"Mari pulang, marilah pulang marilah pulang bersama Daffa, ecekiwir!"
Sepanjang perjalanan di koridor, Daffa tak henti-hentinya bersenandung di atas gendongan Rey, sedangkan Rey hanya mampu bersabar dan mendengus kasar. Ini memang perjanjian yang dibuat antara dua kucrut itu, setiap sepulang sekolah, mereka akan bersuitan terlebih dulu, dan siapa yang kalah, maka ia yang akan menggendong pemenang sampai depan gerbang sekolah. Konyol memang.
"Hore nyampe! " ucap Daffa riang langsung meloncat dari gendongan, menyusul Alva yang sudah sampai terlebih dahulu di depan loker khusus menyimpan barang.
Rey mengekor dari belakang.
Alva menghembuskan nafas lelah, isi lokernya begitu padat. Padahal yang ia simpan hanya beberapa buku di dalamnya.
Sedangkan mata Rey seketika berbinar melihat harta karun bagi perempun yang tergelatak berserakan di dalam loker Alva.
"Wiss cokelatnya banyak banget, buat gue ya, Al? "
"Ambil aja, " sahut Alva tidak peduli, menarik beberapa buku yang akhirnya ia temukan dibalik bukit cokelat serta surat-suratan itu, menyebabkan beberapa cokelat berjatuhan yang langsung disambut Rey dengan teriakan haru.
"Alhamdulillah Ya Allah, rezeki nomplok! Terimakasih karena engkau telah mengijinkan hamba untuk menggaet cewek-cewek tanpa mengeluarkan pulus. "
Tubuh Rey meluruh, begitu riang merauk cokelat-cokelat, Daffa ikut berjongkok dan mengambil beberapa cokelat, namun pergerakannya langsung ditepis oleh tangan Rey.
"Apa-apaan sih? Gue cuma minta tiga doang! Kan lumayan buat cemilan nonton drakor," protes Daffa tidak terima.
"Lo ngga boleh makan yang beginian. Badan lo nambah berat ntar! "
"Dih, bilang aja lo pelit. Dasar playboy ngga modal! "
Alva menggeleng-gelengkan kepalanya, aneh melihat tingkah kedua temannya. "Gue balik duluan. "
Rey kembali berdiri. "Lah, lo ngga bakal ikut kita-kita nongkrong di kafe? Banyak cewek loh di sana. Kali aja ada yang cocok Al, lumayan buat cuci mata," Rey mengerling.
Alva hanya menjawab dengan gelengan singkat.
"Alva anak baik. Ngga suka maenin cewek, emang elo! " suara Daffa menimpali. Rey menatap Daffa malas.
Rey memasukkan cokelat-cokelat itu ke dalam tas, lalu menutup rasletingnya. "Yaudahlah ya, babang Rey yang gans nya ngga ketulungan ini mau menjalankan misi dolo, mangsa-mangsa udah nunggu raja buaya di sana. Ayo babu, kita capcus! " Daffa yang dikatai babu oleh Rey lantas maju dan memiting lehernya.
"Sialan lo, sejak kapan gue jadi babu lo, hah! "
"Yeu ngga nyadar lo? Dari dulu kali, " jawabnya membuat Daffa semakin kesal. Dan terjadilah adegan saling pukul memukul. Alva yang malas melihat kelanjutan tingkah temannya yang semakin aneh segera membalikkan tubuhnya. Meninggalkan kedua temannya itu diiringi dengan teriakan hati-hati dari mereka yang sempat-sempatnya mereka utarakan.
Sesampainya diparkiran, Alva menghampiri letak motornya berada. Hanya tersisa sekitar empat motor, dengan begitu Alva lebih mudah untuk mengeluarkan motor ninjanya. Setelah menaikkan tubuhnya diatas ninja, helmnya ia gantungkan disebelah tangannya saja, lalu melajukkan motornya dengan pelan.
"Alva! " panggilan dari seseorang itu mampu menghentikan Alva. Ia menoleh dan mendapati Pak Juned—satpam sekolahnya yang sedang melambai ke arahnya dari belakang.
"Ternyata bener Alva toh," ucap pak juned ketika sampai disebelah Alva.
"Ada apa, Pak? "
"Um tadinya sih saya cuma mau memastikan. Tapi udah terlanjur manggil, yaudah deh sekalian saya bilang, " katanya. Alva menaikkan alisnya bingung, menuntut penjelasan.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE SKY
Teen Fiction[UPDATE SETIAP HARI RABU, SABTU, DAN MINGGU] *** Ini Tentang Bella yang mengejar Alva, langitnya. Bella terus berusaha agar menjadi cahaya mentari yang mampu menghangatkan sikap dingin Alva. Berulangkali Alva tolak, tak jua membuat gadis itu genc...