-14.STRONG GIRL-

608 53 27
                                    

Kamu itu orangnya nyeselin. Tapi aku suka deket-deket sama kamu. Tapi aku juga gak mau lama-lama deket sama kamu, nanti gimana nasib jantung aku?

-Tichani Tasikali

-Strong Girl-

Sindy dan Fikri sedang duduk menunggu Icha yang sedang di periksa. Perasaan bersalah menghantui mereka berdua. Mereka tidak akan memaafkan diri mereka sendiri jika terjadi apa-apa dengan Icha.

Beberapa lama kemudian ruangan dibuka. Menampilkan figur seorang dokter yang sudah menangani Icha.

"Dengan keluarga Icha? "

"Saya temannya dok, bagaimana keadaan Icha sekarang? " Tanya Fikri khawatir.

"Keadaannya baik-baik saja, hanya terjadi benturan yang tidak terlalu keras di belakang kepalanya. Icha sudah sadar, mungkin harus di rawat di sini sekitar beberapa hari ke depan, "

"Trimakasih dok, "

"Sama-sama, kalau begitu saya pamit, "

Sindy dan Fikri hanya mengangguk sopan kemudian mulai memasuki ruangan Icha. Sindy berlari kemudian memeluk Icha erat.

"Icha... " Sindy memandang Icha yang tengah memandang kosong lurus ke depan.

"Maafin gue ya, gue janji gak bakal ninggalin lo. Lo gapapa kan? "

Icha mengabaikan perkataan Sindy.

"Icha, " Fikri membelai rambut Icha.

"Maafin gue ya, gue terpaksa ngelakuin ini. Karena gue--gue gak tau kalo seandainya lo tau, bahwa kak acha--"

"Pergi, "

Fikri dan Sindy bungkam.

"Icha---"

"Gue bilang pergi sin!"

Sindy tersentak.

"Lo kenapa? Maafin gue, gue gak bakal ninggalin lo lagi. Gue mohon maafin gue yaa, " Sindy memohon kepada Icha.

"Gue bilang pergi! " Icha memekik dengan mata yang siap meluncurkan bulir air matanya.

Sindy tidak dapat menyembunyikan tangisnya. Ia hanya mampu menutup mulutnya menahan tangis. Walau nyatanya percuma, air terus menerus keluar dari matanya.

Fikri mengangguk kepada Sindy, mengisyaratkan pergi dari tempat itu memberi sedikit waktu untuk Icha.

"Gue sama Sindy pergi dulu cha, maafin kita selama ini ngejauhin lo, tapi kita ngelakuin semua ini ada alasannya. Gue harap lo bisa dengerin penjelasan gue sama Sindy, " Fikri menarik nafasnya kemudian menghembuskannya keras.

"Gue pamit, Get well soon tuan putriku, "

Sekali lagi, Fikri mengusap puncak kepala Icha kemudian melangkah pergi meninggalkan ruangan itu.

sepeninggalan Sindy dan Fikri, Icha termenung dengan air mata yang terus-menerus mengalir tanpa isakan. 

Icha masih memikirkan kejadian beberapa jam yang lalu.

Teringat jelas bagaimana seorang wanita yang sengaja mendorongnya. Sengaja melukainya. Sengaja mencelakainya.

Masih jelas semua perkataan menusuknya. Yang mampu membuat Icha berpikir keras. Apakah yang didengarnya itu benar atau tidak. Tapi melihat wajah serius yang ditampilkan, membuat Icha ragu. Ragu apa yang dikatakannya benar. Jika memang benar, apa yg harus Icha lakukan?

Icha terus melamun sampai ketukan pintu beberapa kali tak ia dengar. Hingga pintu terbuka, Icha mengalihkan pandangannya ke arah pintu.

Icha menghapus jejak air matanya.

Terlihat seorang Marta berdiri dengan rambut acak-acakan dan baju seragam yang keluar setengah. Dan tak lupa menjinjing tasnya dan tersampir di bahu kanannya.

Pandangan mereka bertemu. Hingga tak lama kemudian Icha mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Hai, " sapa Marta kikuk dengan melambaikan satu tangannya.

Icha diam. Ia masih kesal dengan apa yg dilakukan Marta di kantin. Ia merasa dipermainkan.

"Lo gapapa? " Tanya Marta dengan wajah yang ingin sekali Icha tendang sekarang juga.

"Maafin ya soal tadi di kantin, "

"Oh ya, gue bawain sesuatu buat lo, "

"Lo suka siomay kan? ni gue bawain dari warung mang Dadang,"

"Gue sering liat lo makan di situ, makanya gue beliin, "

"Sebenarnya gue lagi gak ada duit, tapi masa mau jenguk teman gak bawa apa--"

"Teman? " potong Icha

"Iya, Teman" Kata Marta mengangguk. Icha hanya berdecak sinis. Malas ribut dengan Marta.

"Ni ambil, " Marta berkata sambil menyodorkan siomay yang tadi dibelinya. Sebenarnya Marta punya uang. Banyak malahan. Mau beli siomay sama gerobak-gerobaknya sekalian juga tidak akan habis. Ia berkata seperti itu agar tidak garing.

"Ck lama banget sih, "

"Ngapain lo ke sini? " Tanya Icha kepada Marta.

"Ya jenguk lo lah, yakali mau numpang berak, "

"Ini ambil, apa mau gue suapin?" Tawar Marta tersenyum geli.

"Gak usah, " kesal Icha sambil merebut siomay di tangan Marta.

"Gak usah cemberut terus ngapa, "

"Biarin, "

"Lo masih marah sama gue? "

"Menurut lo? "

"Ck, iya- iya maafin gue, lagian gue juga cuma becanda kok, " Icha hanya melirik Marta tanpa minat dan terus memakan siomaynya.

"Lo maafin gue gak? "

"Gak, "

"Dih masa gak di maafin, " Icha diam.

"Nanti gue beliin siomay yang banyak deh, "

"Eh jangan, coklat aja deh yang banyak, "

"Ya udah boneka koala, "

"Gimana maafin gue gak? " Icha masih diam sibuk memakan siomaynya.

"Gue kasih bonus es krim, "

"Sama jalan-jalan, "

"Gimana penawaran gue? "

"Gak makasih! " Icha manjawab dengan penuh penekanan.

"Gue harus ngapain biar lo maafin gue? "

"Kenapa? Maaf gue seberharganya itu buat lo? "

"Iya lah!"

Terjadi keheningan beberapa saat.

"Maksud gue, gue gak mau ada salah sama orang. Nanti gue dosa, "

"Cih, ngaku-ngaku takut dosa, " Sinis Icha.

"Emang bener kali! " Kata Marta tak terima.

"Bodo amat, "

"Lo bener-bener gak maafin gue? "

"Gak, "

"Udah sana lo pergi, jangan ganggu gue lagi, " usir Icha.

"Tapi gue---"

"Pergi. Marta, " Marta menghembuskan nafas lelah.

"Oke-oke gue pergi, " Marta melesat pergi dari hadapan Icha.

-Strong Girl-

Jangan lupa vote and coment!! 🙌🏻

Egi🍁

Strong GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang