|TS|5. Baru dimulai?

574 88 16
                                    

Hari ini Alva datang cukup pagi ke sekolah, ia memakirkan motornya di parkiran sekolah yang sudah cukup ramai, merapihkan sebentar tatanan rambutnya lalu menggantungkan helm fullface nya di atas kaca spion.

Alva berjalan santai dengan langkah lebar, memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku sedangkan sebelah tangannya lagi memegang erat tas ransel yang hanya ia sampirkan di bahu.

"ALVA! "

Suara seseorang yang sudah Alva kenal menggema di telinganya, namun ia tetap berjalan tanpa menengok sedikitpun ke arah si empunya suara itu.

"Alva ish! "

Bella menarik tali ransel Alva kuat sampai berhasil menghentikan langkahnya. Alva berdecak kesal kemudian menepis kasar tangan Bella ditali ranselnya.

"Apaan? "

"Ke kelas bareng skuy! " ajak Bella penuh semangat.

"Ogah! " tolak Alva, kemudian kembali berjalan melewati Bella dengan menubrukkan bahunya cukup keras.

Dengan cepat, Bella kembali menghadang Alva. "Ish harus mau! Menurut cerita-cerita di novel yang gue baca, kalo cowok dan cewek ketemu dikoridor sekolah itu ajak ceweknya berangkat bareng. Nah pas sampai depan kelas si ceweknya, nanti rambut si ceweknya itu bakal di acak-acak, terus diucapin kata-kata manis buat penyemangat belajar. Nah gue juga mau kayak gitu, jadi ayo dong lakuin kaya gitu. " Bella merengek bak anak kecil sembari menaik turunkan tali tas ransel milik Alva.

Alva melihat kanan kirinya, beberapa siswi yang juga sedang kebetulan berlalu mulai memperhatikan kearahnya sembari berbisik-bisik, mereka kemudian kompak mengalihkan pandangan ketika mata dingin Alva menangkap pergerakkan mereka yang sedang membicarakan dirinya.

Alva kembali menatap Bella. "Harus banget? " Bella mengangguk cepat.

"Gue siapa lo, emang?"

"Pacar gue! " jawab Bella mantap.

Alva tersenyum sinis. "Gue udah punya pacar! "

Bella mematung, sedetik kemudian kembali berucap, "Bohong! kata Rey sama Daffa lo jomblo sepanjang masa kok! Jadi gue ngga akan percaya! "

Alva menghela napasnya.

" Yaudah lepasin! Lo pikir gue kuda apa ditarik-tarik kayak gini. " mendengar nada perintah dari Alva, Bellapun menurut melepas pegangannya dengan wajah ditekuk cemberut.

"Gue cuman mau kayak orang-orang, kok. Dimanjain sama pacarnya, berangkat bareng, terus dielus elus rambutnya, belajar bareng, makan bareng, telponan bareng atau kalo boleh, gue bawa lo pulang aja terus ajak tidur bareng gimana?! "

Alva menundukkan kepalanya, memijat kepalanya yang mendadak pusing dan ingin muntah mendengar rentetan kalimat Bella.

"Stop! Bacotan lo tuh cuman bikin gue puyeng aja tau ngga?! Lo punya otak gak sih? Bisa ngga kalo ngomong itu yang logis dan nyata? Jangan minta apa-apa sama gue, gue bukan pacar lo! Dan gue ngga suka sama lo!

Bella benar-benar heran, Alva ini irit bicara tapi sekalinya banyak bicara malah menyebalkan. Bella menutup kedua telinganya menggunakan jari telunjuk dengan rapat, enggan mendengarkan segala celotehan panjang Alva yang intinya adalah penolakan terhadap cinta suci Bella. Huh enak saja, cinta murninya telah dikhianati.

Merasa penjelasannya tidak didengar, Alva membuka suaranya kembali. "Inget, gue ngga suka sa-"

"NA NA NA NA BODO AMAT GUE NGGA DENGER! ALVA CINTA GUE SAMPE MATI POKOKNYA! "

Alva menganga mendengarnya. Menghela napas dan pasrah. Terserahlah apa kata makhluk satu ini. Alva menetralkan emosi dalam dada, sabar Alva, sabar. Jiwa malaikatnya berbicara.

                  ----

"Sekian pelajaran hari ini. Untuk hasil ulangan akan saya umumkan secepat mungkin, persiapkan diri kalian untuk mendengar kabar buruk. " Pak Nurdin mengakhiri kegitan mengajarnya. Membereskan kertas-kertas ulangan kelas XI ipa 3 lalu memasukkannya kedalam sebuah map bening.

