagi buatannya mang Dadang, "Icha tersenyum manis di akhir kalimatnya.
Marta terdiam. Terus memperhatikan Icha yang asyik mengunyah siomaynya. Marta menyesal kenapa tadi ia tidak membeli dua bungkus saja. Akibatnya sekarang ia tergiur, apalagi melihat Icha yang memakan siomaynya dengan lahap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Girl
Teen Fiction[BELUM DIREVISI] Kisah seorang gadis yang harus berjuang di dalam kejamnya lingkaran kehidupan. Dan akhirnya ia mampu bertahan karena kehadiran seseorang, yaitu Marta. ### "Aku suka kesempurnaan. Tapi aku lebih suka kesederhanaan yang selalu menci...