Happy reading guys. Jangan lupa vote sebelum membaca.
—————————————————————————————————
Bel istirahat sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, membuat kini suasana kelas XI ipa 1 sepi, di sana hanya tersisa empat orang lelaki tampan yang satu diantaranya terus merengek bak anak kecil yang ditinggalkan ibunya.
"Al ayo ke kantin, gue udah laper! " pinta Daffa untuk yang kesekian kalinya. Sedangkan yang diajak bicara hanya duduk anteng dengan buku di tangannya yang ia baca.
Kesal, itulah yang dirasakan Daffa. Sudah seminggu ini Alva mogok pergi ke kantin karena hal yang menurutnya sepele, apalagi kalau bukan diputusin?
"Tega lo Al! Tega sama dedek! Kalo Lisa pacar gue di Korea khawatir gimana hah? Bisa-bisa dia gagal manggung ntar! Kalo dipecat dari blekping gimana Al? " kata Daffa berusaha membujuk Alva.
Rey yang mendengarnya merasa terganggu. "Dasar fanboy! Malu-maluin kaum batang aja lo! Masa suka sama plastik, ck! Yang bag-"
"Stop! Kalo lo mau ejek-ejek bias gue! " potong Daffa tak terima seraya melotot, Damian yang mulai melihat adegan panas antara temen gesreknya mulai mengangkat suara.
"Udah, udah berisik! "
Kemudian Damian mengalihkan pandangan nya pada Alva, Alva yang mendapat tatapan seperti itu menaikkan sebelah alisnya bingung, seolah bertanya 'apa salah gue? '.
"Mending lo turutin kemauan si kucrut Daffa deh Al! Panas kuping gue denger rengekan manjah cempreng dia! " ujar Damian mulai terbawa emosi.
Alva menatap kosong ke depan. Hanya diam, enggan untuk menjawab.
Damian berdecak malas. "Makanya kalo lagi ada masalah tuh cerita! " pinta Damian jengah.
"Bukan urusan kalian," sahut Alva dingin.
"Heleh. Labil sia, jujur aja lo masih sayang kan sama Kia? Tinggal bilang doang susah amat dah."
"Kita temen lo, Al. So, kalo lo butuh bantuan kita, kita siap membantu! " kata Damian melanjutkan.
"Kita? Lo aja kali!" balas Daffa sambil tertawa jahat yang segera Rey geplak kepalanya. Temannya yang sudah memiliki tingkat kegilaan akut memang susah diajak serius.
"Hussh sana deh, lo kan bukan temen kita."
"Baperan lo, Rey." Rey yang mau menjawab urung ketika suara Alva menginterupsinya.
"Jangan ikut campur hubungan gue sama Kia."
"Gue gak butuh bantuan kalian. Gue bisa sendiri," lanjut Alva membuat semuanya diam.
Damian, Rey, dan Daffa menghela napas dan paham betul dengan sosok Alva. Cowok yang penuh gengsi namun keras kepala dan paling tertutup diantara semuanya hingga sulit untuk membagikan ceritanya.
"Gue tau lo selalu bijak ngadepin semua masalah, dan gue harap lo juga bisa bijak terhadap perasaan lo sendiri," kata Rey mengeluarkan kata-kata bucinnya, disampingnya Daffa langsung bertepuk tangan bangga.
"Njir terharu gue punya temen kayak lo. Lo playboy sekaligus pakar puitis. Pantes banyak cewek yang mao. Akhirnya gue menemukan bakat lo selain ngoleksi upil di kolong meja," ujar Daffa sok serius.
"Sorry gue bukan temen lo," jawab Rey cepat.
Hati Daffa mencelos mendengarnya. "Elah baperan amat lo! Yang baper jangan ditemenin."
Ditempatnya Alva terkekeh kecil melihat perdebatan kedua temannya. Hatinya sedikit merasa tenang. Ia kemudia berdiri.
"Ayo ngantin," ajaknya yang segera diangguki oleh Damian, Rey, dan Daffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SKY
Teen Fiction[UPDATE SETIAP HARI RABU, SABTU, DAN MINGGU] *** Ini Tentang Bella yang mengejar Alva, langitnya. Bella terus berusaha agar menjadi cahaya mentari yang mampu menghangatkan sikap dingin Alva. Berulangkali Alva tolak, tak jua membuat gadis itu genc...