"Ini keempat sekaligus terakhir kalinya kamu rusakin hp dibulan ini! Kalau rusak-rusak lagi, Tante gak akan mau benerin!"
"Uwu makasihhh. Tante memang yang terbaik. Bella janji gak akan rusakin lagi handphonenya!"
Bella senang bukan main. Akhirnya belahan jiwa keduanya telah kembali! Bella jingkrak-jingkrak di depan tantenya, saking senangnya.
Bella kemudian memeluk tante Alana erat, mendaratkan ciuman di pipinya berkali-kali.
"Makasih banyak ya, Tante. Maaf karena Bella selalu nyusahin Tante. Bella sayangggg banget sama Tante."
Alana terenyuh, tangannya mengelus rambut pirang Bella dengan lembut.
"Sama-sama, sayang."
Di saat keduanya sedang berpelukan, sebuah nama tanpa diperintah terlintas di kepala Bella.
Alva!
"Tan, Bella pamit dulu, ya! Bella harus cepet-cepet ke rumah Alva. Mau minta nomer hp-nya, dah Tante." Bella melepaskan pelukannya, berlari ke luar pintu lalu mengambil sepatu di raknya secara asal dan mengenakannya dengan terburu-buru.
"Eh? Kamu belum sarapan loh."
"Nanti minta sarapan di rumah Alva aja! Bye tante!"
"Jangan pulang sore-sore!"
Bella mengacungkan jempol disertai cengiran khasnya. Rasa lega hinggap memenuhi dada Aluna, tatapan kosong menatap kepergian Bella yang perlahan semakin menjauh.
Baginya, kekuatan hidupnya adalah kebahagiaan Bella.
"Andai kakak bisa lebih bersyukur terhadap takdir, aku yakin kakak akan bahagia memiliki Bella," gumamnya mengenang kenangan yang berputar beberapa tahun ke belakang.
***
Bella sudah sampai di depan rumah Alva, ia lalu mengetuk pintu.
Sampai ketukan kedua, belum ada tanda-tanda orang rumah untuk membukakan pintu. Bella melongokkan kepalanya di jendela untuk mengamati aktivitas di dalam rumah, namun sepi.
Akhirnya, Bella mengetuk pintu itu sekali lagi.
Berselang beberapa menit, keluarlah sosok lelaki tampan dengan setelan baju kaos putih dan celana bahan selutut. Rambutnya masih terlihat basah dan acak-acakan, bau harum dari shampoo yang Alva pakai sukses membuat Bella terpaku menikmati keindahan di depannya.
"Ngapain lo?" tanya Alva ketus. Tangannya bergerak menggosokan handuk kecil ke rambutnya.
Baru saja Bella mau membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Alva, namun sudah dijawab terlebih dulu oleh si empunya pertanyaan.
"Mau minta makan lagi. Iya?"
Bella tersentak, apakah niatnya terlalu tertebak?
"Ng-gga kok! Gue sengaja ke sini buat minta nomer hp lo. Nih, hp gue udah sembuh," Bella memperlihat ponsel silvernya ke depan Alva, dengan senyum sumringah.
Tatapan Alva mendadak risih ketika menyadari suatu hal. Ia merubah raut wajahnya lebih datar.
"Lo naik apa ke sini?"
"Abang ojol."
"Dengan penampilan lo yang kayak gini?"
Bella memandang baju yang ia kenakan.
Style jumpsuit dengan celananya yang satu jengkal jauh di atas lutut. Dan sepatu putih berpadu dengan warna pink dibagian sisinya. Bella merasa tidak ada yang salah dengan penampilannya, tapi kenapa Alva menatapnya dengan penuh selidik seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SKY
Teen Fiction[UPDATE SETIAP HARI RABU, SABTU, DAN MINGGU] *** Ini Tentang Bella yang mengejar Alva, langitnya. Bella terus berusaha agar menjadi cahaya mentari yang mampu menghangatkan sikap dingin Alva. Berulangkali Alva tolak, tak jua membuat gadis itu genc...