Berbagai macam ekspresi ragu, wajah pusing, panik, lelah, santuy, lapar, serius yang beberapa jam lalu mendominasi ruangan kelas telah berakhir ketika tanda bel istirahat berbunyi nyaring.

Ketua kelas memberi aba-aba mengucap salam , setelah menjawab salam, Pak Nurdin segera keluar kelas membuat siswa kelas Xi ipa 3 kompak menghela napas lega lagi dan lagi.

Selepas kepergian pak Nurdin, berangsur-angsur siswa pun mulai keluar menuju kantin untuk menghilangkan segala kejenuhan di kepala setelah bertarung dengan soal ulangan fisika dadakan buatan bapak berkepala empat itu, kini di dalam kelas hanya tersisa Bella dan Nayla yang masih duduk dikursinya.

Nayla sedang membereskan buku-buku pelajarannya, sedangkan disebelahnya, terlihat Bella yang sedang menidurkan kepalanya di atas meja.

Nayla menatap Bella heran. "Kenapa lo? Takut nilai ulangannya kecil? Sans aja kali. Nih ya, gue dari dulu belajar ngga pint—"

"Sttt. Gue lagi galau! " jawab Bella dengan kepala yang masih ditempelkan di atas meja.

Nayla mengernyitkan alisnya, setengah penasaran akan kelanjutan kalimat yang Bella ucapkan, buru-buru Nayla memasukkan bukunya ke dalam tas lalu menarik bangkunya agar lebih dekat dengan Bella. "Galau kenapa? "

"Dubrak!"

"Njir! Kaget bege! " Nayla mengusap dadanya kala Bella menegakkan tubuh dan menggebrakan mejanya dengan tidak santai. Untung saja Nayla tidak punya riwayat penyakit jantung.

Bella menatap Nayla lamat-lamat penuh keseriusan, perlahan tapi pasti mimik wajahnya berubah menjadi muram, sangat menjijikkan menurut Nayla, mirip bebek yang tidak diberi makan selama dua tahun.

"Hueekk masa sih Alva ngga suka sama gue! Padahalkan gue udah cantek, tapi tadi malah ditolak! Ah apa perlu gue santet Alva ke dukun? Gue rela kok bayar dukun berapa aja asal Alva cinta sama gue," teriak Bella penuh frustrasi diselingi kaki yang dihentak-hentakkan.

Nayla memutar bola matanya malas, kini ia mendapatkan fakta baru tentang Bella. Teman yang disebut-sebut sebagai teman sebangku yang ia kenal kurang dari satu minggu ini ternyata cukup payah dan gila!

Gregetan, Nayla menoyor kepala Bella, setidaknya berharap saraf yang belok menjadi lurus lagi.

"Aduhh! "

"Heh dengerin ya bambang, gue kasih tau. Kalo orang jatuh cinta itu ya ngasih makanan kek, bunga kek ke doinya. Lo tau? Loker Alva itu isinya hampir penuh sama cokelat-cokelat sama surat cinta, berarti mereka yang ngirim udah ada usaha dan biaya. Lah elu? Yang ada ngasih dosa doang iya! Ya pasti ditolak lah, modal dong modal, cinta itu butuh duid Bella! "

Bella mendengarkan nasihat Nayla dengan seksama, mengangguk-anggukan kepalanya tanda paham.

"Umm ... itu artinya gue juga harus bisa kasih sesuatu buat Alva? " Nayla mengangguk membenarkan.

Bella menepukkan tangannya, membangkitkan kembali semangat dalam dada untuk mengejar Alva.

"Oke. Gue juga bisa kok kayak mereka, lihat aja, besok gue pastiin ngga akan ada makanan di loker Alva selain makanan istimewa dari gue, HAHAHAHA HAHAHA HAHAHAH"   suara tawa menggelagar ala-ala penyihir milik Bella menusuk-nusuk gendang telinga Nayla, Nayla menutup mulut Bella secar paksa agar Bella menghentikkan ketawa menyeramkannya itu.

"Sttt udah, ketawa lo ngga bagus. "

Bella melepaskan dekapan pada mulutnya. Kemudian memperbaiki posisi duduknya lantas mengepalkan tangannya di atas meja. Membuat tekad untuk tak lagi menyerah dalam upaya mengejar cinta tiga ribunya Alva, bahkan ia janji akan menjadikannya satu juta. Atau lebihnya lagi, satu milyar! Karena mulai saat ini, detik ini, dan zaman ini, perjuangannya baru akan dimulai!

***

TBC

Jangan lupa berikan vote dan coment untuk membangkitkan semangat saya:)

THE SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang