-35.STRONG GIRL-

274 33 4
                                    

"Terkadang, orang yang terlihat tak peduli sebenarnya adalah orang yang paling peduli akan keadaan lo,"

-Marta Pradana Mahardika

-Strong Girl-

Suara jangkrik menemani Icha sepanjang jalan. Lampu yang temaram menambah suasana sedikit menyeramkan, apalagi jalanan yang begitu sepi.

Icha terus mengayuh sepedanya secepat mungkin agar bisa sampai di rumahnya. Walaupun tenaganya sudah terkuras dan ia belum istirahat sama sekali.

Suara menggelegar dari atas membuat ia mendongak. Langit hitam tanpa bulan dan bintang membuat Icha menarik satu kesimpulan. Malam ini mendung dengan angin yang sedikit kencang membuat Icha terburu-buru dalam mengayuh sepedanya. Saking terburu-burunya sampai ia tak sadar jika di depannya ada sebuah motor yang melaju cepat. Motor itu hendak berbelok namun Icha terus melajukan sepedanya, hingga akhirnya mereka bertabrakan.

Ringisan keluar dari mulut Icha. Ia tak bisa menyembunyikan rasa sakit di lutut dan sikunya.

"Heh kalo gak bisa naik sepeda gak usah naik!" Sungut seseorang di depannya yang sedang berusaha keras untuk berdiri.

Icha mendongak. Terlihat seorang lelaki yang memakai jaket hitam dan celana jeans robek di bagian lututnya. Tak lupa helm full face yang bertengger di kepalanya.

"Maaf,"

"Maaf-maaf sakit nih tau gak lo?!" Icha meringis mendengar bentakan yang begitu keras.

"Iya maaf gue kan gak tau,"

"Makanya mata tuh dipake!"

Tiba-tiba suara petir menyambar terdengar sangat keras diikuti rintikan air yang kemudian berubah menjadi hujan. Icha mendengar umpatan pelan dari pria berjaket hitam di depannya. Kemudian pria itu berdiri dengan tertatih-tatih menuju motornya dan pergi melesat meninggalkan Icha di bawah guyuran hujan.

Icha meringis merasakan perih di siku dan lututnya. Ia kemudian berjalan menuju sepedanya yang tergeletak tak begitu jauh darinya. Terlihat setang yang sedikit bengkok akibat tertabrak tadi. Icha berusaha memperbaiki dengan sesekali meraup wajahnya yang terkena air hujan.

Setelah itu ia kembali melajukan sepedanya menuju kediamannya. Ia merasa lega karena gang sudah terlihat di depan mata. Namun kelegaan nya harus terganti karena Bunga sudah bersedekap dada di depan pintu. Icha menelan salivanya susah payah.

"Assalamu'alaikum," Icha berjalan pelan menuju ibunya dan hendak salaman, namun tiba-tiba Bunga tanpa segan menjambak rambutnya keras. Icha yang kaget langsung terpekik tertahan.

"Aw!"

"Dari mana aja kamu?!" Bunga menajamkan matanya.

"Anu--anu Icha, aw!" Icha tak bisa melanjutkan perkataannya karena Bunga semakin keras dalam menarik rambutnya.

"Gak tau diri kamu ya! Anak perempuan pulang malem apa kata tetangga?!"

"Maaf Bu,"

"Maaf-maaf!" Bentak Bunga sekali lagi. Ia kemudian menarik Icha menuju ruang tamu. Bunga terlihat sangat marah. Kerjaan rumah tidak selesai karena Icha tak pulang.

PLAK!

"Anak sialan!"

PLAK!

"Anak gak berguna!"

Icha meringis menerima tamparan di kedua pipinya. Tak hanya itu, Bunga terus mencubit tangan dan pahanya berkali-kali. Sungguh rasanya sangat sakit.

Strong GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang