"Jika dengan berhenti mengharapkanmu bisa membuatmu kembali padanya, tak mengapa. Pergilah. Biar aku tenggelam dalam lautan luka hingga lupa pada rasa yang pernah ada." -Bella Alvira.
•••
"Bun, Bella berangkat sekolah dulu, ya."
Salam tangan Bella diabaikan mengapung di udara. Bundanya hanya duduk di ruang depan tanpa sedikit pun menolehkan kepala padanya.
Bella menarik tangannya ke belakang. Lantas mengukir senyumnya.
"Bunda hati-hati, ya, di rumah." ucapannya hanya disahuti bunyi keran tetangga. Bella menghembuskan napas karena bundanya masih saja mendiamkannnya.
Dengan perasaan berat, Bella pamit keluar. Sesaat, kepalanya menengadah pada langit di atas sana.
Tuhan, semoga hari itu akan ada. Di mana setiap pagi, aku bisa menyalami tangan bidadari.
***
Percaya atau tidak, segagah dan segalak apapun lelaki, bisa berubah menjadi orang lemah hanya karena cinta.
Itu bukti nyata yang terjadi pada Alva. Pagi-pagi sekali, dia sedang mengintai keberadaan Kiara dari kaca jendela, namun nihil. Ia tidak menemukannya.
"Kiara gak masuk hari ini," timpal seorang cewek yang keluar dari dalam kelas, menyenderkan tubuhnya di dinding yang menghadapkannya pada Alva. Ia sudah dapat menebak kedatangan Alva ke kelasnya pagi ini.
Alva hanya menatap cewek yang bicara padanya itu lalu melengos pergi.
Ia berbalik arah menuju kelasnya. Tapi sepertinya hatinya tetap gelisah, seperti ada rasa sesal yang terpendam.
Tapi rasa menyesal untuk apa?
Dari posisinya berdiri, ia melihat gadis yang melangkah gontai, menyelipkan tubuh kecilnya di antara manusia-manusia yang berceceran di koridor. Wajahnya tidak secerah matahari pagi ini.
Tapi peduli apa? Justru Alva sedang menghindari semua yang menyangkut dengan Bella. Namun
Tanpa disadari, Alva malah memperhatikan Bella berlamaan. Meneliti muka Bella yang berbeda.Dia nampak lebih muram.
Alva menolehkan kepalanya ke arah lain saat Bella melotot padanya sambil tersenyum kecil.
Dari ekor mata Alva, gadis itu terlihat akan mendekat, oleh sebab itu Alva mengambil gerak cepat untuk lebih dulu melewati Bella, menganggap Bella seperti tak ada di sana. Hingga gadis itu hanya terdiam tak mengerti.
Alva sengaja.
Jika Bella tidak mau menjauhinya, biar Alva sendiri yang menjauhi Bella.
***
"HEI MANIS! GAK MAU NYUMBANG SATU MANGKOK BAKSO BUAT AKU?" Teriak Rey menghampiri kerumunan anak perempuan yang sedang mengantri di kios mang Amat.
"Nih, Kak, aku udah beliin spesial buat Kakak. " Wajah gadis imut nan polos itu mengasongkan semangkuk bakso dengan malu-malu.
Jangan heran, walaupun Rey dikenal sebagai playboy yang mempunyai cewek banyak, tak memengaruhi cewek-cewek untuk berhenti mendatanginya. Banyak yang rela berbuat baik padanya demi mendapat secuil perhatian darinya.
Rey menyambut bakso tersebut dengan sukarela. Memindahkan dari tangan gadis itu ke tangannya.
"Belum dua menit nyampe aja gue udah dapet bakso gratisan, makasih, ya, cantik! Besok kita jalan-jalan, yuk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SKY
Dla nastolatków[UPDATE SETIAP HARI RABU, SABTU, DAN MINGGU] *** Ini Tentang Bella yang mengejar Alva, langitnya. Bella terus berusaha agar menjadi cahaya mentari yang mampu menghangatkan sikap dingin Alva. Berulangkali Alva tolak, tak jua membuat gadis itu genc...