Waktu yang merubah segalanya. Waktu juga yang mengembalikan segalanya.Walaupun tak seindah sebelumnya.
-Tichani Tasikali
-Strong Girl-
Gelak tawa dari ruangan yang bernuansa putih itu terdengar menggema. Karena perkataan Dava yang seringkali membuat mereka tak berhenti tertawa. Dava memang orang yang paling ampuh mencairkan suasana.
"Gue gak tau wajah bu Nana kaya apa, " Dava menahan tawanya mengingat kejadian tadi di sekolahnya.
"Gue nunduk terus, tapi akhirnya gue nglirik muka bu Nana. Sumpah mukanya kek abis kecolongan. Hahahaha, "
Icha menggeleng samar dan tertawa kemudian berkata, "Lagian lo, kalo bu Nana jantungan gimana, "
"Ya kan gue cuma bilang 'Hallo! ' gitu ke temen-temen gue. Kenapa bu Nana jadi kaget gitu, "
"Suara lo keras goblok! " Fikri tertawa ngakak dan menjitak kepala Dava.
"Mampus lo. Tambah jelek reputasi lo di depan para guru, " Sindy pun tak henti-hentinya berhenti ketawa. Ia masih mengingat jelas bagaimana ekspresi bu Nana yang terkejut. Belum lagi terjatuh, ketika hendak mengusul Dava yang sedang berdiri di ambang pintu. Entah mungkin lantai yang licin atau bu Nana yang berpijak kurang pas, hingga terjadilah peristiwa mengenaskan. Bu Nana terjatuh ke lantai dan di tertawai oleh Dava dan teman-temannya. Sungguh bu Nana yang malang. Jangan ditiru ya teman-teman.
"Parah-parah lo. Bu Nana sampe ngambek gitu Dav, " Marta masih tertawa dan memegangi perutnya.
"Dih emang gue peduli? " Dava berujar.
"Kalo gue jadi bu Nana, udah lempar lo ke Pluto. Bocah gada akhlak, " Sindy menjitak keras kepala Dava. Sedangkan Dava meringis namun kemudian tertawa kembali.
"Temen lo tuh Sin, " Icha berkata sambil tertawa manis.
"Sorry ya, gak kenal gue, " Dava mendengus, tapi tak urung juga tertawa. Bersama Icha, Fikri, dan Sindy. Melupakan sejenak pelajaran-pelajaran yang membuatnya stres. Walaupun Dava tak pernah mendengarkan perkataan para guru.
Mereka mulai meredakan tawanya. Yang membuat perut mereka sakit, dan juga mulut mereka yang terus mengeluarkan tawa tanpa henti.
"Eh cha, minggu depan ada bazar tahunan lo udah tau belum? " Tanya Sindy. Icha mengangguk kemudian menjawab, "Udah. Gue tau dari Eza, "
Seketika mata Dava menyipit dan menunjuk Icha dengan jari telunjuknya, "Hayo ada apa antara lo sama Eza hayo, "
Icha mendengus. Sudah hafal sifat Dava yang satu ini. "Apasih lo, "
Fikri berdeham kemudian,
Pletak!
"Anying, " Dava meringis dan mengelus-elus kepalanya yang terkena jitakan Fikri.
"Banyak tanya, "
"Sewot aja lo!"
Keadaan menjadi hening, tapi tak lama kemudian kembali rame. Dengan gelak tawa yang tiada hentinya.
Di situasi seperti ini Icha menjadi tenang. Melihat teman-temannya yang bergurau dan mampu membuat Icha melupakan semua masalahnya. Walaupun hanya sesaat.
-Strong Girl-
Acha berjalan sendiri di koridor rumah sakit. Terpancar rona bahagia di wajahnya. Sambil melirik sekilas benda yang ada di tangannya.
"Icha pasti suka sup nya, "
Sambil bersenandung pelan, Acha tersenyum lebar dan mengangguk sopan ketika melihat orang lain berlawanan arah dirinya. Walaupun Acha tak mengenali satu orang pun di sini.
Acha terus bersenandung, hingga tak sengaja menabrak dada seseorang yang menyebabkan makanan yang di bawanya tumpah. Acha membuka mulutnya terkejut. Sedangkan Orang yang tadi menabraknya menatap datar Acha dan nampak tak bersalah sedikitpun.
"Bayu?" Acha lagi-lagi terkejut melihat Bayu di depannya. Bukan, Bayu bukan pacarnya Acha ataupun temannya. Tapi seseorang yang Acha anggap seperti adik sendiri.
"Kenapa kamu ada di sini?" Bayu melirik sinis Acha kemudian menjawab, "Bukan urusan lo, "
Acha terus memperhatikan bayu yang berjalan santai menjauh darinya. Ada kilatan kesedihan di matanya. Melihat perubahan Bayu yang tidak pernah Acha sangka.
Pelan-pelan Acha membereskan sup yang tadi tumpah ke lantai. Dirinya sedikit sedih karena sup spesial yang di bawanya untuk Icha malah kandas.
Hingga tiba-tiba seseorang berseragam putih abu-abu menghentikan pergerakan Acha.
"Jangan di bersihin lagi. Biar nanti petugasnya yang bersihin, "
Acha tersenyum hangat kemudian mengangguk. Tak lama kemudian munculah petugas kebersihan rumah sakit yang akan membersihkan noda di lantai itu.
Marta memandang Acha sejenak. Ia menebak pasti orang yang ada di depannya lebih tua darinya.
"Makasih, " Marta mengangguk kemudian berjalan menjauh dari Acha.
Acha pun kembali melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda. Hingga ruangan yang akan ia tuju sudah ada di depan mata. Acha mulai membuka knop pintu. Alangkah terkejutnya ketika melihat remaja yang tadi menolongnya sedang bercanda gurau dengan Icha.
"Lo? " Acha menunjuk Marta dengan keterkejutannya. Sedangkan Marta hanya menaikan kedua alisnya bebarengan.
"Kalian kenal? " Icha membuka suara. Marta mengalihkan pandangannya ke arah Icha kemudian menggeleng, "Gak, "
"Terus kenapa kaya pernah ketemu gitu? "
"Tadi kita emang ketemu cha, di Koridor rumah sakit, " Acha menutup kembali pintu dan mendekati brankar Icha.
"Kok bisa? "
"Tadi kan kakak bawa sup buat kamu, tapi tadi ada seseorang yang gak sengaja nabrak kakak. Jadi tumpah deh. Maaf ya, "
Icha tersenyum kemudian mengangguk, "Iya gapapa, "
"Eh iya kenalin ta, ini kakak gue. Kak Acha, "
Marta tersenyum kemudian mengangguk. Acha mengulurkan tangannya sembari memperkenalkan dirinya, "Acha, "
"Marta, "
Suasana kembali hening. Hingga kemudian terdengar deheman Marta yang terdengar keras.
"Gue pinjem Icha nya dulu boleh gak? " Marta bertanya sembari melirik Icha. Icha mengerutkan keningnya bingung.
"Mau kemana? " Acha bertanya.
"Mau nemenin Icha di luar. Kayaknya dia sumpek di sini terus, " Acha terkekeh kemudian mengangguk.
"Asal bawa balik lagi. Dan gak boleh ada yang lecet, " Marta mendengus tapi juga tersenyum.
"Oke, "
Icha masih bingung tetapi menurut. Menurut Marta yang telah membawanya ke kursi roda dan mulai melangkah keluar mencari udara yang lebih segar.
-Strong Girl-
Kalian mau sad ending / happy ending nih wkwk
Pokoknya kalian harus stay terus nemenin Icha sampe kelar! Oke?!Voment nya ditunggu:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Girl
Teen Fiction[BELUM DIREVISI] Kisah seorang gadis yang harus berjuang di dalam kejamnya lingkaran kehidupan. Dan akhirnya ia mampu bertahan karena kehadiran seseorang, yaitu Marta. ### "Aku suka kesempurnaan. Tapi aku lebih suka kesederhanaan yang selalu menci...