-12.STRONG GIRL-

648 66 6
                                    

Aku bukan boneka, yang sesuka hati kamu mainkan. Tetapi, kamu selalu membolak-balikan fakta, layaknya pemain profesional yang handal.
Bagaimana bisa aku sebagai benda mainan mengelak apa yang diharuskan seorang pemain?

-Tichani Tasikali

***

Sudah seminggu lamanya Icha bekerja. Demi mendapatkan uang agar dirinya bisa kuliah esok, Icha rela terus terusan bekerja walaupun banyak tugas yang selalu menghampirinya. Dua bulan lagi akan diadakan Penilaian Akhir semester. Icha tak lupa membagi waktunya untuk belajar dan bekerja. Walaupun rasanya sangat sulit. Apalagi sekarang ekstrakurikuler masih terus berjalan.

Hari sudah gelap. Senja sudah tiada dan digantikan bulan sempurna di atas sana. Icha melihat jam berwarna putih yang melingkar di tangan kirinya. Hari sudah menunjukan pukul 07.00. Icha berdiri sendiri di halte yang remang remang karena hanya disinari sang rembulan. Icha terus menengok kanan dan kiri. Berharap apa yang ditunggunya segera datang. Tak lama kemudian, datanglah bus yang melintas di depannya. Tak menunggu lama, Icha langsung melambai-lambaikan tangannya menandakan dirinya akan menumpangi bus tersebut. Saat Icha akan naik ke dalam bus, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang. Alhasil dirinya kembali lagi ke tempat semula. Icha menengok ke arah kanan, mencari tahu siapa yang menarik tangannya. Icha mendengus setelah tau siapa yang menarik tangannya.

"Apa sih lo! Lo gak liat gue mau naik?!"

"Diem, " Tegas Marta. Orang yang tadi menarik tangan Icha.

"Bang gak jadi bang, " Kata Marta santai.
Icha membulatkan matanya

"Eh eh... apa apaan lo!! Eh eh bangg!! " Terlambat. Busnya sudah meluncur pergi dari hadapannya. Icha menghempaskan tangannya yang masih di pegang Marta.

"Ngapain sih lo?! Lo gak tau sekarang udah jam berapa? Lo pikir nyari bus gampang? Gue udah nunggu di sini dari tadi dan lo segampang itu ngelepas busnya? Lo gila?! " Icha menghembuskan nafasnya frustasi.

"Udah ngomongnya?" Icha menggeram. Dirinya sangat gemas dengan laki-laki di depannya itu. Ingin rasanya Icha mencakar cakar wajah Marta.

"Bareng gue, " Kata Marta melangkah pergi menuju motornya. Icha diam. Tak tau harus melakukan apa.

"Mau bareng gak ni? " Tanya Marta. Icha masih diam.

"Ck, ya udah gue duluan. Awas katanya disini banyak penunggu, " Icha langsung menengok ke arah Marta.

"Gak takut, " Kata Icha mencoba santai.

"Serius? " Tanya Marta sinis. Icha mengangguk-anggukan kepalanya cepat.

"Serius lah, "

"Okeyy, " Marta mengenakan helmnya dan menancap gas meninggalkan Icha sendirian. Icha kesal. Bisa-bisanya Marta menghilangkan bus yang akan ditumpanginya dan sekarang malah meninggalkan dirinya sendiri di halte bus. Sangat menjengkelkan. Lima menit kemudian, Marta melintas dan berhenti di depannya.

"Ck nekad banget lo, cepet naik!"

"Atas dasar apa gue harus naik? " tanya Icha menaikkan satu alisnya. Padahal dirinya terus mengucapkan syukur karena Marta kembali.

"Cepet naik, sebelum gue berubah pikiran. " Icha mendengus dan menuruti perkataan Marta.

Di sepanjang jalan, hanya ada keheningan yang menyelimuti keduanya. Hingga akhirnya Marta membuka percakapan.

"Tadi gue nyuruh busnya pergi, karena gue tau bus itu biasanya banyak preman. Gue sering liat, " Icha memandang Marta yang juga sedang memandangnya lewat kaca spion.

"Hm, "
 
Akhir-akhir ini, Marta selalu perhatian kepada Icha. Icha pun menyadari perubahan sifat Marta. Ia senang karna Marta kadang baik padanya, tapi ia juga bingung mengapa Marta bisa secepat ini mengubah sifatnya kepada Icha. Tapi kadang Icha berfikir, mengapa Marta baik kepadanya, tapi nanti akan berubah kembali ke sifat aslinya di waktu yang sama. Menyebalkan!

Keheningan kembali menyelimuti keduanya. Hingga akhirnya Icha menyuruh Marta menurunkannya di depan gang kompleknya.


-Strong Girl-

Pagi ini Marta melihat gelagat aneh teman-temannya, terutama Bayu. Sejak dirinya masuk kelas, mereka diam. Seolah-olah sedang ada perang dingin antara dirinya dan teman-temannya.

"Eh bro ngapain pada diem-dieman gini. Pada sariawan ya? " Canda Marta. Mereka diam. Menambah keheranan Marta.

"Heh pada kenapa sih? Ulang taun gue masih lama kali. Gak usah bikin kejutan-kejutan gini ah, " Kata Marta sambil tertawa.

"Ya udah, gue hargai kalian yang mau buat kejutan buat gue. Gue jadi terharu gini, " Kata Marta dan kembali terbahak.

Brakkkk

Bayu menggebrak meja di depannya dengan sangat keras. Menimbulkan bunyi yang menyebabkan pergerakan teman sekelasnya berhenti.

"Gak lucu Mar, " kata Bayu lirih namun masih dapat di dengar oleh Marta. Marta menaikan alisnya.

"Emang gak lucu, orang dari tadi gue juga gak ngelawak kok, "

Bayu mengepalkan kedua tangannya. Bisa-bisanya Marta tak merasa bersalah setelah apa yang dilakukannya. Bayu mengambil ponsel di saku celananya dan membuka sesuatu kemudian memperlihatkannya kepada Marta. Marta melotot kaget. Siapa yang memotret nya bersama Icha di halte semalam?

"Gue bisa jelasin, "

"Apa? Lo kan yang udah bilang sama kita! kalo gak ada yang boleh pacaran! Karna itu bisa saja ngancurin pertemanan kita! Dan wow, Gue salut sama lo. Lo malah pergi sama sialan itu!" Marta diam. Bingung harus melakukan apa.

"Enak aja! Gue juga gak mau kali boncengan sama dia, apalagi pake motor kesayangan gue. Asal lo tau, Dia yang minta duduk di boncengan gue! Gue aja jijik sama dia, jangan sampe deh gue suka sama Icha amit-amit, "

Lancar. Marta mengatakan dengan lancar seakan-akan memang apa yang dikatakan nya itu benar. Tanpa sadar seseorang yang baru saja masuk ke dalam kelas mendengar semua perkataannya. Perasaannya campur aduk. Antara malu, benci, marah, campur jadi satu.

-Strong Girl-

Aku kembali up!! 🙇‍♀
Happy Reading semua!

Egi🍁

Strong GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang