Happy reading guys!!
***
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh tiga puluh, namun si pemilik kamar ini masih nyaman dengan aktivitasnya, menatap kosong ke arah jendela yang terbuka.Sapuan angin pagi serta matahari yang mulai bersinar, mentransfer sensasi hangat ditubuhnya membuatnya semakin betah berlama-lama disini.
Tak ada yang dilakukan selain merenung, ya merenung memikirkan mantan kekasihnya.
Memikirkan alasan apa sebenarnya hingga kekasihnya memilih untuk mengakhiri hubungan mereka, memikirkan apakah ia mempunyai salah sampai seperti ini? Memikirkan apakah mantannya itu mempunyai orang baru dihatinya? Memikirkan, memikirkan, memikirkan bla bla bla.
Terlalu banyak kata memikirkan di sini. Pertama kali dia merasakan cinta, dan pertama kali juga ia merasakan kehilangan. Ternyata sakit juga dan mempunyai efek luar biasa.
Lelaki itu memejamkan matanya, bayang-bayang mantan nya pun terlintas, sungguh ini sangat menyiksa. Terhitung satu minggu mereka putus tapi sudah membuatnya menderita.
Drtt drttt
Dia refleks membuka matanya ketika merasa ponsel nya bergetar menampilkan sebuah panggilan, pikirnya ini panggilan dari seseorang yang sejak tadi dirindukan, ternyata teman seblengnya!
Dengan malas, dia menggeser ikon hijau lalu menempelkan di telinganya,
"HALO ALPA!WOI LO DIMANA? INI PENS LO UDAH PADA NUNGGUIN NIH EH DUH GUE JANGAN DI REMPUG GINI DONG DUH REY BANTUIN GUE HUA,"
Suara teriakan melengking Daffa, salah satu temannya serta beberapa sorakan perempuan membuat lelaki yang disebut Alva itu meringis mengusap telinganya.
Berpindah lah suara lelaki cempreng tadi menjadi suara agak bariton, sangat pelan seperti berbisik, "Halo Al, lo dimana? Ini gila banyak banget cewek pada nungguin lo, katanya mau menyambut hari putusnya lo sama Kia. " Ini suara Rey, temannya juga.
" ... "
"Woi! kesini buruan! Gak kasian lo ama kita kita yang udah di obrak abrik ama pens lo?!" Geram Rey mulai kesal.
" ... "
"Cepet kesini! Aww duh iya bentar lagi Alpa dateng kok sabar kawan-kawan! " sahutnya lagi, di akhir kalimat terdengar seperti sedang menenangkan para perempuan disebrang sana yang semakin berteriak menyebut nama Alva.
"Alpa sialan! Diem mulu lo! Lagi boker lu ya?! Gue gk mau tau pokoknya lo cepet dateng! Udah bel masuk tau gk?,gue ama yang lain udah ca-"
Lelaki yang disebut Alva itu memutuskan sambungan secara sepihak.
Ya! Alvaro Axellen Wijaya nama lelaki itu, lelaki dingin yang dianggap dewa oleh semua kaum hawa di sekolahnya karena ketampanan dan prestasinya yang tak usah diragukan lagi.
Namun Alva tidak bangga akan hal itu karena ia sudah mempunyai seseorang yang menetap di hatinya dan mungkin tidak akan tergantikan.
Matanya beralih pada jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 07.30, cukup lama juga ia disini. Alva akhirnya mengalah, memilih pergi ke sekolah. Setidaknya Alva akan bertemu dengan Kiara, si mantan kesayangan yang tadi ia rindukan.
***
Sesampainya di sekolah ...
Alva menatap datar gerbang sekolah yang sudah terkunci rapat. Tentu saja, karena saat ini waktu sudah menunjukkan hampir pukul delapan.
Tanpa menghentikan laju motornya, Langsung saja Alva mengendarai motornya ke sebuah warkop yang terletak disebrang kiri sekolah.
Alva memakirkan motornya di parkiran kecil yang di sediakan warkop itu. Di sana, Keluarlah seorang wanita paruh baya bernama Mbok Yani dari dalam warkop dengan tergopoh-gopoh.
"Oalah, terlambat lagi Nak, Al"
"Iya, Al nitip motor ya," Pinta Alva kepada Mbok Yan dengan tatapan lembut. Bertolak belakang jika dengan teman nya sendiri.
"Yasudah kalau begitu, Nak Al sudah sarapan belum? Pasti belum kan? " Tanya Mbok Yan yang di jawab gelengan polos Alva.
Mbok Yan menghela napas, lalu mengambil sebungkus nasi kuning jualan nya dan diberikan kepada Alva. "Kamu itu kan masih remaja, harus banyak makan biar tulang nya kuat! jangan kaya mang Amat melehoy gitu. Biar belajarnya juga fokus atuh Al."
Nasehat Mbok Yan membuat Alva tersenyum kecil. Alva selalu suka mendengar semua nasihat Mbok Yan, Mbok Yan ini bagai sosok ibu bagi Alva. Dan sifat bawel nya ini persis seperti Mama Alva. Terlebih orang tua nya yang sering sibuk bekerja dan jarang pulang membuat Alva rindu dengan kehadiran mereka.
"Harus dimakan loh yaa! " perintah Mbok Yan.
"Al makan, nasi kuning kan makanan favorit Al. Yaudah Al ke sekolah dulu ya Mbok," pamit Alva menyalami tangan Mbok Yan.
"Iya ganteng. Hati-hati jangan sampai kamu kena kuping melintir, jangan lupa ucap bismillah. "
Alva mengangguk, setelah nya ia berlari menuju pintu belakang sekolah. Karena inilah tempat rahasia aman Alva yang sudah dilakukan seminggu ini agar bisa masuk ke sekolahnya tanpa sepengetahuan guru.
Kondisi yang jarang dilalui orang-orang tentu membuat pintu ini bagaikan pintu syurga bagi orang yang hendak bolos atau pun terlambat seperti Alva. Dan untuk memudahkan, Alva sudah membuat kunci khusus untuk pintu gerbang rahasianya.
ceklek
Pintu gerbang terbuka, tak lupa ia kunci kembali pintu rahasia nya itu. Alva berjalan santai dengan raut wajah datar tanpa ekspresi, hingga sebuah suara mengiterupsi menghentikan langkah Alva.
"Jadi kamu ya yang sering terlambat, keluar masuk lewat pintu ini! "
Alva menoleh ke sumber suara, disana terlihat Bu Mumun yang sudah bersidekap dada menatap tajam Alva.
Bu Mumun, guru yang di juluki killer ini mendekat ke arah Alva yang masih diam tak berkutik. Bukan, bukan berarti Alva takut, karena sama sekali tak terlihat ekspresi ketakutan ataupun terkejut di wajahnya.
"Murid berprestasi tapi terlambat, Ck! Memalukan! ... Kenapa sampai terlambat?! "
"Karena saya telat bu! " jawab Alva cepat.
"Ck. Susah memang berdebat dengan siswa pintar seperti kamu! Selain pintar dalam pelajaran, sekarang kamu juga pintar buat ngeles ya! " sindir Bu Mumun.
"Cepat lari sepuluh putaran mengelilingi lapangan! "
Alva berdecak. Bagaimana tidak? Lapangan seluas itu ditambah matahari pagi yang sungguh terik ini harus lari sepuluh putaran? Sangat-sangat big no!
Namun Alva teringat bahwa saat ini ada ulangan fisika dikelasnya dan Alva sedang tidak mood untuk mengikutinya, lagi pula ia belum sempat belajar karena sibuk memikirkan Kia.
"Kenapa diam? Mau menolak? Kamu itu memang siswa berprestasi Alva, tapi kalau melanggar aturan ya harus di hukum dong! Jangan berpikir dengan alasan kamu pintar ibu akan melepaskan kamu! " ujar Bu Mumun ketika melihat Alva yang hanya diam.
Tanpa menjawab ocehan Bu Mumun , Alva berlari menuju lapangan untuk segera mengerjakan hukuman nya. Dan terjeda lah niat awal Alva datang ke sekolah untuk bertemu Kiara.
-------
TBCSegini dulu ya gaes, jangan lupa Voment!!
Btw, ada yang sama seperti Alva? Baru diputusin sama pacarnya? Kalau ada turut bersuka cita ya eh berduka cita maksudnya:)
Tertanda
Penulis canteq, Wulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SKY
Teen Fiction[UPDATE SETIAP HARI RABU, SABTU, DAN MINGGU] *** Ini Tentang Bella yang mengejar Alva, langitnya. Bella terus berusaha agar menjadi cahaya mentari yang mampu menghangatkan sikap dingin Alva. Berulangkali Alva tolak, tak jua membuat gadis itu genc...