Jangan membuat janji jika tidak bisa menepati. Jangan menyematkan jari jika hanya bisa mengingkari.
-Tichani Tasikali
-Strong Girl-
Hari ini matahari sangat terik. Jalan raya yang di lewati Icha terlihat sangat ramai. Banyak pengendara berdesakan agar cepat sampai tujuan. Icha memberhentikan sepedanya ketika lampu berwarna merah. Ia mengedarkan pandangannya. Banyak pengendara mobil dan motor yang tampak segar untuk melakukan aktivitas hari ini. Seperti halnya Icha, ia bersemangat karena sekarang adalah hari pertama ulangan kenaikan kelas (UKK). Ia yakin ia bisa, ia sudah mempersiapkan diri dengan belajar giat jauh-jauh hari.
Lampu berubah berwarna hijau, Icha mulai mengayuh sepedanya ke sekolah. Ia bersenandung lirih dan tersenyum kecil.
Icha memarkirkan sepedanya di tempat biasa. Setelah itu, ia kemudian mulai melangkah menjauhi parkiran menuju kelasnya. Namun baru beberapa langkah, tiba-tiba ada yang memanggil namanya.
"Icha!" terlihat Eza yang sedang melambaikan tangannya dan tersenyum ke arah Icha. Eza berlari kecil melewati kerumunan siswa yang mulai ramai.
"Hai za," Icha tersenyum.
"Cha gue minta maaf ya," Icha menyerngit.
"Gue minta maaf karena perkataan gue kemaren. Gue tau gue egois, gue juga ngomong seenaknya kaya gitu tanpa tau gimana perasaan lo. Gue tau lo gak nyaman kemaren. Tapi gue kelepasan. Gue minta maaf. Gue--"
"Apaan si za lo kenapa cerewet gini," Icha tertawa kecil. Ia senang Eza masih memperlakukannya seperti dulu.
"Gue minta maaf, gue--"
"Iya-iyaa apasi minta maaf mulu. Belum lebaran tau," Eza tertawa.
"Beneran gue di maafin?"
"Iyaaa," Eza tersenyum lebar. Ia kemudian merangkul Icha dan berjalan membawa Icha meninggalkan tempat itu.
"Cha,"
"Hm?"
"Maafin gue. Gue janji gue gak bakal kaya kemaren lagi," Kata Eza dengan mata menatap Icha lekat.
Icha tersenyum kecil. Ia senang Eza bisa memahaminya. Walaupun jauh di lubuk hati Icha merasa nyaman di dekat Eza, tapi Icha rasa ia hanya nyaman sebagai teman, tidak lebih.
"Janji?" Icha menunjukan jari kelingking nya ke depan. Eza melirik sekilas tangan Icha kemudian tersenyum dan menyematkan jari kelingking nya bersama jari Icha.
"Janji."
Sama-sama menebarkan senyuman tulus. Perasaan lega yang tertanam setelah pertengkaran kecil dan takut kehilangan. Dan hati yang nyaman dengan keadaan.
"Hayo lagi apa kalian berdua!" Fikri dan Sindy datang secara tiba-tiba.
"Ish apaan si lo berdua," Icha menahan senyumnya.
"Sin Sindy," Panggil Fikri sambil berbisik. Sindy mendekatkan kepalanya ke arah Fikri.
"Kenapa fik?"
"Kayanya kita ganggu deh," kata Fikri sambil melirik Eza dan Icha bergantian.
Sindy tertawa kecil dan mengangguk. "Iya keknya kita bakal jadi nyamuk deh,"
"Mending kita pergi aja yuk biarin aja mereka mau nglakuin apa aja," balas Fikri. Sindy menahan tawanya dan mengangguk.
"Heh gue denger ya!" Sungut Icha. Fikri dan Sindy tertawa di tempat, sedangkan Eza terkekeh kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Girl
Teen Fiction[BELUM DIREVISI] Kisah seorang gadis yang harus berjuang di dalam kejamnya lingkaran kehidupan. Dan akhirnya ia mampu bertahan karena kehadiran seseorang, yaitu Marta. ### "Aku suka kesempurnaan. Tapi aku lebih suka kesederhanaan yang selalu menci...