Aku juga manusia biasa. Mampu merasakan sakit dan bahagia
-Tichani Tasikali***
Icha melangkah masuk ke dalam rumah. Pandangan pertama yang dilihat adalah Firman-ayahnya dan Bunga sedang bertengkar. Icha menghembuskan nafas lelah. Pandangan seperti ini merupakan makanannya sejak dulu.
"Kamu ini sukanya minta uang terus. Baru aja diberi langsung ludes. Makanya jangan suka foya-foya! Kamu pikir cari uang mudah, Hah?!"
"Kamu ini suami macam apa. Kamu cuma ngasih uang gak lebih dari lima puluh ribu. Pulang-pulang mau belanja minta uang malah dibentak. Dan apa kamu bilang? Saya foya-foya?! Itu kamu yang foya-foya sama jalang di luaran sana! Udah tau miskin, malah keliaran sana sini! Dasar gak tau diri! Nyesel saya nikah sama kamu, "
"Apa kamu bilang?!"
"Stopp yah Bu!" Icha hampir menangis mendengar pertengkaran kedua orang tuanya.
"Kalian kenapa sih? Tiap hari bertengkar mulu. Icha tuh pusing dengernya, Icha sedih kalian bertengkar terus,"
Pertahanannya runtuh. Icha menangis dengan air yang terus mengalir. Tetapi langsung dihapus cepat olehnya.
"Kamu anak kecil gak tau apa-apa!"
Firman semakin murka dan melangkah keluar rumah namun lengannya di tahan oleh Icha."Pliss yah, Icha mohonn. Hari ini aja ayah sama ibu jangan bertengkar. Hari ini aja ayah gak keluar rumah, demi Icha,"
"Maaf, saya gak bisa, "
Bahkan sama anaknya Firman masih menggunakan bahasa yang sangat formal."Yah Icha mohon. Apa ayah gak sayang Icha? Apa ayah gak sayang kak Acha? Ayah seharusnya di sini! Suport Icha yang selalu di hina sama temen-temen. Bukan keluar malem pulang pagi! Ingat umur yah Ingat umur! "
Plak...
Icha merasakan pipinya panas.
Sakit. Itu yang Icha rasakan. Bukan karena Icha merasakan perih di pipinya, namun merasakan sakit yang luar biasa di dalam hatinya. Icha sudah terbiasa menerima tamparan dari ayahnya maupun ibunya. Tapi Icha selalu bersikap tegar dan kuat. Karena Icha benci di kasihani."Kurang ajar! Berani-beraninya kamu mengatakan seperti itu. Dasar anak sialan! Saya lebih baik mengasuh orang gila dari pada mengasuh kamu!"
Hancur! Hancur sudah hati Icha. Bagaimana bisa ayahnya berbicara seperti itu? Icha melakukan hanya demi kebaikan ayahnya. Malah yang didapat tamparan dan perkataan kasar dari ayahnya. Icha tidak tahan lagi. Icha harus pergi menyembunyikan hatinya yang sakit, agar tidak di kasihani oleh siapa pun. Icha keluar dari rumahnya dan berlari melewati jalanan yang licin karena air hujan. Hujan menemani kesedihan Icha. Icha senang hujan turun, dengan begitu tidak ada yang tau bahwa dirinya rapuh dan akhirnya tidak ada yang mengkasihaninya.
"Kenapa ya Tuhan Kenapaa?!"
Icha berteriak sambil memukul mukul dadanya berharap rasa sakit yang menjalar akan hilang. Di halaman sepi di ujung komplek, Icha terisak. Icha butuh sandaran.
-Strong Girl-
Sindy sibuk memakan makanan ringan di pangkuannya dan matanya fokus terarah ke depan televisi. Sesekali melirik ponselnya yang tergeletak di atas meja. Berharap Fikri menelfon atau memberi pesan untuk mengabarinya. Karna dari tadi pulang sekolah setelah mengantarkannya pulang, Fikri belum mengabarinya walau lewat pesan. Biasanya setelah pulang sekolah, mereka langsung bertelfon ria atau vidio call. Tapi hari ini Fikri belum mengabarinya. Ingin mengawali namun rasa gengsi melebihi segalanya. Ah atau karena Sindy anaknya manja, jadi ia selalu mengandalkan Fikri untuk mendahului.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Girl
Teen Fiction[BELUM DIREVISI] Kisah seorang gadis yang harus berjuang di dalam kejamnya lingkaran kehidupan. Dan akhirnya ia mampu bertahan karena kehadiran seseorang, yaitu Marta. ### "Aku suka kesempurnaan. Tapi aku lebih suka kesederhanaan yang selalu menci...