“Memanfaatkan kepedulian seseorang demi mencari perhatian tidak jauh rendah harga dirinya dari apapun.”
-Alvaro Axellen Wijaya***
Suara riuh langsung terdengar begitu Bella dan Nayla sampai di kantin.Mata Bella mengedar, mencari bangku yang kosong. Hingga perhatiannya jatuh pada kursi yang berisikan dua orang.
Di sana, terlihat Rey yang sedang bersiul ke arah meja perempuan. Dan Daffa yang mendengus di sampingnya saat sesekali Rey melemparkan gombalan recehnya.
"Ayo, Nay kita duduk di sana!" Bella menarik lengan Nayla, membawanya ke meja mereka.
"Woah bos kita udah dateng. Gimana kemarin? Udah dapat apa aja dari Alva?"
Rey meyapa duluan setibanya Bella dan Nayla yang langsung bergabung duduk bersama mereka. Menerka-nerka atas kelanjutan dramanya kemarin.
"Udah dapet cup-cup kali, Bel." Daffa menunjuk bibirnya. "Buat bayarannya traktir, ya!" lanjutnya yang didukung anggukan setuju Rey.
Nayla menatap sinis, "Traktir pala lo! Gara-gara ajaran sesat kalian Bella jadi korban perasaan kemarin!"
"Korban perasaan?"
"Iyalah! Alva itu harusnya gak usah kasih harapan lebih sama Bella kalau masih sayang sama mantannya! Gedek deh gue!"
"Hilih! Temen gue gak ngasih harapan! Bellanya sendiri kok yang cinta sama Alva! Alvanya emang ngga!" jawaban Daffa membuat Bella mencebikkan bibir.
"Sembarangan! Alva itu cuma belum suka, bukan ngga suka!" Bella membenarkan. "Lagian lo itu sebenarnya ada dipihak gue atau Alva, sih?!"
"Gue ada dipihak kalian berdua lah!" sahut Daffa.
Rey yang tidak paham ke mana arah pembicaraan mereka mengangkat tangan. "Udah ah setop! Gue gak paham. Bell, ceritain!"
Bella menceritakannnya untuk yang kedua kali. Mulai dari Alva yang awalnya peduli, lalu mendadak mencampakkan Bella saat Kiara datang.
"Karena hati gue udah kebakar api cemburu, yaudah gue tinggalin mereka. Jadi, pingsan pura-puranya cuma sia-sia." Bella menyelesaikan ceritanya.
"Tenang, Bel. Nanti, kita cari cara baru supaya Alva suka sama lo, oke?" Rey menenangkan.
"Jadi bener semuanya cuma drama?" sahut Alva tiba-tiba membuat semuanya terlonjak.
Tadi Alva berniat untuk menyusul temannya yang sudah lebih dulu ke kantin, ketika tepat dibelakang bangku mereka, tanpa sengaja Alva mendengar Bella bercerita. Yang kini membuat wajahnya merah menahan marah.
"Sampah!" umpat Alva. Matanya mengarah pada Bella. Alva paling tidak suka saat kepeduliannya dipermainkan bahkan dimaanfaatkan seperti ini.
"Dibayar berapa duit lo berdua buat meranin drama sialan ini?" tuding Alva pada kedua temannya, kesal karena rupanya mereka ikut berpartisipasi juga.
Rey dan Daffa saling bertatapan, mereka berdua bingung mau menjawab apa.
"Alva—" perkataan Bella langsung dipotong Alva.
"Diem. Lo emang cewek menjijikkan!" katanya pedas. Alva langsung pergi setelah memaki, membuat Bella semakin merenggut sedih.
"Idih. Dasar cowok gak ada akhlak! Lebih sampah mulut kasar dia kali! Ajarin tuh temen kalian, ganteng-ganteng tukang nyelekit."
Rey tidak memedulikan omelan Nayla. Wajahnya tak tenang melihat muka marah sahabatnya tadi.
"Aduh Alva ngambek! Bakal susah buat nyontek ulangan dong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SKY
Teen Fiction[UPDATE SETIAP HARI RABU, SABTU, DAN MINGGU] *** Ini Tentang Bella yang mengejar Alva, langitnya. Bella terus berusaha agar menjadi cahaya mentari yang mampu menghangatkan sikap dingin Alva. Berulangkali Alva tolak, tak jua membuat gadis itu genc...